JAKARTA (Independensi)- Sekjend DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA-GMNI) Abdy Yuhana mengingatkan, seluruh komponen bangsa harus mengingat janji kemerdekaan bangsa ini yang termaktub dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 dalam mengatasi kemiskinan yang masih mendera banyak anak bangsa.
Hal itu, ujar Abdy, adalah tujuan dari kehidupan berbangsa dan bernegara kita, yakni melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum serta turut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,dan keadilan sosial.
Hal itu dikatakan Abdy ketika Bidang Maritim dan Pembangunan Pedesaan DPP PA GMNI menggelar kegiatan Webinar Nasional, “Kemiskinan Ekstrim di Indonesia: Menelaah Model, Strategi dan Solusinya”, Kamis (14/7/2022).
“Dari situlah, rute kita dalam bernegara kita mulai. Disitulah janji kemerdekaan kita, yang memberi keyakinan pada masyarakat bahwa kita harus benar-benar taat pada tujuan kita dalam bernegara,” papar Abdy.
Abdy melanjutkan, ketika Bung Karno mengemukakan konsep Trisakti pada 1964, disitulah kita melihat bahwa dalam mencapai tujuan bernegara itu kita harus berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi serta berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam konteks geopolitik, lanjut Abdy, sebagai negara, Indonesia melewati 10 negara, dari Iran sampai Inggris. Hal ini, menurut Abdy, sangat luar biasa.
“Sehingga Bung Karno mengatakan bahwa jika suatu bangsa tidak memahami geopolitik nya, maka dia akan menjadi bangsa kuli diantara bangsa-bangsa. Dari sinilah, seharusnya kita berangkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Abdy.
Selain kekuatan, lanjut Abdy, dalam konteks geopolitik Indonesia juga memiliki kelemahan. Kelemahan itu adalah secara geografis, Indonesia terletak di Ring of Fire, yang menyebabkan Indonesia kerap dilanda bencana alam.
Disisi lain, Abdy mengungkapkan Indonesia juga memiliki problem dalam hal sumber daya manusia.
Abdy mengungkapkan, dalam hal inovasi Indonesia berada di peringkat 85 dari 131 negara. Sementara Malaysia berada di peringkat 33 dan Vietnam di peringkat 42.
“Daya saing Indonesia juga turun 5 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi di peringkat 50 dari 141 negara,” ujarnya.
Abdy pun mengungkapkan, untuk memajukan sumber daya manusia, sektor pendidikan dan kesehatan memegang peranan penting.
“Jadi, saya analogikan, kesehatan itu terkait dengan ‘hardware’, sedangkan pendidikan terkait dengan ‘software’ dalam konteks sumber daya manusia. Kedua hal itu adalah kunci bila kita ingin menjadi bangsa unggul, yang mampu mengatasi kemiskinan,” ujarnya. (Hiski Darmayana)