KUDUS (IndependensI.com) – Para peserta Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017, mendatangi GOR Djarum, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (5/9). Tercatat sebanyak 704 peserta mengikuti audisi yang digelar oleh Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum, dalam pencarian bibit muda pebulutangkis ini. Pada hari pertama digelar tahap screening, yang langsung disupervisi oleh tim pencari bakat Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017. Tim pencari bakat PB Djarum ini terdiri dari Liem Swie King, Christian Hadinata, Hariyanto Arbi, Antonius Budi Ariantho, Denny Kantono, Ade Chandra, Johan Wahyudi, Ivana Lie, Maria Kristin, Hastomo Arbi, Sigit Budiarto, Kartono, Yuni Kartika, Basri Yusuf dan Engga Setiawan.
Tahap screening merupakan proses awal, apakah seorang atlet dapat melanjutkan ke tahap turnamen. Para peserta ditandingkan selama 5-10 menit, sesuai dengan jenis kelamin, usia yang mendekati, dan pengalamannya (peringkat bulutangkis). “Untuk tahap screening ini, kadang-kadang ada pemain-pemain yang belum memiliki kemampuan yang baik atau ada juga yang baru tahap belajar. Saya rasa dengan waktu pendek pada tahap screening ini, kami belum bisa melihat adanya persaingan antar-para pemain,” jelas Manager Tim PB Djarum, Fung Permadi.
Tujuan tahap screening ini adalah untuk mengetahui teknik dasar bermain bulutangkis. Keputusan lolos atau tidak lolos, tidak berdasarkan atas hasil menang atau kalah dalam permainan. Yang dijadikan tolak ukur adalah teknik dan daya juang peserta. “Nanti di tahap turnamen baru bisa terlihat siapa yang terbaik di antara mereka,” tambah mantan pebulutangkis nasional kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah ini.
Gelaran Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017 di Kudus kali ini menarik minat peserta muda belia dari berbagai kota di Indonesia. Satu di antara ratusan peserta yang melakukan registrasi ulang, yakni Akhira Salwa Nabila, bocah putri berumur 4 tahun asal Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Akhira tercatat sebagai peserta termuda dalam Audisi Umum kali ini. Sementara, Great Fortune Matriksa, 5 tahun, asal Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, menyusul di setelah Akhira sebagai yang termuda.
Membidik prestasi bulutangkis sejak usia muda sudah menjadi salah satu target PB Djarum melalui Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017. Pencarian bakat pebulutangkis U11 maupun U13 dinilainya sebagai hal yang tepat dalam pembentukan seorang atlet bulutangkis yang mumpuni di masa mendatang. “Untuk membina seorang atlet butuh proses bagi kami sekitar 6-7 tahun. Oleh karenanya batasan usia kita turunkan untuk Audisi Umum pada tahun ini, dengan tujuan agar kami bisa melihat tingkat kemampuan mendasar dari seorang anak,” jelas Fung.
Sementara, I Komang Andhika Putra Nurdika merupakan salah satu dari empat peserta asal Papua yang menjajal diri bertarung di Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis 2017 di Kudus. Orangtua Komang yang berasal dari Tabanan, Bali, kini berdomisili di Mimika, Papua, mengiyakan keinginan anaknya yang ingin fokus berlatih bulutangkis. “Dia suka bulutangkis sejak kelas 4 SD dan pernah berhasil meraih gelar juara 3 di kejuaraan di Mimika. Dia mau fokus latihan lagi,” ujar sang ibunda, Nyoman Murahtini.