DENPASAR (IndependensI.com) – Generasi muda sebaiknya berpikir positif dan bertindak konkrit untuk kemajuan bangsa. Generasi muda jangan terjebak dengan diskusi-diskusi tentang kesalahan orang, membuat berita hoax atau menyebar kebencian. Daripada diskusi membahas kesalahan orang mendingan kita diskusikan apa yang bisa kita kontribusikan untuk Indonesia sebagai pemuda Indonesia.
Demikian kesimpulan yang dapat ditarik dari Diskusi Damai Malam Minggu yang digelar Sabtu 28 Oktober dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda Tempatnya di Hope Coffee Corner (Jl.Bedugul No.30), Denpasar Bali. Diskusi ini diselenggarakan oleh Peace Maker Bali dengan Thema “Generasi Saru Generasi Damai”.
Diskusi ini dilakukan untuk membuka wawasan tentang kebangsaan dan bagaimana pendiri bangsa ini memperjuangkan kemerdekaan Indonesia serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila. “Daripada terjebak pola pikir sempit dengan diskusi tentang kesalahan orang, mending kita diskusi tentang apa yang akan kita kontribusikan untuk Indonesia selaku Pemuda Indonesia,” kata Andry Aditama, Ketua Peace Maker Indonesia.
Dalam diskusi kebangsaan ini melibatkan beberapa komunitas (interfaith) dan organisasi – organisasi kemahasiswaan di Bali. “Perjuangan awal dari kemerdekaan Indonesia berawal dari perjuangan pemuda/pemudi, perjuangan anak muda saat ini adalah untuk Merawat Kebhinnekaan dan NKRI”, tutur Andry.
Adapun rangkaian acara yang disajikan dalam diskusi ini :
Pertama, ice breaking dengan kegiatan membentuk kelompok dan mengenal antara peserta. Kedua, nonton bareng ” Perjuangan Pemuda – i 1928 membentuk sumpah Pemuda.”
Ketiga, membedah film, hubungan sumpah pemuda dengan Generasi Satu dan Generasi Damai. Keempat, apa yang akan dikontribusikan untuk menjaga NKRI.
Pada kesempatan itu, Ketut Darmika, Ketua Gema Perdamaian Bali mengatakan ” sebagai orang muda harus nemiliki budaya membuka diri menerima orang lain”. Budaya membuka diri itu penting karena Inonesia ini merupakan bangsa majemuk. Apa yang terjadi sekarang justru sangat memperihatinkan, karena ada kelompok tertentu justru mengembangkan sikap yang antipersatuan dan kesatuan.
“Kami sudah berjuang untuk merubut kemerdekaan tinggal bagaimana anak – anak muda untuk mempertahankan. Sekali merdeka tetap merdeka.”katanya.
Dalam kesempatan itu, Johandi Sinaga perwakilan dari Tunas Indonesia Raya (TIDAR) mengatakan” hubungan antara Generasi Satu dan Generasi Damai dengan Sumpah Pemuda Generasi Satu dari tahun 1928 sampai generasi 2017 adalah generasi yang menjaga, merawat dan mempertahankan NKRI yang satu dengan mempertahankan Sumpah Pemuda”. “Generasi Damai yang dibungkus dengan bingkai Kebhinekaan,”kata Johandi Sinaga mahasiswa Magister Ilmu Budaya Universitas Udayana.
Mengenang Tokoh Sumpah Pemuda Soegondo Djojopuspito Murid Ki Hadjar Dewantoro
Sementara itu, Tokoh Laskar Merah Putih, Arif Gunawan mengingatkan para para pemuda agar tidak mudah terpancing dan terprovokasi. Harus waspada dan cerdas. Sebab, penjajahan saat ini dilakukan dengan memprovokasi melalui agama dengan maksud dan tujuan untuk memecah belah NKRI dan menguasai ekonomi. Oleh karena itu, jangan sampai terprovokasi atau diprovokasi,” katanya.
Setidaknya, terdapat 12 organisasi dan komunitas yang hadir dalam diskusi kebangsaan ini. TIDAR (Tunas Indonesia Raya), KPGP, PPSB (Persatuan Pemuda Sulawesi Bersatu), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GP Ansor, Gema Perdamaian, LMP, LMI – Bali, CMF, Uni Papua, Akpar, Banser, BEM UNDIKNAS. Dalam kegiatan ini juga turut hadir Prof. W.D Sutana seorang veteran Bali. (Carter Silverius)