BanyuShield Atasi Bau dan Penyebaran Bakteri di Banyubiru

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – BanyuShield dieksekusi sebagai produk solutif bagi permasalahan peternakan di Pandeglang, Banten, yang menyoroti dua masalah utama, yakni bau tidak sedap dan risiko keberadaan bakteri pada kandang ternak.

Menerapkan inovasi paten Ramambu, limbah cangkang udang disulap menjadi kitosan yang berfungsi sebagai formula antibau dan antibakteri, menjadi produk penyelamat peternakan yang memiliki nilai jual.

Realisasi ini memakan waktu lima bulan dengan pelatihan rutin yang diberikan oleh kolaborasi Universitas Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dan Universitas Mathla’ul Anwar melalui Program Diseminasi Teknologi dan Inovasi (PDTI) 2024.

Memiliki sumber peternakan berlimpah, wilayah Pandeglang dihadapi dengan permasalahan bau tak sedap dan keberadaan bakteri pada kandang yang berpotensi menimbulkan penyakit pada hewan ternak. Apabila dibiarkan, hal tersebut dapat menurunkan produktivitas di bidang peternakan setempat.

Mencegah terjadinya hal tersebut, tim pengabdian masyarakat yang diketuai oleh Dr. Retno Lestari, M.Si. telah melakukan diseminasi teknologi disertai kunjungan rutin ke Desa Banyubiru. Kunjungan rutin yang dilakukan bertujuan untuk memberikan pelatihan optimal bagi para pemuda setempat terkait proses produksi kitosan cair anti bau yang kemudian diberi nama “BanyuShield”.

Penerapan teknologi dalam optimasi pembuatan kitosan. (Sumber: Dokumentasi Tim Pengabdian masyarakat)
Penerapan teknologi dalam optimasi pembuatan kitosan, (Sumber: Dokumentasi Tim Pengabdian masyarakat)

Penamaan BanyuShield berasal dari dua kata utama, yakni “Banyu” yang berasal dari nama depan desa Banyubiru dan “Shield” yang merupakan terjemah inggris dari kata tameng. Menggabungkan dua kata tersebut, BanyuShield memiliki makna air yang mengalir.

Proses pembuatan kitosan melibatkan interdisiplin ilmu kimia dan biologi. Dengan alat teknologi yang diinvestasi oleh tim pengabdi melalui pendanaan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (DIKTI), cangkang kulit udang diproses melalui serangkaian tahap, yakni demineralisasi, destilasi, dan netralisasi hingga menjadi kitosan cair. Dalam pembiasaan penggunaan alat, masyarakat dilatih secara langsung oleh tenaga ahli, yakni Ibu Dr. Pipih Suptijah yang merupakan perancang alat teknologi produksi kitosan.

Kemasan BanyuShield (Sumber: Dokumentasi Tim Pengabdian Masyarakat)
Kemasan BanyuShield (Sumber: Dokumentasi Tim Pengabdian Masyarakat)

Tidak hanya itu, tim pengabdi juga mendorong kemandirian ekonomi pemuda Desa Banyubiru dengan pembekalan materi seputar ekonomi dan penjualan produk. Para pemuda dibekali materi sosialisasi mulai dari aspek perancangan visual kreativitas pengemasan produk hingga pemasaran produk yang efektif. Melalui pelatihan ini, para pemuda mengaku menjadi paham bagaimana cara mengemas, memasarkan, hingga mengelola keuangan produk BanyuShield.

Penyerahan Buku Kas sebagai Fasilitas Pemasaran Produk. (Sumber: Dokumentasi Tim Pengabdian Masyarakat)
Penyerahan Buku Kas sebagai Fasilitas Pemasaran Produk. (Sumber: Dokumentasi Tim Pengabdian Masyarakat)

Meskipun dinilai sulit pada awalnya, para pemuda mengaku telah mampu dan memahami proses pembuatan kitosan hingga pemasaran produk BanyuShield. Hal ini terlihat dari peningkatan kualitas pemahaman melalui post test yang diedarkan oleh tim pengabdi setelah kegiatan pelatihan rutin.

Saat ini, produk BanyuShield telah memiliki logo produk dan sudah mulai dipasarkan dalam lingkungan kecil masyarakat Desa Banyubiru, Pandeglang, Banten. Produk juga telah diaplikasikan pada kandang ternak setempat untuk menghilangkan bau dan mencegah perkembangan bakteri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *