PADANG (Independensi.com)- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) melakukan pengelolaan sumber daya air terpadu guna mendukung program ketahanan pangan dan air nasional melalui pembangunan dan rehabilitasi bendungan, embung, jaringan irigasi, pengaman pantai dan pengendali banjir di seluruh Indonesia.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan perubahan iklim menjadi tantangan dalam pengelolaan SDA di Indonesia. Pergeseran dan perubahan masa musim hujan dan kemarau, perubahan temperatur, cuaca, serta pola hujan cenderung durasinya lebih pendek namun dengan intensitas yang tinggi sehingga kerap mengakibatkan banjir.
Dalam upaya mengendalikan daya rusak air, pada kurun waktu 2015-2019, Kementerian PUPR menargetkan pembangunan 3.000 km sarana dan prasana pengendali banjir di seluruh daerah rawan banjir di Indonesia.
Salah satunya pembangunan pengendali banjir dan sedimen (cek dam) Sungai Batang Kuranji Segmen Tengah di Kota Padang, Sumatera Barat. Pembangunan dimulai tahun 2015 oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) V Sumatera Ditjen SDA Kementerian PUPR, untuk mengantisipasi terulangnya kejadian banjir Kota Padang akibat meluapnya Sungai Batang Kuranji yang kondisinya mengalami sedimentasi.
“Pengendali banjir dan sedimen (cek dam) Batang Kuranji segmen tengah telah mencapai progres 96 persen dengan target selesai diperkirakan pada akhir Oktober 2017,” ujar Kepala BWS V Sumatera, Maryadi Utama, baru-baru ini.
Pekerjaan pembangunan pengendali banjir Sungai Batang Kuranji segmen tengah terdiri dari lima cek dam dengan anggaran sebesar Rp 238 miliar untuk konstruksi lima cek dam sepanjang 2,2 km dan lebar 35-75 meter.
Pembangunan cek dam Sungai Batang Kuranji segmen tengah merupakan fase pertama dari tiga fase rencana pengendali banjir Sungai Kuranji. Fase kedua saat ini dalam tahap persiapan yakni pembangunan tujuh cek dam di hulu sungai dengan biaya sebesar Rp 246 miliar rupiah yang dilaksanakan selama 4 tahun anggaran. Fase terakhir yaitu pekerjaan segmen hilir untuk menangani banjir akibat anak-anak sungai dari Batang Kuranji yang ditargetkan selesai pada tahun 2020.