Peduli Literasi, KALAMI Al-Mizan Gelar Kegiatan Literasi Santri

Loading

MAJALENGKA (IndependensI.com) – Keluarga Alumni Al-Mizan (KALAMI) berkolaborasi dengan Yayasan Al-Mizan Jatiwangi menginisiasi kegiatan literasi santri pada Jum’at (3/7). Kegiatan berlangsung di aula Pertiwi Al-Mizan dengan menerapkan protokol kesehatan penanganan Covid-19 dan menyiarkan secara langsung melalui live streaming Facebook di akun Al-Mizan Jatiwangi.

Bertemakan “Literasi Santri di Era Digital”, santriwan-santriwati Al-Mizan belajar tentang pentingnya kegiatan menulis dan membaca. Minimnya minat baca masyarakat Indonesia yang hanya 0,001% (UNESCO, 2018) di tengah berkembangnya teknologi digital dan penggunaan internet yang mencapai 171,17 juta jiwa (APJII, 2018) merupakan urgensi pentingnya kegiatan literasi di era digital.

Santri Ponpes Al-Mizan, Jatiwangi, Kabupaten Majalengka

Kegiatan literasi santri dibuka dengan sambutan dari Dodi Jaya selaku ketua Kalami dan Gus Mar’i Muhammad Hadiq selaku direktur pesantren Al-Mizan. “Literasi sangat erat kaitannya dengan santri karena sebenarnya sudah diajarkan di pesantren, misalnya saja dalam ilmu hadits diajarkan bahwa kita tidak bisa menerima hadits yang asal disampaikan oleh seseorang namun diajarkan untuk memverifikasinya terlebih dahulu.” Ujar Gus Hadiq dalam sambutannya.

Bedah buku “Catatan Rindu untuk Pondok Pesantren Al-Mizan”, pelatihan menulis artikel populer, dan pelatihan pengelolaan website merupakan inti kegiatan yang dipandu oleh Laelatul Azizah (alumni 2012) selaku moderator. Bedah buku diisi oleh Robiatul Adawiyah (alumni 2013) selaku inisiator dari project #KALAMIMenulis.

Buku catatan rindu merupakan buku yang dipersembahkan Kalami untuk menyatakan kerinduannya terhadap Al-Mizan, almamater tercintanya. Pelatihan menulis artikel populer disampaikan oleh Fitri Kinasih Husnul Khotimah (alumni 2012), penulis artikel di beberapa media daring sekaligus penulis buku Start (to) Up yang sudah beredar di Gramedia seluruh Indonesia. P

pengelolaan website diisi oleh Muadz Mutakhir (alumni 2012) yang ahli dalam pengelolaan media digital. Saeful Adha (alumni 2013) dan Mahfudin (alumni 2014) juga mempersembahkan musikalisasi puisi dengan diiringi musik tradisional karinding ‘ngARTI Entik’ yang menambah semarak acara.

Keberhasilan project #KALAMIMenulis hingga akhirnya menerbitkan karya dalam bentuk sebuah buku juga tidak lepas dari peran media digital yang memungkinkan untuk berkarya bersama sekalipun para penulis berdomisili di kota yang berbeda. Media sosial menjadi ruang untuk saling bertukar pikiran, berbagi cerita, dan berkolaborasi dalam berkarya. Digitalisasi di era revolusi industri 4.0 membuat segalanya menjadi serba mudah sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak berkarya, utamanya dalam mendalami dunia literasi.

“Kunci menulis adalah konsiten menulis dan membaca. Seperti kata pribahasa ‘alah bisa karena biasa’, biasakan saja dulu untuk terus latihan menulis dan membaca hingga akhirnya terbiasa dan bisa menghasilkan tulisan yang layak untuk dibaca,” ujar Fitri.

Hal serupa juga disampaikan oleh Robiatul Adawiyah atau yang lebih akrab disapa Teh Nok, “Jangan berhenti membaca, mari saling bertukar cerita dan mengabadikannya dalam tulisan penuh makna”. Tetaplah berkarya! [Chs]