peluncuran 10 video bertajuk "Agama di Era Artificial Intelligence: Pemikiran Denny JA" di Jakarta, Sabtu (3/7/2024).

Pemikiran Denny JA: Peluncuran 10 Video “Agama di Era AI”

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Dalam sebuah langkah inovatif yang menggabungkan teknologi dengan spiritualitas, peluncuran 10 video bertajuk “Agama di Era Artificial Intelligence: Pemikiran Denny JA” menawarkan sudut pandang baru tentang bagaimana agama dapat dilihat dan diaplikasikan di era modern. Denny JA, berbeda dengan pemikir lain, mengeksplorasi agama melalui berbagai disiplin ilmu seperti Neuro Science, Positive Psychology, Arkeologi, dan data statistik.

Salah satu poin menarik yang diungkapkan adalah data yang menunjukkan bahwa di negara-negara di mana agama dianggap sangat penting oleh lebih dari 90 persen penduduknya (seperti India dengan Hindu, Indonesia dengan Islam, Thailand dengan Buddha, dan Filipina dengan Katolik), tingkat korupsi justru tinggi. Sebaliknya, di negara-negara Skandinavia, di mana mayoritas penduduknya tidak lagi menganggap agama penting, tingkat korupsi rendah. Hal ini dinyatakan oleh Ahmad Gaus, yang menjelaskan 10 video yang diadaptasi dari bukunya berjudul “Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA soal Agama di Era Google.”

Video buku ini merupakan upaya menjawab pertanyaan tentang bagaimana menempatkan agama di era Google dan Artificial Intelligence (AI). Setiap video berdurasi antara 10 hingga 27 menit, dan mencakup berbagai tema yang relevan dengan kehidupan beragama di masa kini.

Pengungkapan Riset Arkeologi

Gaus juga mengungkapkan hasil riset arkeologi atas Nabi Musa dan Nabi Nuh, yang menyatakan bahwa eksodus Nabi Musa dan kisah banjir bandang Nabi Nuh tidak pernah terjadi dalam sejarah. Menurutnya, kisah-kisah ini lebih sebagai pengajaran moral untuk kesalehan perilaku.

Video-video ini memastikan bahwa agama tetap relevan dan berfungsi dalam kehidupan umat manusia di era teknologi modern. Aktivitas keagamaan kini telah terhubung erat dengan teknologi melalui aplikasi dan platform digital, situs web, dan media sosial. Bahkan, AI digunakan untuk membuat konten yang lebih personal dan interaktif, seperti chatbot yang bisa menjawab pertanyaan tentang agama.

AI dalam Kehidupan Keagamaan

AI telah memasuki berbagai tempat ibadah di seluruh dunia. Di Gereja Protestan Paul Church pada musim panas 2023, sekitar 300 umat dengan khusyuk mendengarkan khotbah dari pendeta robot AI. Di Kuil Kodai-ji di Jepang, umat bisa meminta nasihat dari Biksu KANNON MINDAR, yang didukung oleh AI, kapan saja berdasarkan doktrin Buddha. Di Masjid Agung di Saudi Arabia, robot AI melayani pertanyaan umat dalam 11 bahasa sejak tahun 2023.

Tema dan Gagasan Utama

Video buku ini hadir dengan penjelasan mendalam bahwa agama harus dilihat melalui lensa Neuro Science, Positive Psychology, Arkeologi, dan Data Statistik. Neuro Science membantu menjelaskan aspek spiritualitas dan pengalaman keagamaan, sementara Positive Psychology menunjukkan bagaimana praktik keagamaan bisa meningkatkan kebahagiaan dan kualitas hidup.

peluncuran 10 video bertajuk “Agama di Era Artificial Intelligence: Pemikiran Denny JA” di Jakarta, Sabtu (3/7/2024).

Denny JA juga mengajak kita untuk melihat agama sebagai warisan kultural yang bisa dihargai oleh semua orang, bukan lagi sebagai kebenaran mutlak. Tema-tema dalam video buku tersebut meliputi:

1. Iman Berbasis Riset
2. Manusia Dengan Atau Tanpa Agama
3. Kitab Suci Di Abad 21
4. Moderasi Agama
5. Hijrah ke Era Demokrasi
6. Perebutan Tafsir Agama
7. Menggandeng Science dan Jalaluddin Rumi
8. Spiritualitas Baru Abad 21
9. Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama
10. Epilog

Setiap bagian disajikan dengan gaya yang menarik dan mudah dipahami, menjadikan pengetahuan ini lebih mudah diakses oleh semua kalangan. Menurut Denny JA, dalam agama tidak ada tafsir tunggal setelah Nabi wafat. Yang tersisa adalah multi penafsiran yang saling berebut menjadi arus utama dalam isu-isu krusial seperti hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan diskriminasi LGBT.

Berbeda dengan kaum sekularis dan ateis, Denny JA tidak menolak agama. Ia menyelami agama dan mengambil intisari universal yang bersifat tanpa mereduksi keunikan setiap agama. Denny mengembangkan spiritualitas yang didasarkan pada riset sains, yang disebutnya sebagai Spiritualitas Baru Abad 21.

Kontribusi untuk Perdamaian Dunia

Gagasan utama Denny JA bahwa “Agama-agama adalah warisan kultural milik bersama umat manusia” merupakan kontribusi penting bagi perdamaian dunia, sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Gaus. Gagasan ini menjadi tambahan penting setelah dialog agama Hans Kung dan pluralisme agama Nurcholish Madjid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *