Trenggalek, Independensi.com – Ketua TP PKK Kabupaten Trenggalek, Novita Hardini, mengambil langkah nyata dalam menghadapi fluktuasi harga kebutuhan pokok yang semakin meresahkan masyarakat. Salah satunya melalui program PKK Pangan Bergizi, yang bertujuan mendorong warga untuk lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan. Kenaikan harga cabai yang sempat menyentuh Rp 100 ribu per kilogram menjadi perhatian serius.
“Saat ini mungkin masih bisa dibeli, tetapi jika harga terus naik dan diikuti lonjakan kebutuhan pokok lainnya, daya beli masyarakat tentu akan semakin terpuruk,” ujar Novita, Sabtu (8/3/2025).
Sebagai respons cepat, Novita segera mengumpulkan jajaran Pokja PKK untuk merancang strategi konkret. Dari diskusi tersebut, lahirlah Gerakan Pangan Lestari PKK, yang diimplementasikan melalui pembagian bibit sayur, buah, serta benih ikan kepada masyarakat.
“Kami ingin masyarakat lebih tangguh menghadapi tantangan ekonomi ke depan. Dengan menanam sendiri, mereka tidak akan sepenuhnya bergantung pada pasar,” jelas Novita, yang juga anggota DPR RI Komisi VII dari Fraksi PDI Perjuangan.
Sebagai bagian dari pemantauan program, Novita meninjau langsung pelaksanaannya di berbagai desa, termasuk Desa Tegaren, Kecamatan Tugu, dan Desa Kerjo, Kecamatan Karangan.
Ia mengapresiasi inovasi yang telah dilakukan oleh kelompok Dasawisma di Desa Tegaren, yang berhasil mengembangkan kebun pangan bergizi, kolam lele, serta budidaya sayur-mayur di pekarangan rumah.
“Tegaren bisa menjadi desa percontohan dalam ketahanan pangan. Hampir setiap rumah di sini sudah menerapkan program ini, dan saya berharap inovasi mereka dapat menginspirasi desa-desa lain di Trenggalek,” ujar legislator perempuan satu-satunya dari Dapil Jawa Timur 7 itu.
Tak hanya berhasil dalam ketahanan pangan, Desa Tegaren juga mencatatkan prestasi luar biasa. Dari desa lokus stunting, kini Tegaren berhasil mencapai 0 kasus stunting. Hal ini tidak lepas dari peran PKK yang terus berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di daerahnya.
Program PKK Pangan Bergizi ini akan terus diperluas ke 14 kecamatan di Trenggalek. Novita menargetkan setiap rumah di desa-desa bisa mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangannya. Jika program ini diterapkan secara kolektif, bukan tidak mungkin desa-desa di Trenggalek bisa menjadi pemasok pangan bagi daerah lain.
“Kami ingin memastikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) berjalan dengan baik di Trenggalek. Harapannya, Trenggalek bisa mandiri dalam produksi sayur-mayur dan tidak bergantung pada kabupaten lain,” tutupnya. (frd)