JAKARTA (Independensi.com) – Indonesia akan mampu menjalani tahun politik dengan baik pada 2018 kalau pemerintah mampu memperbaiki kesenjangan ekonomi dengan baik dan banyaknya terserap tenaga kerja di berbagai sektor.
Demikian dikemukakan oleh Rektor Perbanas Marsudi W Kisworo dalam acara diskusi panel bertajuk “Penurunan Daya Beli, Kerjaan Orang Politik atau Benar Adanya ?” bersama nara sumber Ketua MPR Zulkifli Hasan bersama Anggota DPR Dony Priambodo Fraksi Nasdem, Begawan Ekonomi Rizal Ramli, Peneliti Indef Bhima Yudistira, dan Ketua Bidang Fisikal dan Moneter HIPMI Idrus di kampus Perbanas, Kuningan, Jakarta, Kamis (7/12/2017).
Marsudi mengatakan meski kesenjangan ekonomi berdampak pada tahun politik, namun Indonesia sudah berhasil memperbaiki gini rasio sebesar 1% menjadi 0,39 dengan harapan kesenjangan akan makin baik pada tahun depan.
Hanya saja dia berharap pembangunan infrastruktur bisa diselesaikan dengan cepat sehingga selain mengurangi kesenjangan ekonomi, juga mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.
Sedangkan dari sisi perbankan, dia berharap masalah terbesar berupa kesulitan penyaluran kredit bisa membaik. Dia mengakui kalau dulu perbankan kelebihan likuidtas, sekarang malah uangnya banyak tapi orang tak mau meminjam.
“Karena bisnis tak lancar, pertumbuhan kredit jadi menurun. Pengusahanya lebih banyak menabung daripada menjalankan perusahaan,” ujar Marsudi.
Dia menilai salah satu prasyarat perbaikan ekonomi adalah sehatnya sektor perbankan saat Indonesia memasuki tahun politik 2018 maupun untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Sementara itu, Anggota Komisi XIDPR Dony Priambodo mengatakan meski opini publik menyebutkan telah terjadi penurunan daya beli masyarakat akhir-akhir ini, namun dia menyebutkan pendapat itu tidak benar.
Dia berpendapat bahwa yang terjadi adalah perlambatan pertumbuhan daya beli. Bahkan pergeseran kebiasaan perdagangan tradisional ke bisnis online tidak berpengaruh secara signifikan.
“Saya tidak melihat ada kejadian luar biasa yang membuat daya beli menurun akhir-akhir ini,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa diperlukan kajian yang lebih dalam untuk melihat gejala penurunan daya beli karena sejauh ini pertumbuhan pendapatan terus terjadi sejak krisis ekonomi tahun 1998.