JAKARTA (Independensi)- Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menanggapi pernyataan Bupati Cianjur Herman Suherman dan Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan terkait aksi pencopotan label bantuan dari sebuah gereja pada tenda bantuan yang diberikan untuk korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, baru-baru ini.
Bupati Herman mengatakan pencopotan tersebut seharusnya tidak dilakukan. Namun Herman berharap, dalam gerakan kemanusiaan, para donatur tidak menonjolkan label tertentu dari kelompoknya.
Sedangkan Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan mengatakan pencopotan label ini dilakukan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di Kabupaten Cianjur. Namun Doni menyebutkan para pengungsi dan ormas tersebut tidak menolak bantuan yang diberikan.
Karena itu, ia mengatakan pencabutan label ini bukan sebagai aksi intoleran. Menurut Doni, hal ini dilakukan agar bantuan yang diberikan tidak menonjolkan kelompok tertentu, melainkan atas dasar kemanusiaan.
“Pernyataan Bupati dan Polisi mengabaikan fakta intoleransi dan lebih bertujuan untuk meredam situasi dan menghindari adanya ketegangan,” ujar Bonar, Minggu (27/11/2022).
Bonar melanjutkan, tidak bisa disangkal bahwa aksi yang dilakukan oleh salah satu ormas di Cianjur itu didasari prasangka keagamaan. Kelompok intoleran semacam ini sering menuduh dibalik bantuan sosial ada misi terselubung, seperti pemurtadan.
“Dan jangan lupa kejadian semacam ini beberapa waktu lalu pernah terjadi di daerah lain seperti di Yogya ketika ada gempa,” ungkap Bonar.
Padahal, lanjut Bonar, kejadian seperti bencana alam justru bisa menjadi contoh betapa spirit kemanusiaan dan gotong royong masyarakat Indonesia tetap terawat meski latar belakang agama dan keyakinan berbeda.
Aparat pemerintah, ujar Bonar, seharusnya bisa mengendalikan dan memberikan teguran kepada kelompok semacam itu.
“Bukannya berupaya menutup-nutupi dan menganggap tidak ada masalah, karena ini akan terus menjadi preseden,” ujarnya.
Seperti diketahui, beredar di media sosial sebuah video singkat yang menunjukkan jajaran tenda yang disebut sebagai bantuan untuk korban gempa di Cianjur. Dan tampak adanya tulisan di tenda tersebut yang menyebutkan bantuan dari gereja.
Terdengar pula suara seorang pria yang menyebut bantuan tenda itu berada di pelosok Cianjur.
“Miris, merisaukan. Bantuan yang ada di daerah Cianjur pelosok dipasok oleh gereja-gereja,” ucap pria itu.
Setelahnya, video menunjukkan sejumlah orang yang membongkar tulisan ‘Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injili Indonesia’ yang menempel di atap tenda itu. Namun tenda-tenda itu sendiri tetap berdiri.
Polisi menegaskan aksi pencopotan label bukanlah dilakukan oleh warga setempat yang mengungsi di posko. Melainkan dari pihak ormas yang berada di luar wilayah tersebut.
Adapun ormas yang melakukan aksi pencopotan label gereja itu adalah ormas Gerakan Reformis Islam (Garis). Untuk diketahui, Garis didirikan oleh Chep Hernawan, yang pernah mengklaim dirinya telah didaulat sebagai pemimpin regional ISIS di Indonesia pada 2014 lalu. Di tahun yang sama, Chep Hernawan juga memberangkatkan 156 orang WNI ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Bersama beberapa rekannya, Chep ditangkap di Cilacap pada 12 Agustus 2014 dan ditemukan bendera ISIS di dalam mobilnya. (Hiski Darmayana)