JAKARTA (IndependensI.com) – Sebanyak tiga orang calon akan bersaing untuk memimpin Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia (PB PGI) periode 2023-2027. Mereka adalah Japto Soerjosoemarno, Kom. Jen. Pol Boy Rafli Amar, dan Achmad Sahroni. Mereka akan tampil bersaing untuk menggantikan Murdaya Po yang telah habis masa tugasnya sebagai Ketua Umum PB PGI dua periode berturut-turut — melalui Munas PB PGI yang akan berlangsung di sebuah hotel di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, 20-21 Februari 2023.
Pertanyaannya, siapa di antara ketiga orang tersebut yang nantinya akan terpilih menjadi orang nomor satu di pergolfan nasional periode 2023-2027, masih menjadi tanda tanya.
Pasalnya, setiap kali mereka menggelar gobar (golf bersama) di golf course yang berbeda bersama para pendukung mereka masing-masing (terdiri dari para Ketua Pengprov, Pengkab dan Pengkot PGI serta para ketua Perkumpulan Golf dari seluruh Indonesia), substansi dari visi dan misi yang mereka paparkan di hadapan para pendukung mereka masing-masing — berbanding lurus antara satu dan lainnya.
Yakni “Menuju Pergolfan Nasional Yang Lebih Baik”.
Terlepas dari masalah tersebut, yang jelas pemilihan bakal calon Ketua Umum PB PGI tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena, dinamika yang ada pada tahun ini sangat terasa hingga ke lingkungan para orangtua yang putra-putri mereka aktif menekuni olahraga golf dan bergabung ke dalam perkumpulan atau klub golf klub golf yang tersebar utamanya di berbagai wilayah dan khususnya di Jabodetabek.
Dalam setiap kesempatan bertemu dan berbincang dengan para orangtua terutama ketika mereka mendampingi putra-putri mereka tampil dalam gobar yang diselenggarakan oleh timses dari ketiga kandidat bakal calon Ketua Umum PB PGI periode 2023-2027 tersebut, mereka berharap kepada siapa pun yang nantinya terpilih sebagai Ketua Umum PB PGI melalui Munas yang berlangsung pada 20-21 Februari 2023 – agar para pegolf junior yang telah menyandang status sebagai atlet nasional digratiskan saat mereka practice baik di driving range maupun ketika bermain di golf course.
“Karena, selama ini kalau mereka berlatih, baik di driving range maupun turun bermain di lapangan, mereka dikenakan tarif yang sama dengan pegolf reguler non atlet,” kata salah seorang di antara para orang tersebut yang mohon agar namanya diexposes. “Apa yang kami sampaikan tidak mengada-ada tapi berdasarkan fakta,” tambah salah seorang dari para ora tersebut yang tidak mau disebutkan namanya, menegaskan.
Betul bahwa dalam pemaparan visi dan misinya para kandidat bakal calon orang nomor satu di pergolfan nasional – menyatakan bahwa pembinaan di kalangan pegolf amatir man & ladies termasuk junior akan terus digalakkan.
Tapi, hanya Japto Soerjorsoemarno yang secara terbuka di hadapan pendukungnya yang menyatakan bahwa betul kita harus melakukan pembinaan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Tapi, semua itu tidak akan ada artinya kalau kita — para pemangku kepentingan — berjalan sendiri-sendiri dan salah menempatkan orang.
“Contohnya adalah orang yang dipercaya sebagai GM di lapangan golf. Umumnya mereka adalah FB, bukan pegolf atau orang yang tahu dan bisa menjelaskan green speed hari ini berapa ..dan lain sebagainya.”
“Kenapa itu terjadi, karena orientasi pemilik lapangan golf hanya kepada profit oriented .. Memang tidak dilarang untuk mencari keuntungan .. Tapi, bantulah mereka .. para atlet golf baik profesional maupun yang amatir dan junior .. Jumlah mereka tidak banyak kok, tidak lebih dari sepuluh orang,” tutur Japto.
“Tapi .. tolong pegolf biasa jangan mengaku-aku sebagai pro atau atlet nasional biar gratis kalau latihan dan main. Jangan. Kenapa ini saya sampaikan, karena dulu waktu saya menjadi Ketua PGPI selama dua periode, banyak pegolf biasa yang mengaku pro karena dia punya kartu anggota ..,” tambah Japto Soerjosoemarno sambil tersenyum.
Mungkinkah apa yang disampaikan oleh Japto Soerjosoemarno tersebut salah satu “kiat” untuk mendulang suara? Jawabannya: tidak. Karena, dua kandidat lainnya yakni Kom. Jen. Pol Boy Rafli Amar dan Achmad Sahroni pun — dalam setiap kesempatan bertemu dengan para pendukungannya usai gobar — selalu menyampaikan “kiat” mereka masing-masing dengan gaya dan gesture tubuh yang berbeda terutama dan khususnya pada saat mereka berbicara dengan para wartawan.
Terlepas dari masalah tersebut, yang jelas ketiga kandidat bakal calon orang nomor satu di pergolfan nasional tersebut memiliki tujuan yang sama yakni “Menuju Pergolfan Nasional Yang Lebih Baik” yang di dalamnya terkandung nilai-nilai kesatuan dan persatuan. (Jonathan)