JAKARTA (Independensi.com) – LEMBAGA kemanusiaan yang berfokus kepada perempuan dan anak-anak, Adara Relief International merilis program TUNAS (Turunkan Angka Stunting). Program tersebut diharapkan dapat menjadi katalisator dalam membantu masyarakat untuk melahirkan generasi yang sehat dengan gizi, pangan, dan sanitasi yang baik.
Dalam rangkaian peringatan Milad Adara ke 15 tahun, pada 6 Februari 2023 Adara mendistribusikan paket protein kepada 11 anak di Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Bogor.
Kegiatan ini menjadi bagian dari perhatian Adara sebagai lembaga kemanusiaan peduli anak dan perempuan.
Selain itu, sebagai upaya mendukung Pemerintah Indonesia dalam menurunkan angka stunting.
Adara berkomitmen untuk turut berperan aktif dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia dengan merilis program TUNAS.
Program TUNAS difokuskan pada pemenuhan gizi anak dan ibu hamil, pembangunan sumur untuk memudahkan akses air bersih, serta pembangunan fasilitas mandi cuci dan kakus (MCK).
Bantuan yang diberikan kepada masyarakat dipastikan tepat sasaran dan berdampak positif pada program pemerintah.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terjadi dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Berdasarkan grafik pertumbuhan WHO, kondisi stunting pada seorang anak ditandai dengan tinggi dan berat badannya berada di bawah standar deviasi (SD) yang telah ditetapkan, atau kurang dari ketinggian dan berat normal anak seusianya (2015).
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak terhambat. Bahkan pemerintah telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang signifikan dari kondisi 21,6% pada 2022 menjadi 14% pada 2024.
Desa Waru Jaya menjadi salah satu wilayah intervensi Adara setelah program ini dirilis.
Intervensi gizi spesifik dilakukan terhadap 11 anak yang tinggi badan atau panjang badan menurut usia lebih dari dua standar deviasi di bawah median kurva standar
pertumbuhan anak WHO.
Data ini diperoleh dengan bekerja sama antara Tim Penggerak PKK Desa Waru Jaya, Tim Posyandu Flamboyan, dan Kader Pembangunan Masyarakat (KPM).
Bantuan yang diberikan berupa pemberian asupan gizi protein hewani seperti telur, daging ayam, dan daging sapi, yang dapat diolah menjadi makanan bergizi.
Kurangnya asupan protein hewani merupakan salah satu faktor penyebab stunting seperti yang dialami oleh Sinta (22), ibu dari 2 anak yang masih dalam masa 1000 HPK dari Desa Waru Jaya.
Sinta menikah pada usia muda dengan jarak antara anak pertama dan kedua kurang dari dua tahun.
Akibat kurangnya wawasan tentang pentingnya kesehatan anak, menyebabkan berat badan anaknya tidak mencapai standar
pertumbuhan anak.
Kelahiran anak dari perempuan remaja berusia di bawah 19 tahun dapat beresiko anak mengalami stunting.
Menurut studi organisasi kesehatan dunia (WHO) di Indonesia menyebutkan salah satu penyebab masalah stunting di Indonesia adalah tingginya angka anak yang lahir dari ibu di bawah 19 tahun dan jarak kelahiran terlalu dekat.
Laporan penelitian menyebutkan sekitar 1.220.900 anak Indonesia mengalami pernikahan dini.
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa pengaturan jarak kelahiran berpengaruh signifikan terhadap stunting pada anak.
WHO merekomendasikan agar jarak satu anak dengan anak setelahnya adalah minimal dua tahun sembilan bulan.
Periode emas anak sudah dimulai sejak janin terbentuk sampai kemudian lahir, terutama hingga usia dua tahun.
Sanitasi secara tidak langsung juga mempengaruhi gizi anak.
Sanitasi yang buruk dapat menimbulkan penyakit infeksi pada anak seperti diare dan kecacingan yang dapat mengganggu proses pencernaan dalam proses penyerapan nutrisi.
Jika kondisi ini terjadi dalam waktu lama dapat mengakibatkan masalah stunting.
Adara berupaya menjadi salah satu bagian penting yang melakukan aksi nyata pencegahan stunting dalam kehidupan bermasyarakat serta percepatan penurunan
angka stunting di Indonesia.
Semua ini demi mewujudkan cita-cita mulia Indonesia Layak Anak (IDOLA) Tahun 2030 dan Indonesia Emas Tahun 2045.
Oleh karena itu, Adara membangun sinergi dengan KemenPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan Yayasan Lumbung
Pangan Indonesia (Foodbank of Indonesia), agar tujuan bersama ini bisa tercapai.