Karolin Margret, Pemimpin Pengayom Semua Suku Di Landak

Loading

Landak- Bakal Calon Bupati Landak, Karolin Margret Natasa, terkenal sebagai tokoh Dayak di Kalimantan Barat.

Namun, sebagai pemimpin publik maupun politik, Karolin telah membuktikan bahwa dirinya adalah pengayom seluruh warga dari berbagai suku yang ada di Landak.

Karolin, yang pernah mengemban amanat sebagai Bupati Landak periode 2017-2022 ini sangat dekat dengan masyarakat dari suku Jawa.

Hal itu tampak ketika Karolin menghadiri Festival Budaya Grebek Suro tahun 2024 yang digelar Paguyuban Jawa Kabupaten Landak (PJKL), di Desa Amboyo Inti, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu.

Karolin menilai festival budaya grebek suro sangat penting maknanya. Sebab festival itu merupakan wujud pelestarian budaya bagi masyarakat suku Jawa yang ada di Kabupaten Landak.

“Saya sangat mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh paguyuban Jawa Kabupaten Landak untuk terus melestarikan budaya suku Jawa di Kabupaten Landak, serta dapat memberikan pembelajaran kebudayaan bagi generasi muda,” ujar Karolin.

Karolin tak hanya peduli pada pelestarian budaya Jawa. Kader PDI Perjuangan itu juga peduli pada pelestarian budaya Melayu.

Beberapa waktu lalu, Karolin pernah meminta Pemerintah Kabupaten Landak agar membukukan dan mendokumentasikan perayaan Robo-robo yang dilaksanakan masyarakat Melayu di Kabupaten Landak. Hal itu agar ritus budaya tersebut bisa dipahami oleh generasi muda.

“Robo-robo ini merupakan tradisi adat budaya dari masyarakat Kalimantan Barat termasuk masyarakat Melayu di Kabupaten Landak yang harus dilestarikan, sehingga saya berharap tradisi ini bisa dikenalkan dan dilestarikan kepada generasi muda agar mereka tidak lupa akan sejarah dan kebudayaannya,” kata Karolin saat menghadiri perayaan tersebut beberapa waktu lalu.

Karolin juga mengingatkan agar masyarakat tidak hanya menjadikan Robo-robo sebagai kebiasaan, tetapi juga dihayati artinya serta dijelaskan kepada generasi muda tentang apa maknanya.

Robo-robo merupakan tradisi atau upacara tolak bala yang dilaksanakan masyarakat Melayu di Kalimantan Barat pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, dalam kalender Hijriah.

Karolin pun mengajak masyarakat ataupun budayawan untuk dapat membuat buku maupun catatan sejarah tentang tradisi itu di Kota Ngabang dalam upaya memberikan pembelajaran serta mengenalkan sejarah adat istiadat dan kebudayaan kepada generasi muda.

Demikianlah Karolin, seorang pemimpin yang peduli pada beragam budaya suku di Landak. Kepedulian pada beragam budaya itu, mencerminkan kepedulian Karolin pada berbagai suku yang ada di Landak.

Dan kepedulian itu bukan hanya representasi dari penghayatan Karolin pada Bhinneka Tunggal Ika, tapi juga manifestasi dari watak Karolin sebagai pemimpin yang mengayomi seluruh warga tanpa pandang apa sukunya.