Kupang- Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) kembali bersuara demi menjaga Cagar Alam Mutis.
Baru-baru ini, Ansy Lema menyoroti perubahan status Mutis dari sebelumnya Cagar Alam menjadi Taman Nasional.
Mantan Anggota Komisi IV DPR itu kecewa dan mempertanyakan komitmen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Dalam rapat bersama Komisi IV DPR RI, sudah menyepakati tidak ada perubahan status Mutis.
“Saya menegaskan, kesepakatan ini belum pernah direvisi atau dievaluasi,” kata Ansy Lema dalam video, baru-baru ini.
Politisi PDI Perjuangan itu menegaskan, keputusan itu justru dibuat pada ujung kepemimpinan Menteri LHK, Siti Nurbaya. Bahkan tidak ada konsultasi bersama DPR RI hingga para masyarakat adat di kawasan Mutis.
Dia menegaskan, kawasan Mutis merupakan simbol peradaban masyarakat Timor. Wilayah itu menjadi bagian yang memberi kehidupan bagi masyarakat setempat, di samping sebagai identitas.
“Kita tahu bahwa Cagar Alam Mutis adalah jantung peradaban orang Timor. Mama yang menyusui kehidupan bagi masyarakat di Pulau Timor. Identitas kultural, Atoni Pah Meto,” kata Ansy Lema.
Dia beralasan, sorotan yang disampaikan karena belum melihat kajian akademik dan ilmiah yang menjadi dasar perubahan status itu. Dia khawatir wilayah itu akan beralih fungsi dengan perubahan status yang dilakukan.
“Dari wilayah konservasi menjadi wilayah pemanfaatan. Saya tidak ingin penurunan status ini menjadi ancaman bagi keseimbangan ekologis dan melukai identitas kultural serta peradaban Atoni Pah Meto,” ujar dia.
Ansy Lema mengaku akan bersama masyarakat setempat untuk mengawal proses itu. Eks aktivis 98 itu juga mendorong anggota Komisi IV DPR RI untuk mempertanyakan itu secara serius kepada Kementrian LHK RI.
Ansy Lema memang dikenal sebagai tokoh NTT yang peduli pada kelestarian alam Mutis.
Kepedulian itu ditunjukkan oleh Ansy melalui perjuangan mempertahankan status Cagar Alam Mutis sejak menjadi anggota Komisi IV DPR-RI.
Semua berawal dari rencana KLHK menurunkan status Cagar Alam Mutis menjadi Taman Nasional (TN) atau Taman Wisata Alam (TWA).
Ansy pernah mengungkapkan, sejak pertengahan Januari 2021 dirinya kerap mendengar pengaduan dan masukan dari masyarakat adat Suku Dawan, pegiat lingkungan hidup, serta para diaspora NTT di Jakarta terkait rencana penurunan status Cagar Alam Mutis.
Setelah mengkaji dan mendalami aspirasi masyarakat adat, Ansy memutuskan untuk meneruskannya kepada Menteri LHK Siti Nurbaya.
Aspirasi masyarakat adat itu pun disampaikan secara langsung oleh Ansy dalam Rapat Kerja bersama Menteri LHK Siti Nurbaya, pada suatu hari di tahun 2021.
Kepada Menteri, Ansy menyampaikan bahwa CA Mutis adalah pusat budaya Atoni Pah Meto, sumber kehidupan berbagai ekosistem, sumber air minum, dan sumber kehidupan generasi masa depan masyarakat Timor. Karena itu, Ansy meminta pemerintah mendengarkan aspirasi masyarakat adat untuk tidak menurunkan status CA Mutis.
Walhasil, perjuangan Ansy berhasil. Pemerintah pun membatalkan penurunan status Cagar Alam Mutis.
Namun, persoalan ternyata belum benar-benar berakhir.
Pada Oktober 2021 Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam NTT Arif Mahmud sempat bertemu dengan Ansy dan meminta dukungan agar DPR RI menyetujui penurunan status CA Mutis menjadi TWA.
Ansy pun tegas menolak. Ansy menegaskan CA Mutis tetap tak boleh diganggu.
Ansy tetap teguh menolak penurunan status CA Mutis, karena dia telah mengetahui bahwa bila CA Mutis menjadi TWA hanya akan menyisakan sekitar 2.000 hektare sebagai zona konservasi.
Jadi, sebagian wilayah konservasi dikeluarkan menjadi zona pemanfaatan. Mayoritas dari wilayah di zona itu akan diberikan izin untuk investasi pembangunan hotel, pertambangan (mangan dan nikel), dan pariwisata, yang pastinya akan berdampak pada kelestarian alam.
Kini, ketika Ansy sedang fokus berjuang untuk menjadi pemimpin NTT, KLHK ‘bermain-main’ lagi dengan status Cagar Alam Mutis.
Namun bukan Ansy Lema namanya, bila abai pada kelestarian simbol peradaban masyarakat Timor.
‘Permainan’ KLHK itu segera direspon Ansy dengan suara lantang. Jadi, sebaiknya jangan bermain-main dengan Ansy bila terkait kelestarian alam NTT.