CIREBON (IndependensI.com) – Dalam rangka peringatan hari Kelahiran Pancasila, lebih dari 200 orang muda se-wilayah Priangan Timur datang ke Cirebon dalam acara Festival Persaudaraan Lintas iman di Taman Budaya Hati Tersuci Cirebon.
Festival yang berlangsung selama dua hari ini (Sabtu-Minggu, 3-4 Juni 2023) diikuti oleh para perwakilan pemuda dan budayawan dari Gereja Katolik Santa Maria Garut, Gereja Katolik Santo Yohanes Ciamis, Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Tasikmalaya, Gereja Katolik Santo Yusuf Cirebon, Gereja Katolik Bunda Maria Cirebon, Gereja Katolik Kristus Raja Cigugur, Gereja Katolik Santo Mikael Indramayu, Gereja Katolik Santa Theresia Ciledug, Gereja Katolik Maria Putri Murni Sejati Cisantana.
Bertemakan “Bangkit dan Bersaksilah Tentang Sukacita Hidup Berbangsa”, festival ini dihiasi dengan berbagai kegiatan dan permenungan tentang persaudaraan dan kebangsaan.
Sebagai pendamping kegiatan orang muda ini, Romo Christian Yudhi menyampaikan bahwa selama dua hari para pemuda diajak untuk bersaudara dengan semua orang dan terlibat mengupayakan sukacita hidup berbangsa sebagai bagian dari upaya menanamkan nilai-nilai Pancasila di kalangan muda.
“Ada empat kepekaan orang muda yang ingin digapai dalam festival persaudaraan ini, yaitu tentang realita pluralisme agama, pluralisme budaya, realita kemiskinan dan lingkungan hidup,” katanya.
Dalam talkshow Kebangsaan. hadir sebagai narasumber, Devi Nur Farida, ketua IPPNU Kabupaten Cirebon dan Romo Andreas Sulardi sebagai figur yang aktif dalam media sosial.
Talkshow ini membahas tentang bagaimana menumbuhkan kepekaan orang muda dalam hidup berbangsa serta mengekspresikannya lewat cara-cara khas kaum milenial.
Kevin Geovandes, sebagai ketua panitia menambahkan bahwa selama dua hari para pemuda mengisinya dengan melakukan kunjungan persaudaraan ke rumah-rumah ibadah yang ada di Cirebon; Masjid At-Taqwa, Vihara Dewi Welas Asih, Gereja Bethel Kalvari, Gereja Katolik Bunda Maria, Gereja Kristen Pasundan.
Mereka juga mengadakan aksi sosial di Tempat Pembuangan Akhir Kopi Luhur. Para peserta festival masing-masing membawa 5 kg beras dari rumahnya dan membagikannya kepada para pemulung yang ada disana sebagai upaya melahirkan kepekaan akan hidup sosial.
Selain itu, pagi hari pada waktu Car Free Day di sekitar alun-alun Cirebon diadakan, para peserta mempersiapkan diri dengan trash bag dan perlengkapan kebersihan mengumpulkan dan membersihkan sampah-sampah yang ada di jalanan.
“Kepedulian akan lingkungan hidup hendak diajarkan juga di kalangan pemuda,” tambah beliau.
Sebagai acara puncak, diadakan Gelar Budaya “Campur Rasa” lintas iman.
Deni Wahyu Jayadi sebagai pembawa acara dari Sakola Motekar Ciamis menyampaikan bahwa dalam gelar budaya ini para peserta diajak untuk merefleksikan persaudaraan dalam keberagaman agama dan budaya yang ada di Indonesia melalui pagelaran gamelan kontemporer bersama Ki Pamanah Rasa.
Hadir sebagai narasumber, Gus Ayub dari Buntet pesantren Cirebon, Romo Antonius Haryanto dari Cirebon dan Romo Mikael dari Ciamis.
Refleksi budaya ini juga dihadiri oleh beberapa komunitas yang aktif dalam kegiatan lintas iman seperti: Gusdurian Cirebon, Fahmina Institut Cirebon, Pelita (Pemuda Lintas Iman) Perdamaian, IPPNU kota dan kabupaten Cirebon, Komunitas Macan Ali Nuswantara, Inspiration House, Bobotoh Aswaja serta para pemuda lintas agama.
Romo Haryanto berharap, melalui Festival Persaudaraan Lintas Iman ini, para pemuda semakin memiliki semangat nasionalisme, toleransi antar umat beragama, bersolidaritas sesama anak bangsa dan semakin berani berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk berjalan bersama membangun Indonesia dalam sukacita hidup berbangsa.