TANGERANG (IndependensI.com) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise (depan) bersama Wakil Walikota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie (kiri) dan Kepala Sekolah SDS Bethesda Indonesia, Anastasia Supriati dalam kegiatan deklarasi Sekolah Ramah Anak di SDS Bethesda, Tangerang Selatan (25/5/2018).
Kasus kekerasan di lingkungan sekolah acap kali menimbulkan keresahan pada orangtua. Seperti kekerasan fisik, perundungan atau bullying. Padahal, sekolah menjadi lokasi anak berinteraksi cukup lama selain di rumah.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise menilai, sekolah perlu dikedepankan kembali sebagai ruang yang ramah bagi anak. Menurutnya, sekolah ramah anak (SRA) dapat menjadi jawaban atas krisis kepercayaan pada lingkungan sekolah.
“Tugas kita semua untuk menjamin setiap anak tumbuh dan berkembang secara baik. Mereka harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan. Melalui deklarasi sekolah ramah anak, mari kedepankan kembali lingkungan sekolah yang ramah bagi anak. Ciptakan interaksi positif. Didik anak tanpa kekerasan,” ujar Menteri PPPA.
Sebagai 1 dari 14 sekolah di Tangerang Selatan yang dideklarasikan oleh Menteri Yohana menjadi sekolah ramah anak, SDS Bethesda cukup berbangga. Sebab, lingkungan sekolah yang ramah anak rupanya telah lama diterapkan.
Kepala Sekolah SDS Bethesda Indonesia, Anastasia Supriati mengatakan, Kami menerapkan sekolah ramah anak sejak awal sekolah ini berdiri 7 tahun lalu.
Kami telah mendorong budaya dan lingkungan positif. Seperti disiplin, cinta dan hormat pada orangtua, jujur, dan tidak ada kekerasan yang dilakukan guru maupun sesama anak. Makanya, kami sangat mendukung program dari KPPPA ini, dan mendorong semakin banyak sekolah yang ramah bagi anak.
Wakil Walikota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie mengaku pemerintahannya sangat mendukung Sekolah Ramah Anak.
“Sekolah ramah anak di Tangerang Selatan (Tangsel) itu sudah menjadi hal yang wajib, bukan kebutuhan lagi. Karena tumbuh kembang anak di Tangsel sangat penting mengingat jumlahnya yang besar. Dari 1,7 juta warga Tangsel, 500 ribu diantaranya adalah anak-anak sekolah.
Selain itu Tangsel merupakan daerah yang strategis, sehingga pergaulannya sudah multidimensi. Kalau tidak dibentuk dalam lingkungan sekolah yang ramah anak, kami pemerintah daerah khawatir tentunya,” jelas Benyamin Davnie.
Saat ini, Tangerang Selatan telah berhasil memperoleh penghargaan menuju Kota Layak Anak tingkat Pratama. Kedepannya, pemerintah daerah Tangerang Selatan berupaya meningkatkan target.
“Oleh karena itu, melalui keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Kantor Kementerian Agama, 1000 lebih sekolah yang ada di Tangerang Selatan mulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas), akan kita tetapkan menjadi sekolah ramah anak,” tambah Benyamin.
Hi there, just became alert to your blog via Google, and found that it’s really informative. I’m going to watch out for brussels. I’ll appreciate in case you continue this in future. Numerous other folks shall be benefited out of your writing. Cheers!