Maju Pilgub NTT, Ansy Lema Teladani Paus Fransiskus

Loading

Independensi – Anggota DPR-RI Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema telah menyatakan diri siap maju dalam kontestasi Pemilihan Gubernur Nusa Tenggara Timur (Pilgub NTT) Tahun 2024.

Setelah mendapat dorongan dari sejumlah relawan Milenial dari berbagai daerah di NTT, Ansy Lema kemudian memantapkan langkahnya dengan mendaftarkan diri sebagai bakal calon gubernur NTT di tiga partai politik sekaligus, yakni PDI Perjuangan; Partai Amanat Nasional (PAN); dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Ansy Lema sejauh ini memang dianggap oleh berbagai kalangan, berkinerja baik memperjuangkan kepentingan NTT dalam kedudukannya sebagai juru bicara rakyat NTT di parlemen.

Buktinya, dia terpilih kembali melenggang ke Senayan pada pemilihan legislatif (Pileg) 14 Februari 2024 lalu.

Menyongsong Pilgub NTT, Ansy Lema pun melakukan persiapan batin. Pada akhir Mei lalu, dia bersama sang istri, Maria Immaculata Inge Nioty (Inge), telah melakukan perjalanan spiritual ke Kota Roma di Italia dan Vatikan, tempat pemimpin umat Katolik se-Dunia berada.

Di tempat itu Ansy Lema berhasil bertemu langsung dengan figur pemimpin panutannya: Paus Fransiskus.

Ansy Lema bertemu langsung dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada 29 Mei 2024. Dia dan istri berkesempatan untuk bisa beraudiensi langsung, berjabat tangan, dan mendapatkan berkat perutusan dari Paus Fransiskus.

“Sebagai seorang Katolik, saya berbangga sekali, terima kasih Tuhan, terima kasih Tuhan Yesus, terima kasih doa Bunda Maria. Saya terlalu percaya, bukan karena kehebatan seorang Ansy Lema, bukan karena kuat dan gagahnya seorang Ansy Lema, tapi semata karena belas kasih Tuhan, karena doa Bunda Maria, maka saya dan istri bisa diperkenankan untuk bertemu Sri Paus,” ungkap mantan presenter TVRI Nasional itu dalam Podcast Orang Kita yang diunggah melalui kanal YouTube Mosato Doc pada Rabu 12 Juni 2024.

Ansy Lema mengaku mengagumi Paus Fransiskus sebagai sosok pemimpin. Ada beberapa alasannya. Yang pertama adalah pemilihan nama Fransiskus.

“Bagi saya, Paus Fransiskus ini adalah seorang Paus yang sangat fenomenal. Mengapa? Karena Beliau adalah Paus pertama yang memilih nama Fransiskus. Dan setelah saya telusuri, saya pelajari, nama Fransiskus itu dipilih ketika Beliau terpilih sebagai Paus, ada seorang temannya Kardinal, ketika memeluk Paus Fransiskus, dibisikkan kepada Paus Fransiskus, ‘Jangan lupakan orang miskin, orang kecil, orang yang tersisih dan terpinggirkan!’ Dan Paus Fransiskus lalu berpikir, orang miskin, orang terpinggirkan, orang marjinal, itu merupakan konsen dari Santo Fransiskus Asisi,” jelasnya.

Sebagai informasi, Santo Fransiskus Asisi adalah orang suci dari Kota Asisi di Provinsi Perugia, Italia, yang juga memiliki nama baptis Giovanni, atau dalam bahasa lain juga disebut Yohanes. Sama dengan nama asli Ansy Lema, yakni Yohanis Fransiskus Lema.

Keberpihakan kepada masyarakat miskin dan terpinggirkan itu, kata Ansy, sejalan dengan tugasnya sebagai anggota Komisi IV DPR RI. Dia mengaku masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dilakukan untuk mengangkat derajat dan kesejahteraan kaum yang disebutnya Nelayan, Tani, Ternak di NTT.

“NTT adalah salah satu provinsi dengan mayoritas penduduk beragama Katolik, tetapi NTT juga masih memiliki PR besar di mana masyarakat marjinal, masyarakat kecil, miskin, yang kerap kali dilupakan, itu masih relatif sangat banyak,” katanya.

Selain itu, kekaguman Ansy Lema kepada Paus Fransiskus adalah karena perhatian dan kepeduliannya secara khusus untuk menjaga bumi sebagai rumah tempat hidup dan berpijaknya seluruh makhluk.

Terkait hal ini, Paus Fransiskus pernah mengeluarkan Ensiklik atau surat amanat Paus yang berjudul “Laudato si”, yang menunjukkan keprihatinannya terhadap perusakan alam dan degradasi ekologis.

“Beliau begitu prihatin terhadap perusakan alam, degradasi ekologis, sehingga Beliau katakan bahwa hari ini kita umat manusia ini sudah terlalu banyak melakukan dosa ekologis, butuh pertobatan ekologis, untuk kemudian kita perlu membangun sebuah kesalehan ekologis,” jelas Ansy.

“Dan itu juga sesuatu yang saya perjuangkan di Komisi IV. Memperjuangkan nelayan, petani, dan peternak, yang adalah wong cilik. Dan di Komisi IV itu dengan mitra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saya berjuang untuk konservasi ekologi, bagaimana mendorong masyarakat adat untuk juga menjaga keberlanjutan lingkungan hidup,” tambahnya.