Sarat Makna
Sementara Titiek Ndarys (Koordinator Pameran) dalam catatannya mengungkapkan bahwa hidup bagai selembar kanvas dalam bingkai. Setiap goresan adalah langkah untuk mencari bentuk yang lebih baik, dan setiap warna adalah harmoni kehidupan tanpa batas di mana ujungnya.
Menyebut KOMPPI terdengar gemulai, kemayu tapi ternyata cukup gagah, trengginas, elegan dan tegas dalam bersikap.
Tiba-tiba terbesit wajah-wajah lembut memancarkan aura cinta kasih yang tak tergantikan mengingat peran mereka sebagai ibu rumah tangga yang juga punya profesi yang beraneka, ada tenaga medis, dokter, penyair, penulis, wartawan, pengajar, penyanyi, arsitek, aktivis LSM, pegawai kantoran, pemilik kos-kosan, pensiunan, dan ada juga anggota KOMPPI yang bekerja sebagai ASN.
Melihat karya mereka di atas kanvas, ternyata bukan hasil kacangan, bukan ecek-ecek karena sangat profesional. Oleh karena itulah maka menjadi sangat wajar ketika perupa Sanggar Garajas Bulungan, Eddy Yoenanto – yang dalam pameran Komppi dilibatkan untuk membantu Titiek Ndarys demi kelancaran sejak sebelum pameran dibuka hingga ditutup pada akhir pekan ini – pun sangat gembira dikarenakan satu hari sebelum pameran berlangsung dua bentuk lukisan sudah ada yang membeli.
Seperti diketahui, perupa dari Sanggar Garajas Bulungan tersebut, yang juga sangat aktif berpameran – baik tunggal maupun bersama – mengungkapkan bahwa pada hari ketiga dan keempat pameran berlangsung yakni pada 22 dan 23 April 2025, ada dua bentuk lukisan yang terjual.
Eddy Yoen memang tidak bersedia menjawab pertanyaan mengenai berapa harga per-satu lukisan terkait dengan empat bentuk lukisan dari pameran Komppi yang telah terjual.
Namun, terlepas dari masalah tersebut, yang jelas KOMPPI masih berupaya LKBN Antara menjadi basecamp-nya. “Mohon doa restunya, Mas,” kata Eddy Yoen yang, saat dihubungi independensi.com sedang berada di Istana Cipanas menghadiri acara Halal Bi Halal pensiunan pegawai Sekretariat Negara mengakhiri obrolannya lewat telepon. (Penulis: Like Wuwus)