JAKARTA (IndependensI.com) – Tensi antara Gedung Putih dan Federal Reserve System (The Fed) bukanlah hal baru dalam sejarah Amerika Serikat, namun kritik keras yang dilontarkan oleh Donald Trump terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell, selama masa kepresidenannya dan sesudahnya telah menarik perhatian luas. Pernyataan-pernyataan ini, yang seringkali mendesak penurunan suku bunga secara agresif dan terkadang mempertanyakan independensi bank sentral, menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap perekonomian AS dan pasar keuangan.
Sepanjang masa jabatannya, Trump berulang kali menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan moneter The Fed di bawah kepemimpinan Powell, yang ia tunjuk sendiri pada tahun 2017. Trump berpendapat bahwa suku bunga yang lebih rendah diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi dan memberikan keunggulan kompetitif bagi AS. Kritiknya sering kali disampaikan melalui media sosial, dengan kata-kata pedas yang belum pernah terjadi sebelumnya dari seorang presiden terhadap kepala bank sentral.
Dampak dari pernyataan Trump terhadap Powell terhadap perekonomian AS bersifat kompleks. Di satu sisi, tekanan untuk menurunkan suku bunga mungkin sesuai dengan keinginan sebagian pelaku pasar yang ingin melihat biaya pinjaman yang lebih rendah. Namun, kekhawatiran yang lebih besar muncul terkait potensi terkikisnya independensi The Fed. Independensi bank sentral dianggap krusial untuk menjaga stabilitas harga dan kepercayaan terhadap mata uang. Campur tangan politik dalam kebijakan moneter dapat menimbulkan ketidakpastian, mengurangi kepercayaan investor, dan berpotensi memicu inflasi dalam jangka panjang.
Terkait dengan bursa saham New York, pernyataan Trump terhadap Powell seringkali bertepatan dengan gejolak pasar. Ketika Trump meningkatkan kritiknya atau ada spekulasi mengenai masa depan Powell, pasar saham cenderung bereaksi negatif. Indeks-indeks utama seperti S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan Nasdaq Composite terkadang mengalami penurunan signifikan. Hal ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap stabilitas kebijakan ekonomi dan potensi ketidakpastian yang disebabkan oleh perselisihan terbuka antara presiden dan kepala bank sentral. Ketidakpastian ini dapat membuat investor menarik diri dari aset-aset berisiko.
Beberapa perusahaan besar juga terimbas oleh sentimen pasar yang dipengaruhi oleh ketegangan ini. Meskipun sulit untuk secara pasti mengaitkan pergerakan saham perusahaan tertentu hanya karena pernyataan Trump tentang Powell, perusahaan-perusahaan teknologi besar (sering disebut sebagai “Magnificent Seven”) seperti Nvidia dan Tesla, yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan sensitif terhadap sentimen pasar global dan kebijakan ekonomi, terlihat mengalami penurunan dalam periode ketegangan tersebut. Namun, perlu dicatat bahwa pergerakan saham perusahaan-perusahaan ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti kinerja keuangan, perkembangan industri, dan isu-isu spesifik perusahaan, serta tensi perdagangan global yang juga menjadi ciri khas era Trump.
Secara keseluruhan, pernyataan Donald Trump terhadap Jerome Powell menciptakan lapisan ketidakpastian dalam lanskap ekonomi AS. Meskipun tujuan Trump adalah mendorong pertumbuhan, metode kritiknya menimbulkan kekhawatiran tentang independensi The Fed dan stabilitas kebijakan moneter, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada sentimen pasar dan memicu volatilitas di bursa saham New York.