JAKARTA (IndependensI.com) – Pegolf amatir nasional yang kontribusinya sangat signifikan terhadap daerah asal dan nasional ini mengaku tidak terpengaruh dengan para pendahulunya yakni untuk beralih status dari amatir ke profesional
Ketidak-tertarikan Jowi – sapaan akrab pegolf amatir asal Surabaya, Jawa Timur yang lahir pada 21 Desember 2000 – ini bukan lantaran iklim kompetisi golf profesional di dalam negeri belum mencapai tingkat ideal yang diharapkan.
Akan tetapi lebih kepada prinsip hidupnya yang tidak mau setengah-setengah setiap kali akan menekuni satu bidang profesi.
“Meskipun begitu bukan berarti kalau ada event pro lokal dan event berskala internasional – seperti Indonesia Masters dan atau Indonesia Open yang diikuti oleh pro dari manca negara – yang berlangsung di Indonesia saya akan absen. Tidak. Saya akan tetap berpartisipasi,” katanya.
“Selama situasi dan kondisinya memungkinkan, saya akan tetap berpartisipasi. Tentu dengan status saya sebagai pegolf amatir .. Kan keren, Om, kalau dalam event bergengsi tersebut saya berhasil merebut lowest amateur,” tambah Jowi dengan logat Jawa Timur yang khas sambil tertawa.
Prestasi
Menekuni olah raga golf sejak masih di duduk di SD, prestasi yang ditorehkan Jowi cukup menjanjikan, karena grafiknya cenderung terus meningkat – apalagi setelah SMP dan kemudian melanjutkan ke SMA.
Paling tidak ketika masih berkiprah di ajang turnamen junior Jowi selalu dianggap sebagai lawan berat oleh para kompetitornya – baik di tingkat lokal maupun nasional.
Meskipun sempat absen dari kancah persaingan golf amatir di tanah air (karena melanjutkan studi ke luar negeri di antaranya di Curtin College di Perth, Australia, ketika kembali ke Indonesia performance Jowi di ajang persaingan golf junior masih tetap konsisten.
Terbukti pada PON XIX 2016 yang berlangsung di Jawa Barat, pegolf amatir yang Desember mendatang usianya akan genap 20 tahun ini berhasil mempersembahkan medali emas di nomor perorangan dan medali perak nomor beregu bagi kontingen Jawa Timur dalam multievent empat tahun sekali tersebut.
Dua tahun kemudian – tepatnya Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games yang berlangsung di Jakarta dan Palembang, Jowi dan kawan-kawan yang tergabung dalam tim golf Indonesia berhasil mempersembahkan medali perunggu.
Selain itu, pegolf asal Jawa Timur yang pernah belajar tentang enterprenuer, bussines communication, economy, marketing dan management di Curtin College Perth Australia, ini, juga berhasil menjuarai turnamen Indonrsia Men Amateur Open (yang digabung menjadi satu dengan event Indonesia Ladies Amateur Open), yang berlangsung pada 2019 di Gading Raya Golf Course, Gading Serpong – Tangerang, Banten.
Tradisi
Seperti diketahui, sejak era millenium kedua banyak pegolf amatir di negeri ini, terutama setelah mereka tampil membelah daerah asalnya seperti PON dan event amatir nasional lainnya – kemudian tampil bersama tim golf Indonesia di SEA Games serta event amatir lainnya di Asia Pacific (menjadi juara atau tidak) mereka tak lama kemudian menanggalkan statusnya sebagai pegolf amatir dan beralih ke golf profesional.
Tapi Jowi – seperti diungkapkannya di awal perbincangan ini – tidak terpengaruh dengan “tradisi” yang selama ini dilakukan oleh paran pendahukunya.
Penyebabnya karena Jowi memiliki prinsip tidak mau setengah-setengah bila akan menekuni satu profesi: harus total dan all out!
Faktanya saat ini memang di kancah persaingan golf pro dalam negeri yang bernaung di bawa”h payung hukum PGAT – Professional Golf Association Tour of Indonesia (d/h PGPI – Persatuan Golf Profesional Indonesia), keberadaan wajah-wajah baru sangat dominan.
Tapi, diakui atau tidak, prestasi mereka di ajang persaingan golf pro belum semoncer ketika mereka masih berstatus amatir.
Dampak Covid-19
Dan, sejak pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia – baik pegolf amatir maupun pegolf profesional di dalam negeri – untuk sementara harus menyimpan peralatan golf mereka masing-masing di kamar, garasi dan gudang.
Sebagaimana diketahui bahwa PB PGI pada 2000 ini memang ada agenda untuk menggelar turnamen golf junior dan amatir.
Tapi, akibat adanya pandemi coronavirus, turnamen yang ditunggu-tunggu tersebut terpaksa ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Hal yang sama juga dialami PGATI. Beberapa event yang telah diagendakan untuk memperebutkan prize money total sebesar Rp200 juta dan Rp350 juta, ditunda pelaksanaannya hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Meskipun begitu Jonathan Wijono tetap berlatih. Selain demi menjaga kebugaran sekaligus kelenturan badan saat melakun swing di teeing ground, putting, dan lainnya, juga untuk menjaga immunitas tubuh agar tidak terpapar coronavirus yang sangat membayakan kehidupan manusia tersebut.
Belajar Bisnis
Di era pandemi seperti saat ini di mana setiap warga masyarakat diharuskan melakukan aktivitas dari rumah masing-masing, Jowi mengaku sama sekali tidak canggung.
Dengan latar belakang pendidikannya di Curtin College, Jowi mulai mempratekkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Saya mulai belajar berbisnis, Om,” katanya.
Dan, seperti generasi muda zaman now umumnya, Jowi pun bersama sang kekasih sejak beberapa waktu lalu mulai menekuni usaha minuman segar secara online berlabel goodgeel.
Sehingga dalam era adaptasi kebiasaan baru seperti sekarang, Jowi mengaku tetap punya kesibukan yang membuat dirinya tidak ‘bete’ dalam melakoni kehidupan sehari-harinya.
Ditanya tentang prospek usaha yang kini digelutinya, Jowi langsung menjawab: “Puji Tuhan, Om, saya bersyukur senantiasa setiap saat.”
“Bahwa bisnis minuman secara online yang saya jalankan memang belum sampai kepada tingkat ekspektasi seperti yang inginkan, memang betul dan bagi saya hal itu adalah sebuah tantangan,” katanya.
Jowi menegaskan bahwa apa yang saat ini sedang dia tekuni secara all out dan tidak setengah-setengah berbanding lurus atau paralel dengan olah raga golf yang menghantarkannya ke tingkat nasional. Karena olah raga golf mengajarkan segala aspek yang berhubungan dengan ketekunan dan kesabaran.
Jowi memberikan contoh. Katanya: “Walaupun saya mengenal betul segala handicap yang ada di lapangan, namun bukan berarti pada event yang saya ikuti di setiap hole yang saya akan bisa mencetak pukulan eagle atau birdie… Karena, kalau saya hanya par saja, itu pun harus saya syukuri.”
Dengan demikian, kata Jonathan Wijono (mohon dibaca Wiyono), setelah dia berhasil me-recovery permainannya dan di hole berikutnya bisa mencetak birdie dan lolos cut off. “Saya tetap bersyukur karena saya bisa tampil di final,” katanya.
“Dan, andaikata dalam turnamen yang saya ikuti di final saya keluar sebagai juara, saya menganggap bahwa itu bonus dari Tuhan yang tahu betul perjuangan dan jerih payah yang telah saya lakukan sejak ronde pertama, kedua, ketiga sampai ke ronde keempat, final,” katanya.
Menjawab pertanyaan, apakah dengan demikian Jowi akan meninggalkan olah raga dan beralih ke bisnis on line — setelah merenung beberapa saat — Jowi mengungkapkan bahwa kemungkinan ke depannya golf baginya sekadar untuk fun demi membangung link atau relasi terkait dengan bisnis on line yang saat ini sedang dirintis bersama kekasihnya.
“Seperti itu, Om,” kata Jonathan Wijono mengakhiri obrolannya. (Toto Prawoto)