YOGYAKARTA (Independensi.com) – Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) melangsungkan Wisuda dan Pengucapan Lafal Sumpah Apoteker Periode II Tahun 2022/2023 di Gedung Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, Rabu (13/9/2023). Guru besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Apt, Satibi, M.Si mengukuhkan 143 apoteker pada acara tersebut.
Satibi yang juga Dekan Fakultas Farmasi mengatakan, pihaknya berharap bagi para apoteker bisa mengabdikan profesinya di daerah agar persebaran apoteker belum merata ke seluruh Indonesia. “Diharapkan para lulusan apoteker bisa berperaan dalam meningkatkan layanan farmasi di daerah asal masing-masing. Sehingga persebaran apoteker dapat merata,” ujar Satibi dalam sambutannya.
Idealnya, ungkap Satibi, para lulusan apoteker UGM dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien serta menjamin ketersediaan obat yang bermutu sehingga dapat mendukung penggunaan obat yang rasional dan aman bagi masyarakat. “Tenaga farmasi yang sesuai kompetensi sebagai pengelola obat sangat diperlukan dalam dunia kesehatan saat ini. Selain bisa mengimplementasi keilmuannya, para apoteker juga bisa mengedukasi masyarakat dalam pengelolaan dan penggunaan obat-obatan,” kata Satibi.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI), apt, Noffendri Roestam, SSi, menyambut baik para lulusan apoteker yang dikukuhkan hari ini. Noffendri berharap para apoteker dapat secara maksimal mengaplikasikan ilmu yang didapat di masyarakat dan menerapkan pelayanan obat secara profesional sesuai dengan profesinya.
Lebih jauh Noffendri mengatakan, saat ini profesi apoteker sangat diperlukan pada apotek khusus hewan. Hal ini terkait semakin banyak masyarakat yang memelihara hewan di rumah beberapa waktu terakhir. “Dari catatan yang ada, ketersediaan obat-obatan untuk hewan hanya 50 persen, sisanya masih dicampur dengan obat untuk hewan,” kata Noffendri. Untuk itulah pihaknya mendorong agar ketersediaan obat-obatan untuk hewan dapat terpenuhi maksimal dan berharap agar pabrikan obat sudah saatnya menghadirkan obat khusus hewan yang tak lagi bercampur dengan obat untuk manusia.
Noffendri juga berharap agar para lulusan apoteker ada yang menjadi apoteker veteriner (khusus hewan) sekaligus mendukung pendirian apotek veteriner. “Kehadiran apotek khusus hewan bisa mengedukasi masyarakat dalam menggunakan obat kepada hewan peliharaan,” imbuhnya.
Saat ini, apotek veteriner baru ada satu-satunya di Indonesia berada di Yogyakarta yakni Apotek Veteriner UGM. Berdirinya apotik ini untuk menjawab berbagai permasalahan dalam pengawasan dan kontrol dalam penggunaan obat hewan.
Dengan apotik veteriner ini diharapkan memberikan jaminan keamanan serta ketersediaan obat hewan yang tepat dan sesuai peruntukannya. Pendirian apotek ini sebenarnya memunculkan ide untuk membentuk studi khusus farmasi veteriner di UGM. Kegiatan ini bisa melalui program pascasarjana ataupun pendidikan khusus yang pada akhirnya memunculkan tenaga farmasi yang memiliki kompetensi keilmuan untuk obat hewan.