JAKARTA (Independensi.com) – Beberapa waktu lalu, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menjelaskan tutut atau keong sawah memiliki protein yang tinggi namun menyehatkan. Bahkan saat ada seorang yang memiliki tekanan darah tinggi masih bisa mengkonsumsi tutut yang proteinnya tinggi.
Hal itu dikatakan mentan dalam rangka mengantisipasi mahalnya harga daging sapi. Namun, pernyataan mentan tersebut ditanggapi beragam oleh masyarakat.
Lantas bagaimana pendapat ahli gizi dengan kandungan yang terdapat pada keong sawah? Ahli gizi Dr. Marudut, Bsc. MPS tak menampik kandungan protein yang ada dalam keong sawah, seperti dikutip laman solopos.com.
Tetapi, dia tak bisa menyebut secara pasti apakah jumlah protein dalam keong sawah bisa menyamai atau bahkan melampaui daging.
“Sampai saat ini saya belum baca apakah ada perbedaan yang signifikan antara daging dan keong sawah, terutama dari proteinnya,” kata dia Marudut yang merupakan dosen di Politeknik Kesehatan Masyarakat Kemenkes Jakarta II itu di Jakarta, Selasa (5/11/2017).
Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengonsumsi keong sawah salah satunya soal zat racun yang terkandung di dalamnya. Lalu, soal kandungan kolestrol dalam keong walau memang tak setinggi jerohan.
“Pada keong ada zat-zat toksik-nya. Kita makan normal saja berapa porsi. Soal kolesterol, lebih tinggi tetapi tidak lebih tinggi dari jerohan,” tutur Marudut sebagaimana dilansir Antara.
Kemudian, berbeda dari daging, pengolahan keong sawah cenderung lebih sulit, karena lendir dan kotorannya harus dipisahkan dulu.
Ketimbang keong sawah, Marudut lebih merekomendasikan ikan sebagai varian pengganti daging. “Tetapi jelas keong sumber protein. Tetapi jauh lebih baik ikan. Ikan kita melimpah,” tutur dia. (berbagai sumber)