Mahasiswa Bali Minta Turunkan Harga Sembako dan Tolak Rencana Kenaikan TDL serta Kenaikan BBM dan Tol

Loading

Denpasar (Independensi.com) -Mahasiswa Bali yang tergabung dalam Aksi Mahasiswa Bergerak Serentak menanggapi kenaikan harga bahan pokok dan bahan bakar yang menyulitkan masyarakat. Mahasiswa kembali mengkritisi kemelaratan ekonomi masyarakat khususnya pada masa akhir jabatan Presiden Jokowi. Mahasiswa menyayangkan kenaikan harga bahan pokok terutama beras sejak beberapa waktu yang lalu tanpa ada penanganan khusus dari Pemerintah Pusat. Sejatinya ketika program Food Estate yg digadang gadang sanggup menghadang bencana El Nino ternyata gagal total, dan bapanas gagal dalam menjaga ketahanan pangan. andre salah seorang mahasiswa menyampaikan apalagi menjelang menjelang Hari Raya, harga beras sdh tembus di angka Rp 18.000/Kg. Belum lagi kedepannya hari raya Hindu setelah Galungan masih ada Hati Raya Kuningan, Hari Raya Nyepi yang berdekatan bulan puasa Ramadhan, masyarakat Bali pasti kian terdesak oleh berbagai kebutuhan pokok yg melambung tinggi.

Dalam menjaga ketahanan pangan di tengah ancaman bencana EL Nino Presiden Jokowi gagal melakukan soft-landing pada akhir masa jabatannya. Setelah skandal Mahkamah Konstitusi dan Cawe-Cawe Pilpres, mahasiswa kembali dikecewakan dengan kegagalan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga bahan pangan pokok seret rencana kenaikan TDL dan bahan bakar disaat masyarakat akan menjalani hari raya Agama yang saling berdekatan.
Mahasiswa lainnya berpendapat “Beras 5 kg di depan rumahku yg tadinya Rp 69.000 sekarang sudah Rp 82.000. Kalau dikatakan bahwa alamnya sedang tidak stabil karena adanya El Nino, kenapa hanya terjadi di Indonesia sedangkan negara tetangga seperti Thailand, Vietnam masih bisa ekspor beras?” tanya Owen.

Putu Marcel menyoroti kenaikan harga bahan pokok menjelang rangkaian hari raya besar Galungan, Kuningan dan Nyepi. Marcel berpendapat “Kenaikan harga bahan pokok menjelang rangkaian hari raya menyebabkan masyarakat Bali terpojok dan tertekan. Di satu sisi perayaan agama mewajibkan kita tulus dan berbuat dharma, di sisi lain pikiran kita bingung mau makan apa di rumah karena semuanya mahal”. Begitu juga Aina, seorang mahasiswi pendatang dari Jakarta, menyayangkan harga makanan di sekitar kos-nya yang mulai naik. Kenaikan harga bahan pokok mencekik rakyat, khususnya mahasiswa pendatang dengan perekonomian menengah yang hendak mengenyam pendidikan.

Upah rendah dan kebutuhan pokok yang mahal ibarat buah simalakama. Mahasiswa menyayangkan fokus pemerintah yang terlalu mementingkan elektoral sesaat dan kembali menekan pemerintah untuk berfokus mengawal kesejahteraan masyarakat, khususnya memperhatikan daya beli dan kestabilan harga bahan pokok yang adalah urat nadi kehidupan.

Untuk itu mereka sependapat dan menuntut Pemerintah untuk segera menurunkan harga-harga kebutuhan pokok terutama beras, minyak goreng, gula pasir serta menjaga ketersediaan stok selama rangkaian hari raya dari Hari Raya Galungan, Kuningan Nyepi sampai pada bulan puasa dan lebaran nanti di Bali.

Adapun tuntutan lainnya, mahasiswa menolak rencana kenaikan tarif dasar listrik, rencana kenaikan harga BBM dan Tol yang akan di berlakukan Maret nanti. Belum lagi Pemerintah juga berencana menaikan pajak kendaraan bermotor dengan berbahan bakar premium/bensin. Pemerintah sepertinya tidak memiliki empati terhadap situasi bangsa ini yang tidak sedang baik-baik saja, malahan tiap kementerian berlomba lomba layaknya orkestrasi menaikan pendapatan negara secara serentak yang pada akhirnya semakin menekan kehidupan masyarakat seluruh Indonesia. (hd)