YOGYAKARTA (Independensi.com) – Dalam tiga tahun terakhir ini, pemerintah telah melakukan sejumlah pembangunan di wilayah Indonesia. Pembangunan tersebut tidak hanya terfokus di Pulau Jawa melainkan juga di luar Pulau Jawa, termasuk wilayah Indonesia Timur.
“Dalam waktu tiga tahun ini, Pemerintah telah melakukan sejumlah pembangunan tidak hanya di pulau Jawa melainkan juga di luar pulau Jawa, termasuk wilayah Indonesia Timur. Hal ini sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Jokowi-JK yakni membangun Indonesia dari pinggiran,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam dialog di Bangsal Sewokoprojo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta pada Sabtu (12/8/2017).
Lebih lanjut Menhub memberikan contoh pembangunan yang dilakukan Pemerintah di wilayah pegunungan Papua. “Kita lihat masyarakat di pegunungan Papua itu hidupnya sangat bergantung pada koneksitas transportasi udara. Oleh karenanya Kemenhub membangun sejumlah bandara supaya mereka bisa merasakan kemerdekaan sama seperti masyarakat lain di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan,” jelas Menhub.
Selain pembangunan bandara, Pemerintah juga melakukan kebijakan BBM 1 harga di wilayah Papua. “Papua itu daerah terjauh dan sulit dijangkau. Harga BBM di sana 50 ribu per Liter, namun kalau lagi langka harga BBM bisa 100 ribu per Liter. Oleh karenanya, Pemerintah lakukan kebijakan BBM 1 harga. Sekarang BBM bisa dijangkau dengan harga 6.500 per Liter. Selanjutnya Pemerintah masih terus berupaya selain harga BBM, harga bahan pokok juga menurun,” kata Budi Karya.
Menanggapi hal ini, Bupati Illaga Puncak Papua Willem Wandik menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada Pemerintah atas perubahan yang terjadi di daerah puncak Papua.
“Saya atas nama masyarakat Papua menyampaikan terimakasih kepada kinerja Pemerintah yang luar biasa. Kami bangga karena sudah cukup lama menanti. Kami merasakan tahun 2016 harga BBM di kab.Puncak dan daerah pegunungan 50 ribu per liter, kalau lagi langka harganya menjadi 100 ribu per liter. Namun sekarang harganya sudah turun menjadi 6.500 per liter,” ujar Willem.
Willem menambahkan selain harga BBM, harga semen di kab.Puncak Papua juga mengalami penurunan dari 2.500.000 per sak menjadi 1.050.000 per sak.
Lebih lanjut Menhub juga menjelaskan pembangunan yang dilakukan Pemerintah di wilayah Miangas, Sulawesi utara. “Ada lagi wilayah Miangas. Posisinya ada di utara Sulawesi Utara. Kira-kira jarak dari Manado sekitar 400 km dan Filipina 70 km. Kalau Pemerintah tidak urus mereka, nanti bisa-bisa mereka jadi orang Filipina. Makanya Pemerintah bangun bandara di sana,” kata Menhub.
Seorang Guru di Miangas Hibor Arundaa menyampaikan perubahan yang terjadi setelah adanya bandara.
“Bandara di Miangas mulai beroperasi 13 Maret 2017 Pak. Jadi 5 bulan inilah kami sudah bisa menggunakan bandara. Dulu transportasi keluar masuk Miangas pakai kapal laut yang jadwalnya tidak pasti terantung cuaca Pak. Namun sejak ada bandara jadwalnya pasti, seminggu sekali,” jelas Hibor.
Sementara itu Nelayan di Miangas Petrus Mambu juga menyampaikan perekonomian warga Miangas meningkat setelah adanya bandara.
“Sebagai seorang nelayan dengan adanya transportasi bandara, saya senang dan bangga bisa dapat kehidupan yang layak Pak. Perekonomian kami meningkat. Dulu kalau cuaca tidak memungkinkan, 2 minggu kapal Pelni baru masuk ke Miangas, Pak” terang Petrus.
Mendengar pernyataan tersebut, Menhub menilai ini salah satu bentuk keberhasilan pembangunan di wilayah pinggiran.
“Saya senang mendengar teman-teman dari Miangas memiliki produktivitas yang meningkat dengan adanya bandara. Saya pikir inilah bentuk keberhasilan pembangunan yang dilakukan Pemerintah di wilayah-wilayah pinggiran,” tutup Menhub.
Bandara di Gunung Kidul
Pemerintah terus berupaya membangun infrastruktur transportasi di Indonesia. Salah satunya dengan rencana pembangunan bandara di Kab. Gunung Kidul, Yogyakarta.
Menhub menyatakan pembangunan bandara tersebut dimulai pada tahun 2018 dan ditargetkan selesai paling lambat tahun 2019.
“Bandara Gading kan dimiliki oleh TNI Angkatan Udara. Kalau KSAU setuju, pembangunannya akan dimulai pada tahun 2018 dan paling lambat 2019 sudah bisa selesai,” kata Menhub.
Lebih lanjut Menhub menjelaskan rencana Pemerintah dalam pembangunan bandara tersebut.
“Pertama Pemerintah akan kulanuwun (menghadap) ke KSAU bahwa ada bandara yang belum dikelola dengan baik. Kemudian akan merencanakan menjadi bandara kegiatan-kegiatan turis dan akan segera membangun infrastruktur pendukung. Panjang landasan terbangnya sekitar 1.600 meter,” jelas Menhub.
Menhub menambahkan hanya jet pribadi dan pesawat jenis ATR yang bisa mendarat di landasan tersebut.
Menhub juga mengungkapkan pembangunan bandara ini sejalan dengan rencana Gunung Kidul menjadikan pariwisata sebagai industri unggulan.
“Saya salut dengan kabupaten Gunung Kidul. Di sini akan ada Bandara Gading, sebagai bandara kedua selain Kulonprogo. Hal ini sejalan dengan Gunung Kidul yang merencanakan pariwisata sebagai industri unggulan. Untuk itu, koneksitas udara sangat penting,” ungkap Menhub.
Sementara itu Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi menyambut baik rencana pembangunan tersebut.
“Kami akan mendukung penuh program Pemerintah. Dampaknya sudah kami perhitungkan. (Penerbangan) dari Australia akan memberikan efek luar biasa dari wisman (wisata mancanegara),” tutup Immawan.
Turut hadir dalam dialog tersebut Bupati Illaga Puncak Papua Willem Wandik, Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi, Kepala UPBU Melonguane Fanani Zuhri, Akademisi Yoyok Soesatyo, Guru di Kab.Miangas Hibor Arundaa, dan Nelayan di Kab. Miangas Petrus Mambu. (Tyo Pribadi)