JAKARTA (IndependensI.com) – Kelompok konservatif Thailand mengecam junta militer yang gagal mencegah mantan perdana menteri Yingluck Shinawatra kabur ke luar negeri. Pihak kerajaan mempertanyakan kenapa militer tidak mengawasi orang yang terancam hukuman 10 tahun penjara.
Yingluck, yang dijatuhkan oleh kudeta militer pada 2014, seharusnya hadir di pengadilan pada Jumat (25/8/2017). Namun dia tidak datang. Keesokan harinya barulah adik mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra itu sudah berada di Dubai.
Pengamat menduga Yingluck tidak kabur begitu saja. Pelariannya diduga bisa mulus karena ada kesepakatan rahasia dengan junta. Dugaan tersebut dibantah pemerintah militer. Pihak junta mengatakan mereka tidak tahu bangaimana Yingluck bisa lolos dari pengawasan.
Tapi tokoh konservatif utama, yang ikut menumbangkan Yingluck, mengecam militer dengan sejumlah pertanyaan sepanjang akhir pekan lalu.
“Jelas bahwa pejabat keamanan mengikuti dia dari jarak dekat dan mengambil gambarnya di setiap tempat dia berada, setiap saat. Anehnya, dia masih bisa lolos,” kata Panthep Puapongpan, salah satu pemimpin unjuk rasa menentang Yingluck pada 2014, seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (28/8/2017).
“Dengan lolosnya Yingluck, pemerintah, pasukan keamanan, dan NCPO harus bertanggung jawab,” ujarnya. NCPO yang dimaksud adalah singkatan resmi junta militer Thailand saat ini.
Tokoh penting lain, Veera Somkwankid, melontarkan kecaman lewat Facebook.
“Pemerintah harus memburu pengkhianat dan menghukum orang-orang (yang mungkin membantu dia lolos), atau NCPO akan berakhir sebagai tersangka,” ujarnya.
Yingluck sudah sering mengeluhkan privasinya terganggu karena selalu diawasi oleh dinas intelijen sejak dia digulingkan.
Media Thailand dipenuhi spekulasi tentang bagaimana Yingluck bisa lolos. Tidak sedikit yang menduga perdana menteri perempuan pertama Thailand itu sudah berada di Kamboja sebelum pembacaan putusan, lalu terbang ke Dubai lewat Singapura.
One comment
Comments are closed.