JAKARTA (IndependensI.com) – Presiden Catalan Carles Puigdemont menyatakan kawasan itu merdeka dari Spanyol setelah mengklaim 90 persen dukungan dalam referendum Minggu (1/10/2017).
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy mengatakan pihaknya tidak mengakui referendum yang sudah dilarang itu. “Tidak ada referendum penentuan diri di Catalunya,” kata Rajoy.
Madrid mengerahkan polisi untuk menutup tempat pemungutan suara (TPS) di berbagai penjuru Catalunya. Saksi mata mengatakan polisi menggunakan kekerasan untuk membubarkan referendum.
Setidaknya 92 orang dilaporkan terluka dari sekiar 844 orang yang membutuhkan pertolongan medis. Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengatakan 33 orang polisi membutuhkan perawatan setelah bentrokan dengan aktivis pro-kemerdekaan.
Tanpa pengakuan dari siapa pun, Puigdemont tetap menyatakan kemerdekaan Catalan. “Dalam hari pengharapan dan penderitaan ini, warga Catalunya sudah memenangi hak untuk membentuk negara merdeka dalam bentuk republik,” kata Puigdemont seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (2/10/2017).
Dia menambahkan bahwa “jutaan” orang sudah datang ke TPS untuk memilih. Puigdemont juga meminta Uni Eropa tidak lagi “berpaling” atas tindak kekerasan polisi selama referendum.
Juru bicara pemerintah regional, Jordi Turull, mengatakan 2,02 juta orang Catalan memilih merdeka. Total sebanyak 2,26 juta orang dilaporkan memberikan suaranya.
Dipicu Rasa Tidak Puas
Catalunya sudah punya hak otonomi khusus untuk mengelola pendidikan, perawatan kesehatan, dan kesejahteraan. Tapi mereka tidak puas dengan tidak seimbangnya kucuran dana dari Madrid dengan tingginya pajak yang harus disetorkan ke pemerintah pusat.
Anggota legislatif pro-kemerdekaan sudah mendesak digelarnya referendum sejak September 2015, setelah mereka meraih kemenangan di parlemen Catalunya.
Desakan pemisahan diri semakin kuat setelah Spanyol dihantam krisis ekonomi. Catalan, yang relatif lebih makmur dibanding kawasan lain, tidak mau ikut menanggung beban finansial.