Foto bertanggal 17 September 2017 ini memperlihatkan biksu Budha Bangladesh bersembahyang di sebuah vihara di Ramu. (AFP)

Warga Budha Bangladesh Takut Terimbas Krisis Rohingya

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Saat ratusan ribu orang Rohingya mengungsi karena tindak kekerasan di Myanmar, warga Bangladesh yang beragama Budha merasa ketakutan.

Banyak orang Bangladesh yang marah atas perlakuan tentara Myanmar, negara yang mayoritas penduduknya Budha, terhadap orang Muslim Rohingya. Lebih dari 420.000 orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari konflik yang berkecamuk di negara bagian Rakhine.

Krisis Rohingnya sudah mulai terasa imbasnya di Cox’s Bazar, kawasan di selatan Bangladesh yang terletak dekat perbatasan Myanmar. Banyak warga setempat punya hubungan erat dengan Rohingya serta memiliki akar bahasa dan budaya yang sama.

Tapi di daerah itu juga merupakan tempat tinggal minoritas Budha yang di masa lalu sering menjadi sasaran serangan berbau SARA.

Pemerintah di Cox’s Bazar mengerahkan tambahan 550 orang polisi di kawasan Budha untuk mencegah berulangnya kekerasan seperti pada 2012. Waktu itu sekelompok Muslim menyerang vihara dan rumah warga Budha.

Seorang pemuka agama Budha, Proggananda Bhikku, masih ingat jelas malam saat sekelompok Muslim membakar vihara yang dijaganya. Padahal vihara itu adalah salah satu bangunan bersejarah yang usianya sudah 300 tahun.

Dia lari menyelamatkan diri ketika 30-40 orang Muslim menyerang serta merusak patung dan barang-barang yang ada di dalam bangunan. Sang biksu menyaksikan tindak kekerasan itu dari lapangan yang tidak jauh dai lokasi kejadian.

“Setelah penjarahan selesai, mereka membakar vihara,” kata Proggananda kepada kantor berita AFP di vihara Kendriya Shima Bihar, yang dipugar besar-besaran setelah serangan 2012.

“Kami tidak pernah membayangkan peristiwa seperti itu bisa terjadi. Sebelumnya kami punya hubungan yang baik dengan Muslim setempat,” ujarnya.

Proggananda mengatakan para biksu tidak menerima ancaman secara langsung. Tapi mereka mendapatkan sejumlah ancaman di internet.

“Orang-orang di media sosial ada yang melihatnya sebagai konflik agama. Tapi seperti Muslim, kami warga Bangladesh juga mengecam tindak kekerasan (di Myanmar) itu,” katanya.

Sebagian pengungsi Rohingya menuduh orang Budha di Rakhine ikut menyerang permukiman mereka dan memaksa mereka mengungsi ke Bangladesh.

Pada Senin (18/9/2017), setidaknya 20.000 orang Islamis garis keras berunjuk rasa di Dhaka. Mereka menuntut tindakan yang disebutnya sebagai genosida.

 

Hidup Berdampingan

Di Bangladesh, warga yang memeluk agama Budha tidak sampai satu persen dari sekitar 160 juta jiwa penduduk negeri itu. Mereka hidup membaur dengan mayoritas Muslim.

Tapi beberapa kali ada juga serangan terhadap komunitas Budha. Tahun lalu, seorang biksu tua dipukuli hingga meninggal. Polisi mengatakan para pelaku adalah ekstremis Islamis.

Di sebuah kedai makanan dekat vihara Kendriya Shima Bihar sekelompok orang tua masih ingat dengan malam saat warga Muslim marah oleh gambar di Facebook yang memperlihatkan Al-Quran dirusak. Kemarahan itu kemudian berkembang menjadi tindak kekerasan.

Tapi mereka mengatakan kedua komunitas kini hidup berdampingan dalam damai. Mereka mengatakan kerusuhan dipicu orang luar.

“Orang-orang ini Muslim,” kata Manoda Barua, mantan pengusaha yang tinggal di sebuah rumah besar dekat vihara, sambil menunjuk ke arah teman-teman makannya.

“Kami selalu makan bersama, kami selalu belajar bersama. Banyak permukiman Muslim di sekeliling kami,” ujarnya.

Mohammad Ismail, tukang kayu Muslim dari desa tetangga, ikut makan kari di tempat itu. Dia mengatakan kedua komunitas punya “hubungan yang amat baik”. Ismail mengatakan kerusuhan pada 2012 dipicu oleh orang luar.

Kendati demikian, sejumlah orang Budha di desa itu masih cemas. Prokriti Barua, seorang ibu rumah tangga, mengaku mendengar desas-desus bahwa komunitas Muslim di wilayah itu mulai marah.

“Kami merasa terancam. Orang-orang mengatakan Muslim mau membunuh kami,” kata Prokriti.

Pemuka Budha Bangladesh mengatakan mereka berusaha mempererat hubungan dengan warga Muslim dengan mengurangi keramaian perayaan agama dan menggalang dana bantuan kemanusiaan.

Pekan lalu, para biksu di vihara Kendriya Shima Bihar menyelenggarakan aksi donor darah untuk pengungsi Rohingya.

Tapi Manoda mengatakan Rohingya adalah “orang-orang yang tidak terdidik” dan cenderung bikin onar yang pada akhirnya mempersulit komunitasnya sendiri.

“Ada perbedaan antara kami dan mereka. Di sini, kami adalah orang-orang Budha yang tidak bersalah,” kata Manoda.

Sejumlah orang Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh harus melewati permukiman di Rakhine dan menyeberangi Sungai Naf yang memisahkan kedua negara.

Ranga Babu Chakma, orang Budha di Rakhine, mengatakan sempat ada sejumlah orang yang bersaha mendirikan permukiman dekat rumahnya di Dunga Khatta. Para pemukim liar itu kemudian diusir polisi untuk mencegah ketegangan.

“Bangladesh adalah negara kecil yang sudah terlalu padat penduduk. Jika mereka (Rohingya) bermukim di sini, pasti mereka akan menimbulkan masalah besar,” ujarnya.