YOGYAKARTA (Independensi.com) – Dalam rangka memperingati satu seabad Perguruan Nasional Taman Siswa, Yogyakarta, digelarlah sebuah pameran lukisan. Pameran Lukisan Seabad Tamansiswa bertajuk “Tamansiswa Untuk Indonesia – Hiduplah Semulianya” digelar Gedung Pusat Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Jalan Batikan, Yogyakarta, 15-22 Juli 2022.
Adapun tajuk dari pameran ini diambil dari kalimat bijak dari Ki Hadjar Dewantara. Hiduplah semulianya adalah ajakan hidup yang terpilih berada pada garis mulia; hidup yang bermartabat, tersohor, menjadi panutan dan terpilih karena mempunyai wibawa besar.
Para pelukis ternama memamerkan hasil karya terbaik di perhelatan ini. Sederetan nama pelukis besar seperti Affandi, Kartika Affandi, S. Soedjojono, Bagong Kussudiarja, Jeihan, Syahnagra Ismail, Gambir Anam, Rais Rayan, Dyan Anggraini, Ipong Purnama Sidhi, Tino Sidin, Djoko Pekik hingga Amri Yahya. Selain itu masih banyak pelukis ternama lainnya beserta segenap dosen, mahasiswa serta alumni Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Tajuk pameran lukisan “Tamansiswa Untuk Indonesia – Hiduplah Semulianya” menurut pelukis Syahnagra Ismail merupakan gagasan bersama menghadirkan kembali semangat keindahan menjadi semangat baru dalam memandang dunia. “Pembaharuan pemikiran inilah yang terus dibangun agar Tamansiswa menjadi bagian dari perkembangan dunia,” ungkap Syahnagra melalui keterangan tertulis, Kamis (21/7/2022).
Dia menambahkan, pameran ini memang tidak serta-merta memuaskan banyak pihak. Namun demikian, ini adalah gambaran yang coba dibangun untuk menghadirkan idealisme dan karakter seni lukis Indonesia yang sudah demikian berkembang.
Sementara itu dalam kesempatan berbeda kurator pameran Dr. Drs. Hadjar Pamadhi, MA.Hons, mengatakan, pameran seni lukis kali ini mengundang para ‘seniman mulia’ agar mampu menginspirasi seniman Tamansiswa muda untuk berpikir dan meningkatkan rasa seni untuk memahami representasi visualnya. Para pelukis tersohor dan mulia ini dipilih berdasarkan prestasi dan kiprahnya di dunia seni telah diakui. “Seniman-seniman senior ini menunjukkan hidup semulianya dengan representasinya; dengan bijak serta bertindak mulia mengangkat objek semerdekanya sehingga menemukan titik tumpu antara imajinasi, pikiran dan rasa. Visualisasinya pun memberi tekanan yang mulia seperti Ki Hadjar dewantara memberi toroh arti seni:’ Seni merupakan perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia,” ujar Hadjar Pamadhi.
Karya yang terpajang ini dapat dibagi dalam dua bagian penting, yaitu karya-karya yang representasional dan non representasional. Objek material karya representasional menghadirkan realisme sosialisme dan realisme impresionistik, dan karya nonrepresentasional condong membawa abstraksionisme dan ornamentika ideologi. Sederetan pelukis Djoko Pekik, Lian Sahar, Nasjah Jamin, Sindhusisworo, Gambir Anom, Rais Rayan, Batara Lubis, Dyan Anggraini, Ipong Purnomosidhi, Tino Sidin, Laila Tifa, Chrysnanda, Yayak Yatmaka lebih memilih realisme sosialisme mengikuti jejak S. Sudjojono.
Akhirnya, pameran seni lukis oleh para pelukis menyambut seabad ajaran Tamansiswa merupakan catatan visual. Jauh sebelumnya Ki Hajar Dewantara pernah mengungkapkan bahwa hiduplah semulianya dengan jiwa merdeka untuk menampilkan dalam nuansa berbeda,yaitu nuansa visual dalam era budaya visual.
Apresiasi Seni
Dalam pameran tersebut, dikunjungi pelbagai kalangan mulai dari praktisi seni, seniman, pelukis, pelajar hingga masyarakat umum. Adalah Tri Widianto, seorang guru SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Tamansiswa mengatakan, kehadiran para murid di pameran ini adalah untuk meningkatkan apresiasi seni anak-anak terhadap dunia seni, khususnya seni lukis. Selain itu, mereka juga diberikan pelajaran langsung untuk melihat sosok pelukis dengan hasil karya masing-masing.
“Kehadiran kami berkenaan dengan pelajaran seni dan budaya, sehingga anak-anak bisa memberikan apresiasi seni kepada para seniman-seniman lukis berikut karyanya,” ujar Tri. Menurut Tri, tujuan lain dari kegiatan ini adalah untuk menghaluskan budi pekerti anak-anak melalui rasa berkesenian. “Hal ini sesuai dengan ajaran pendiri Tamansiswa Ki Hajar Dewantara untuk berkesenian,” imbuhnya.
Anak-anak pun sangat antusias di dalam pameran lukisan kali ini. Seperti seorang anak kelas 7 dari SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Tamansiswa, Ayun Septa Wibowo yang mengaku terkesan dengan lukisan Djoko Pekik. Menurutnya, lukisan seniman kelahiran Grobogan, Jawa Tengah itu sangat nyata dan berkesan di hatinya. “Melihat lukisan di pameran ini seperti bersama para pelukisnya. Seperti lukisan Djoko Pekik, sepertinya biasa saja tetapi terkesan modern dan melekat di hati dan pikiran saya,” ungkap Ayun yang pintar melukis tetapi bercita-cita menjadi Astronot ini.