BEKASI (IndependensI.com)- Kodisi air Kali Bekasi, semakin parah. Air berwarna hitam pekat, berbau dan berbuih. Padahal, air sungai yang hulunya dari Sungai Cileungsi dan Cikeas, Kabupaten Bogor hingga Bekasi, saat ini masih dijadikan sebagai air baku Perumda Tirta Bhagasasi Kabupaten Bekasi, dan Perumdam Tirta Patriot Pemkot Bekasi, Jawa Barat.
“Memasuki pekan kedua September 2023, kondisi sungai Cileungsi tidak lebih baik tapi semakin parah. Sejak Minggu siang hingga saat ini, Sungai Cileungsi makin hitam, bau dan banyak ikan yang matin, ” ujar Ketua KP2C (Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas), Puarman.
Puarman dan timnya, meninjau langsung kondisi sungai Cileungsi. Ia mengaku, sangat banyak masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai mengadukan kondisi sungai yang hitam, bau menyengat serta ikan yang pada mati. Hal serupa juga dikeluhkan masyarakat sepanjang Kali Bekasi
Mereka meminta pemerintah serius menangani pencemaran sungai Cileungsi dan Bekasi yang sudah berlangsung bertahun – tahun, dan tidak ada perbaikan.
Tindak Tegas
Pencemaran sungai Cileungsi yang mengalir ke Kali Bekasi, sudah berlangsung belasan tahun. Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini, ternyata tidak efektif karena pencemaran yang diduga dari limbah industri selalu terjadi dan berulang tiap tahun.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), harus terjun ke lokasi untuk meninjau kondisi riil lapangan. Pemerintah harus menggunakan kewenangannya untuk melakukan penindakan yang lebih tegas terhadap pelaku pencemaran.
“Tutup pabriknya dan pidanakan pelakunya, agar ada efek jera,” tegas Puarman. Masyarakat sudah terlalu lama menderita dan dirugikan.
Jika tidak mampu dan mau menggunakan kewenangan yang dimiliki, kibarkan bendera putih, tutup Puarman.
Bahkan, KP2C mengundang Bupati Bogor untuk susur Sungai Cileungsi bersama sebagai bentuk kepedulian terhadap persoalan lingkungan yang membelit warga yang bermukim di sepanjang aliran sungai Cileungsi hingga Bekasi.
“Surat undangan terbuka itu kami kirimkan ke Bupati Rabu (13/9/2023) pagi. Harapan kami mendapat sambutan baik Bupati,” ujar Puarman, di kantor Sekretariat KP2C, Bojongkulur, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, kemarin.
KP2C mengutarakan sejak awal Agustus 2023 masyarakat kembali menderita akibat sungai Cileungsi hingga Bekasi yang berwarna hitam, bau, berbuih dan ikan pada mati. Masyarakat sudah tidak bisa lagi berkegiatan di sungai, baik memancing, mandi bahkan mencuci. Selain itu setiap hari masyarakat mengalami bau menyengat, mata perih, sesak nafas dan mual.
Air Baku
Air Kali Bekasi hingga saat ini, Jumat (15/9/2022) siang, pantauan IndependensI.com, bertambah buruk, dan memperihatinkan. Air berwarna hitam pekat, berbau dan berbuih. Padahal, air tersebut masih dijadikan sebagai air baku dua perusahaan air minum di Kota dan Kabupaten Bekasi yang dijual oleh Perum Jasa Tirta (PJT) II.
Dua hari terakhir, kedua perusahaan air bersih tersebut sempat berhenti produksi. Peristiwa ini sempat terjadi tanggal 28 dan 29 Agustus 2023. Saat ini, Jumat (15/9/2023) sudah mulai produksi, namun belum maksimal dampak air baku yang masih tercemar limbah.
Direktur Utama Perumda Tirta Bhagasasi Usep Rahman Salim, mengakui kendala yang mereka hadapi dalam memproses air bersih di Instalasi Pengolahan Air (IPA), karena air baku yang tercemar berat limbah. Namun pihaknya masih terus berupaya memaksimalkan produksi dengan kemampuan mesin pengolahan yang sudah menggunakan teknologi.
Namun demikian, ia mengharapkan agar PJT II dapat menambah debit air baku yang bersumber dari Kalimalang, sehingga tidak lagi dicampur dengan air Kali Bekasi, apalagi saat musim kemarau sekarang dimana air Kali Bekasi sudah tidak laik diolah menjadi air bersih.
Setidaknya 130.000 pelanggan dua Perumda Tirta Bhagasasi dan Tirta Patriot, menjadi korban dampak limbah air Kali Bekasi, karena dua peruahaan air minum ini, sudah berulangkali menghentikan produksi.
Direktur Utama Perumdam Tirta Patriot Ali Imam Faryadi juga mengeluhkan kondisi air Kali Bekasi yang buruk dan terdampak pada proses produksi yang sempat dihentikan. (jonder sihotang)