JAKARTA (Independensi.com) – Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman diwakili Staf Ahli Mentan Bidang Infrastruktur Ani Andayani, dan Menteri Pertanian dan Perikanan yang diwakili Dirjen Peternakan, Republic Democrate of Timor Leste (RDTL), Joanita Dakosta Jong melepas ekspor perdana bawang merah, Kamis (12/10) di titik nol perbatasan RI-Timor Leste.
“Secara simbolis kami menyerahkan ekspor 30 ton bawang merah untuk Timor Leste. Ke depannya kami berharap tidak hanya bawang merah, tetapi juga ada kerja sama ekspor untuk produk lainnya, seperti jagung, ungags, dan sapi,” ujar Ani saat pelepasan simbolis ekspor bawang merah di perbatasan RI-Timor Leste, Malaka, Kamis.
Beberapa truk yang membawa puluhan ton bawang merah terlihat sudah bersiap di depan pintu masuk pos perbatasan untuk memasuki wilayah Timor Leste.
“Kami senang sekali kerja sama ekspor bawang merah bisa terwujud dan kami disambut dengan baik di sini. Harapan kami juga kerja sama Indonesia dan Timor Leste akan berjalan dengan baik,” kata Joanita usai menerima simbolis bawang merah organik ekspor dari NTT.
Bawang merah organik itu adalah hasil pertanian dari petani di Kabupaten Malaka dan Belu, NTT. Kabupaten Malaka sendiri memiliki luas 111 ribu hektar.
Menurut Ani, daerah ini mempunyai keunggulan 40 % wilayahnya merupakan kawasan yang subur, memiliki bulan basah sekitar 7-8 bulan, memungkinkan untuk penanaman jagung tiga kali setahun dan padi dua kali setahun. Kondisi ini tidak ditemui di tempat lain di Nusa Tenggara Timur.
“Salah satu program unggulan saat ini adalah pengembangan bawang merah, terencana sebanyak 200 Ha dari potensi lahan sebanyak 3.000 – 4.000 Ha, varietas yang digunakan adalah Bima Brebes yang memiliki potensi hasil panen sekitar 16 ton/ha,” katanya.
Menurut dia, saat ini Kabupaten Malaka telah mampu memproduksi sebanyak 500 ton atau 20 % dari produksi NTT dimana produksi NTT merupakan 0,16 % dari produksi nasional. Produk ini termasuk yang diminati konsumen karena merupakan produk organik.
“Malaka berpotensi besar menjadi wilayah baru sentra produksi bawang merah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan daerah setempat, nasional, bahkan sebagai komoditas ekspor,” ungkap Ani yang juga menjadi penanggung jawab Program Upaya Khusus (Upsus) Provinsi NTT.
Ekspor bawang merah ke Timor Leste tersebut direncanakan 200 ton pada 2017. Ini dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan kuota dari RDTL dimana volume tersebut merupakan 3,57 % kontribusi nasional.
Selain bawang merah komoditas pertanian lainnya yang berpeluang ekspor dari wilayah perbatasan adalah jagung, kacang hijau, jambu mete, babi dan unggas.
“Khusus untuk unggas, saat ini kebutuhan unggas dan produk unggas RDTL masih dipenuhi impor dari Brazil yang memakan waktu 6 bulan dalam perjalanan. Di sisi lain secara real Indonesia saat ini sudah surplus untuk unggas dan produk ungags, sehingga ke depan kita akan jalin kerja sama lagi,” katanya.
Sementara itu, melalui sambungan telepon, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menerangkan, provinsi NTT merupakan salah satu daerah yang menjadi fokus pemerintah untuk dijadikan sebagai salah satu lumbung pangan berorientasi ekspor di wilayah perbatasan.
Menurut Amran, dulu Indonesia masih bergantung persediaan bawang merah dari impor negara lain. Namun, kini dengan mengangkat potensi pertanian dari wilayah perbatasan, Indonesia akhirnya bisa mengekspor tanaman holtikultura ke negara tetangga. “Dulu 2014 kita mengimpor bawang 72 ribu ton, tapi sekarang kita sudah ekspor bawang ke berbagai negara. Termasuk ke Timor Leste,” jelas Amran.
Selain itu, ekspor bawang merah NTT ini juga untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat di perbatasan. “Pendekatan yang kami lakukan di daerah-daerah perbatasan adalah kesejahteraan, karena tanpa kesejahteraan mereka tidak bisa bersaing dengan negara tetangga. Ini juga sesuai arahan Presiden (Joko Widodo) sesuai Nawacita membangun dari pinggiran,” pungkasnya. (Berbagai sumber/jawapos.com)