JAKARTA (Independensi.com) – Dalam rangka Hari Kanker Sedunia Tahun 2025, Yayasan Metta-Manggala bekerja sama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) mengadakan Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara di Pondok Pesantren Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/2/2025). Kegiatan ini sebagai upaya strategis dalam mendukung pencegahan dan penanganan kanker di lingkungan generasi Z. Selain itu, sosialisasi ini merupakan implementasi komitmen bersama untuk menurunkan kejadian kasus baru kanker payudara stadium lanjut.
“Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara serta Praktik SADARI merupakan acara yang sangat penting bagi kesehatan perempuan, khususnya bagi para santriwati Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman sebagai bentuk kepedulian nyata terhadap kesehatan generasi muda, khususnya santriwati kami,” ujar Ketua Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman, Hj. Umi Waheeda melalui keterangan tertulis, Senin (10/2/2025).
Acara ini diikuti oleh 1.000 orang santriwati dari mahasiswi STAI Nurul Iman dan pelajar SMP & SMA Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman. Kegiatan ini meningkatkan kesadaran serta edukasi tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara di lingkungan santriwati Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman.
“Kami percaya bahwa pendidikan kesehatan adalah bagian penting dari pembelajaran di pesantren. Oleh karena itu, kami sangat menyambut baik kerja sama ini dan berharap di masa mendatang dapat kembali mengadakan sosialisasi serupa agar para santriwati semakin teredukasi dengan baik. Manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Dengarkan, pahami, dan praktikkan ilmu yang didapatkan hari ini. Kesehatan adalah amanah dari Allah SWT yang harus kita jaga, karena perempuan yang sehat akan menjadi tiang bagi keluarga dan masyarakat yang kuat,” lanjut Hj. Umi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua YKPI Linda Agum Gumelar menyampaikan, berdasarkan data GLOBOCAN Tahun 2022, terdapat 408.661 angka kejadian kanker di Indonesia dan 242.988 kematian yang disebabkan oleh kanker pada tahun 2022. Berdasarkan jenisnya, kasus baru kanker payudara paling banyak dialami perempuan di Indonesia yang terdiagnosa kanker yaitu sebanyak 66.271. Jumlah ini setara dengan 30,1% dari total kasus baru kanker perempuan di Tanah Air, dan yang memperihatinkan 70% pasien datang dalam stadium lanjut.
Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) yang mempunyai visi “Indonesia Bebas Kanker Payudara Stadium Lanjut” memfokuskan program-programnya kepada upaya Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara serta Praktek SADARI dengan sasaran peserta selain kepada kelompok usia dewasa juga kami terus meningkatkan sosialisasi kami kepada usia-usia remaja atau Generasi Z (Generasi kelahiran antara tahun 1995 – 2010). “Harapan kami tentu dengan target tersebut, maka 10 tahun kedepan kita bisa bersama-sama menekan kejadian kasus baru kanker payudara stadium lanjut,” ujar Linda.
Lebih jauh Linda mengatakan, sosialisasi penting dilakukan mengetahui informasi tentang skrining dan deteksi dini kanker payudara juga melakukan langkah kesehatan dengan mamografi diusia diatas 40 tahun. “Perlu secara rutin melakukan SADARI (perikSA payuDAra sendiRI) dan SADANIS (perikSA payuDAra kliNIS), SADARI sangat mudah dilakukan dengan syarat: dilakukan dengan cara yang tepat, rutin, disiplin dan bila ada benjolan yang menetap dan tidak sakit segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat. Kanker payudara stadium lanjut dapat kita cegah bila ditemukan dalam stadium awal dan ingat bahwa tidak semua benjolan di payudara adalah kanker,” ungkap Linda.
Kenali Payudara Sendiri
Dalam kegiatan ini, dr. Hardina Sabrida, MARS., sebagai narasumber menjelaskan tentang proses mengenali payudara sendiri sehingga wanita mengetahui keadaan normal payudaranya dan segera mengenali bila terjadi perubahan dari keadaan normal. Selain itu, kelainan payudara yang perlu mendapat perhatian yaitu apabila terjadi perubahan bentuk dan ukuran payudara, teraba benjolan, nyeri, penebalan kulit, terdapat cekungan kulit seperti lesung pipit, pengerutan kulit payudara, keluar cairan dari puting susu, penarikan puting susu ke dalam, dan luka pada payudara yang tidak kunjung sembuh.
Selanjutnya dr. Hardina menjelaskan mengenai melakukan perikSA payuDAra SendiRI (SADARI) secara teratur setiap bulan, SADARI dilakukan antara waktu 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi, bila sudah tidak haid lakukan ditanggal yang sama setiap bulan. Cara deteksi kanker payudara ini yang paling sederhana untuk dilakukan.
YKPI dengan program-programnya bisa menjadi ujung tombak dalam memberikan edukasi dan pendampingan serta berharap pemerintah juga terus meningkatkan sosialialisasi dan edukasi karena ada dugaan atau kecenderungan kanker payudara ini akan terus meningkat dan terjadi peledakan di dunia. Untuk itu diharapkan agar para santriwati setelah mengikuti kegiatan ini, mau melakukan kegiatan SADARI secara rutin. Hal ini dilakukan agar kita bisa membangun masyarakat Indonesia yang lebih sehat, lebih peduli dan lebih kuat menghadapi tantangan apapun untuk menuju Indonesia Emas Tahun 2045.