LEBAK (IndependensI.com) – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono didampingi anggota Komisi V DPR RI Nusyirwan Soejono, Gubernur Banten Wahidin Halim dan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya menghadiri acara Pengalihan Aliran Sungai Ciberang pada Pembangunan Bendungan Karian di Lebak, Banten, Rabu (30/8/2017). Dengan pengalihan aliran sungai tersebut, pembangunan Bendungan Karian memasuki tahap konstruksi tubuh bendungan dengan target rampung pada bulan Mei 2019.
“Saat ini progres konstruksinya sudah 39 persen, selanjutnya pembangunan tubuh bendungan (main Dam) akan dibangun dengan ritme Rock-n-roll, yakni dikerjakan tujuh hari seminggu, minimum 2 shift sehari, agar selesai pada Mei 2019,” kata Menteri Basuki.
Bendungan Karian merupakan salah satu dari 65 bendungan yang dibangun oleh Kementerian PUPR pada periode 2015-2019 sebagai bagian dari program Nawa Cita untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan ketahanan air.
Pembangunan bendungan ini sebagian dibiayai dari pinjaman Pemerintah Korea Selatan, yang dimulai pembangunannya sejak Oktober 2015. Bendungan senilai Rp 1,07 triliun dikerjakan oleh Daelim Industrial Co, LTD-PT. Wijaya Karya (Persero)-PT. Waskita Karya (Persero) Joint Operation ini memiliki luas area genangan 1.740 hektar dengan kapasitas tampung efektif 207,5 juta meter kubik.
Manfaat Bendungan Karian untuk mengairi Daerah Irigasi Ciujung yang memiliki luas 22.000 hektar. Selain irigasi, bendungan ini akan menyuplai kebutuhan air untuk kebutuhan rumah-tangga, perkotaan dan industri di 7 Kota/Kabupaten yakni Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan wilayah DKI Jakarta sebesar 9.1 m3/detik melalui Karian-Serpong Conveyance System (KSCS), serta memenuhi kebutuhan air baku Kota Cilegon dan Kabupaten Serang sebesar 5,5 m3/detik.
Untuk memenuhi kebutuhan pasokan air baku Jakarta, selama ini berasal dari Bendungan Jatiluhur di sebelah timur Jakarta dan sebagian lainnya dengan cara mengambil air tanah. Untuk mengurangi pengambilan air tanah yang berdampak negatif pada penurunan tanah di Jakarta, ketersediaan air perpipaan Jakarta harus dipenuhi, salah satunya dari Bendungan Karian.
Untuk mengalirkan air baku ke daerah-daerah tersebut diperlukan pembangunan pipa air yang diperkirakan sepanjang 47,9 kilometer. Saat ini sedang dikaji _masterplan_nya dan akan disusun studi kelayakannya bersama K-Water dari Korea Selatan yang memiliki pengalaman panjang sebagai institusi kelas dunia dalam pengelolaan sumber daya air untuk dapat dibangun dengan skema kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
“Sekarang sedang diproses persiapan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang ditargetkan selesai 2019. Pendanaannya dilakukan juga melalui pinjaman dan kemungkinan skema KPBU,” ungkap Menteri Basuki.
Bendungan Karian juga menjadi sarana pengendalian banjir di kawasan hilir yang merupakan kawasan strategis dengan infrastruktur penting seperti Jalan Tol Jakarta-Merak dan kawasan industri terpadu. Manfaat lainnya sebagai lokasi tujuan wisata air dan memiliki potensi pembangkit energi listrik mikro hidro sebesar 1,8 MW.
“Bendungan ini juga akan difungsikan sebagai daerah wisata, untuk itu sebaiknya budidaya perikanan keramba dilarang. Pembangunan bendungan akan merubah lingkungan sekitar menjadi lebih hijau dan lebih baik sebagai efek dari tampungan air dalam jumlah besar,” ungkapnya.
Tugas lainnya yang juga penting karena langsung dirasakan masyarakat yakni membangun sekitar 30 jembatan gantung yang menghubungkan antar desa di Provinsi Banten. Menteri Basuki mengatakan sudah meminta lokasi jembatan gantung mana saja di kabupaten/kota di Banten yang perlu diperbaiki atau dibangun oleh Kementerian PUPR.
Turut hadir pada acara tersebut Inspektur Jenderal Kementerian PUPR Rildo Ananda Anwar, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Imam Santoso, Kepala Pusat Bendungan Ditjen SDA Ni Made Sumiarsih dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja