Ubud (Independensi.com) – Pameran Tunggal Sherry Winata bertajuk ‘Inner Sacred Alchemy’ yang masih berlangsung hingga 10 Agustus 2025 di Museum Puri Lukisan Ubud menyedot perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Pameran yang digelar G3N Project bekerjasama dengan Museum Puri Lukisan ini menyajikan 23 karya Sherry berupa lukisan dan patung yang menggunakan aneka media seperti batuan, mineral, kristal, resin, dan glitter, tidak hanya menjadi elemen fisik, tetapi juga mediator energi yang menjembatani manusia dengan semesta.
Sherry, seniman asal Bandung, merupakan sosok multidisiplin yang intens menjalankan kegiatan sebagai pelukis, pematung, guru meditasi, penyembuh dengan sound healing, serta praktisi spiritual.
Gubernur Bali Wayan Koster dalam sambutan yang dibacakan Kadis Pariwisata Bali I Wayan Sumarajaya mengatakan pameran ini seolah mengulang sejarah masa lalu yakni dipilihnya Ubud sebagai lokasi perjumpaan budaya dan tempat berpadu serta bertemunya beragam gaya dan teknik seni lukis.
Ia berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut sebagai wahana interaksi dan dialog budaya dengan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman baik dari segi teknik, gaya, maupun konsep kekaryaan masing-masing.
“Saya mengapresiasi konsistensi Museum Puri Lukisan yang sejak berdirinya menjadi wadah pelestarian seni lukis tradisional Bali sekaligus wahana pertemuan dan interaksi kreatif para seniman lintas generasi, lintas daerah, dan lintas negara,” katanya.
Pada kesempatan itu, Gubernur menyebut peran Tjokorda Gde Agung Sukawati dari Puri Agung Ubud bersama Walter Spies, Rudolf Bonet, dan I Gusti Nyoman Lempad mendirikan Pita Maha pada 1936 yang membawa pembaruan gaya dan gerakan seni yang semangatnya masih dirasakan hingga kini.
Gubernur juga menyampaikan apresiasi terhadap pameran ini dan berharap dapat memberikan manfaat untuk memperkaya khazanah kebudayaan kita. “Karya Sherry yang memadukan seni lukis dengan kontemplasi diri dan spiritualitas sejatinya sejalan dengan kehidupan berkesenian di Bali,” ujarnya.
Kata dia lukisan Bali bukan hanya merupakan benda seni tetapi di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang sarat pesan religius dan spiritual. Begitu pula semangat para seniman di Bali yang dalam berkarya selalu dilandasi nilai-nilai tersebut sehingga menghasilkan garis, warna, dan karyanya menjadi hidup dan berkharisma yang disebut dengan ‘metaksu’.
Hal senada diungkapkan Penglingsir Puri Agung Ubud yang menaungi Museum Puri Lukisan, Tjokorda Gde Putra Sukawati bahwa karya Sherry yang meditatif sangat tepat dipamerkan di Ubud yang memiliki vibrasi spiritual dan menjadi destinasi wisata healing.
Dia berharap warga Ubud tetap menjaga getaran spiritual tersebut dengan aktivitas adat, tradisi, dan keagamaan seperti yang telah dilakukan para leluhur.
Tjok Putra menyampaikan kekaguman terhadap karya-karya Sherry dengan perpaduan warna-warna indah yang teduh dan menenangkan. “Sherry berani mengungkapkan batasan-batasan dalam hidup dengan mengekspresikan secara bebas di atas kanvas, dan hasilnya sangat menyentuh pemirsanya,” ujarnya.
Sementara itu, Cynthia Riza, istri Wakil Menteri Kebudayaan RI Giring Ganesha Djumaryo mengatakan dari pengalamannya mempunyai suami seorang seniman membuatnya bisa merasakan energi yang hangat dan kuat dari karya-karya Sherry.
Kata dia di balik keindahan karya Sherry terasa adanya ketulusan dan kejujuran dari seorang ibu yang selalu melihat orang lain dari sisi positif karena rutin melakukan olah spiritual dan meditasi.
“Tak heran keindahan jiwanya tercermin dalam karyanya yang begitu menyentuh. Dari pameran ini saya melihat kelembutan sekaligus kekuatan, keindahan sekaligus kedalaman yang misterius dan inner beauty yang menarik,” kata Cynthia saat menyampaikan kata sambutan. Suaminya, Wamen Giring Ganesha, hanya hadir saat konferensi pers sehari sebelumnya dan tidak hadir dalam pembukaan pameran karena menghadiri suatu acara bersama Presiden Prabowo Subianto di Solo.
Cynthia berharap seperti halnya Sherry, para seniman, khususnya perempuan Indonesia, bebas berkarya dan berekspresi, bebas mengambil peran di mana pun berada, dan para ibu agar terus mendorong putra-putrinya mencintai seni budaya serta mendukung penuh jika anaknya memiliki minat di bidang seni.
Pembukaan pameran ini dihadiri Ketua Umum Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara Brigjen Pol (Purn) Dr.AA. Mapparessa yang juga Karaeng Turikale VIII Maros Sulsel, Sultan Sumbawa Muhammad Kaharuddin IV, Sultan Indragiri Tengku Parameswara, Firman Mudhaffar Syah dari Kesultanan Ternate, Ahmad Jazuli dari Keraton Kasepuhan Cirebon serta 14 pengageng puri se-Bali.
Sementara itu, GM G3N Project Andry Ismaya Permadi mengatakan telah beberapa kali memamerkan karya Sherry karena keunikan karya abstraknya yang menggunakan material khusus memadukan warna, bentuk, simbol, dan pola untuk mengekspresikan persepsinya tentang berbagai dimensi dan frekuensi alam semesta.
Andry menyebut G3N Project yang didirikan pada 2023 juga aktif berkolaborasi dengan sejumlah seniman terkemuka untuk berkontribusi terhadap perkembangan seni rupa Indonesia dan membawanya ke ranah global.
Kurator Asmujo J Irianto menambahkan Sherry merupakan figur menarik dalam konstelasi seni rupa kontemporer Indonesia karena tidak lahir dari lembaga pendidikan seni.
“Sherry seorang seniman yang titik balance-nya luar biasa, dia memiliki rasio, emosi, intuisi, dan spirit. Ini menarik karena kemudian karya-karya Sherry akan berlaku seperti rasa yang dimiliki oleh para pemirsanya,” kata Asmujo.
Dia menyebut karya Sherry tidak untuk dibaca narasinya melainkan dirasakan dengan pengalaman batin masing-masing pemirsa. “Jadi seperti judulnya Alkmia Batin, seni rupa memang sangat dekat dengan yang batiniah tapi karya Sherry menuju jalur visual yang kuat dan dekat dengan dimensi spiritual. (hd)