Remission 1°C Hyperthermia, Alternatif Baru Penanganan Kanker Terintegrasi

Loading

Denpasar (Independensi.com) – Pengurus Pusat Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) memberikan apresiasi terhadap terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 yang mengatur tentang penatalaksanaan pelayanan Kesehatan yang komprehensif dan terintegrasi kepada masyarakat. Pelayanan Kesehatan Terintegrasi yaitu suatu bentuk pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap maupun pengganti dalam keadaan tertentu.

Hal tersebut dikemukakan oleh Dr. dr. Demak Lumban Tobing Sp.PK. Ketua Spesialis Patologi Klinik RS Kanker Dharmais dalam telekonferensi dengan Mr Moses Balagopal – Co Founder & Director Of Adipolabs Healthcare (M) Sdn Bhd dan Mr. Isaac R. Joseph – Director & Co-founder of Adipolabs Healthcare Malaysia & Asia Pacific & Chairman of International Virus Research Alliance (IVRA Malaysia) yaitu Pemasok Alat Kesehatan Utama di Kawasan ASEAN, Rabu (21/8/2024).

Ada tiga dokter ahli kanker yang hadir, diantaranya Dr. dr Fielda Djuita Sp.Rad (K) Onk. Rad, Dr. dr. Demak Lumban Tobing Sp.PK, Subsp.Onk K (K) dan dr Nurul Fitri, Sp Onk. Rad, yang tergabung didalam wadah Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI).

Artinya dengan terbitnya PP 28 Tahun 2024 mulai dimungkinkannya penanganan medis yang terintegrasi seperti fase Preventif (pencegahan), pengobatan (Kuratif), Rehabilitatif (pemulihan) dan Paliatif (sulit disembuhkan). Sebab di Indonesia masih berfokus kepada layanan kuratif saja, namun paling tidak untuk metode penanganan layanan kuratif, rehabilitatif dan Paliatif sudah dapat terselenggara nantinya.

Terkait layanan preventive di therapy integrative cancer care saat ini masih menjadi fokus riset dan pengembangan dokter-dokter ahli Onkologi dan masih membutuhkan waktu untuk tingkat efektifitasnya.

Dalam interaksi zoom meeting tersebut juga dibahas tentang metode penanganan penyakit Kanker yang dapat mengurangi penggunaan obat-obatan pereda rasa sakit (pain killer misalnya morphine) sehingga dalam penyembuhan sebuah titik lokasi kanker dengan tidak merusak kepada area lainnya, bahkan diyakini alat yang bernama Remission 1°C Hyperthermia Medical Device ini efektif dapat menunjang penanganan penyakit yang bersifat  Kuratif, Rehabilitatif dan Paliatif.

Mr. Isaac R. Joseph menyampaikan Remission 1°C Hyperthermia dapat membantu dalam menangani pasien kanker secara efektif dan efisien karena memiliki keunggulan ;

Frekuensi Tinggi

Peralatan terapi termoterapi frekuensi tinggi memberikan panas yang dalam pada bagian-bagian tertentu dari jaringan tubuh tanpa ketidaknyamanan fisik atau kontraksi otot

Panas dalam 

mencairkan lemak, mengeluarkan limbah tubuh dengan meningkatkan sirkulasi getah bening dan darah, merangsang dan memproduksi kolagen dan elastin, dan meningkatkan ekspansi kolagen fibrilar

Miracle 1˚C

Suhu tubuh yang rendah dapat membahayakan kesehatan berdasarkan sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa metabolisme dan kekebalan tubuh akan menurun hingga 30% jika suhu tubuh turun 1˚C.

Hypertermia Center ini rencananya akan di terapkan menjadi yang pertama di Indonesia setelah negara maju lainnya seperti Korea, India, Australia, Thailand, Malaysia dan Philippina.

Dr. dr. Cosphiadi Irawan, Sp.PD-KHOM merupakan seorang Dokter Penyakit Dalam Konsultan Hematologi-Onkologi Medik (KHOM) dengan pengalaman lebih dari 11 tahun dan Ketua umum Pusat Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) mengingatkan quality assurance sangat penting dalam mengembangkan Hypertermia Center di Indonesia agar memastikan layanan ini bisa membantu meningkatkan ‘survival rate cancer’ di Indonesia.

Begitu pula dengan Dr. Taufik Jamaan Sp.OG., Ketua umum Asosiasi Wisata Medis Indonesia & Co-chair Indonesia Healthcare Tourism Promotion Board (IHTPB) berharap bahwa dengan akan dikembangkan nya hypertermia center di Indonesia diharapkan bisa memberikan nilai tambah bagi layanan terintegrasi penanganan penyakit Kanker di Indonesia khususnya untuk segmentasi medical tourism di Bali sehingga layanan healthcare tourism di Bali terpantau oleh Dokter-Dokter terbaik di Indonesia yang juga bekerjasama dengan mitra terbaiknya Worldwide.

dr. Widya Murni, MARS, Dipl of IHS, sebagai holistic doctor atau integrative functional medicine doctor, saat ini kita bisa menangani pasien kanker dengan mencari root of cause, seperti kebanyakan penyakit kronik degeneratif lainnya bermula dari kekurangan nutrisi, ketidakseimbangan hormon, terakumulasinya radikal bebas dan toksin lingkungan, sehingga bisa dilakukan upaya-upaya seperti detoksifikasi hati, terapi nutrisi pendukung agar sistem imun bisa diperbaiki atau terapi menyeimbangkan hormon secara alami antara lain melalui perbaikan gaya hidup, pola makan, pola tidur, relaksasi, yoga, cikung dan aneka terapi pendukung lainnya dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup penderita kanker. 

Dr. Zawawi Abdullah dari Malaysia sebagai pakar integrative cancer yang menggunakan metode Hypertermia berdasarkan pengalamannya setelah satu tahun menempuh pengetahuan dari pengajaran Universitas John Hopkins mengemukakan siapa yang harus melakukan pemeriksaan CTC (Circulation Tumor Cell) biasanya adalah mereka yang ingin mengetahui adanya sel kanker dalam sirkulasi, mereka yang sudah mengetahui kanker dan telah menjalani pengobatan kanker dan untuk mengetahui keberhasilan pengobatan sesudah terapi, remisi atau relaps kembali, sehingga dapat dilakukan pengobatan kembali untuk mencegah progresivitas kanker. Juga dapat untuk penatalaksaan lebih lanjut menjalani pengobatan lain seperti terapi sel induk (stem cell), eksosom atau terapi hormon pertumbuhan. Selain uji CTC, diperlukan pemantauan penanda tumor diperiksakan secara berkala untuk melihat peningkatan petanda tumor.

“Maka, dengan adanya rencana pengembangan hypertermia center di Indonesia khususnya Jakarta & Bali maka  layanan ini bisa di lakukan di sana” pungkasnya. (hd)