Mentan Amran Sulaiman (tengah, kemeja putih) dalam acara Penanaman Perdana Komoditi Alternatif di Provinsi Aceh 2017 yang diselenggarakan di Kabupaten Aceh Besar. (Humas Kementerian Pertanian)

Bersama BNN, Kementan Ganti Ganja di Aceh dengan Belasan Ribu Hektare Bibit Pertanian

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – “Siapa yang menguasai pangan, maka akan menguasai dunia,” hal itu selalu diingatkan kembali oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

Tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan makanan masyarakat, lanjut Mentan, komoditas pangan saat ini dianggap mampu mengangkat kesejahteraan para pelaku di sektor itu.

Dengan jaminan keberlangsungan produksi yang diusahakan oleh pemerintah, komoditas pangan menjadi strategis untuk menggerakkan perekonomian masyarakat khususnya di wilayah pedesaan.

“Mudah-mudahan dengan program alternatif development (penanaman komoditas alternatif pengganti ganja) kita bisa angkat martabat Indonesia dari kacamata pertanian yang dimulai dari Aceh”, kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso (Buwas) ketika menyampaikan sambutan dalam acara Penanaman Perdana Komoditi Alternatif di Provinsi Aceh 2017 yang diselenggarakan di Kabupaten Aceh Besar, dalam keterangan pers diterima Independensi.com, Jumat (22/12/2017).

BNN menggandeng langsung Kementerian Pertanian dalam upaya pemberantasan narkoba dalam hal ini ganja. Akar permasalahan dalam kasus ini setelah ditindaklanjuti merupakan masalah kesejahteraan masyarakat, Budi Waseso menganggap komoditas pertanian mampu menggantikan tanaman ganja dan justru mempunyai nilai tambah dalam berbagai aspek.

“Tanaman ganja, apa sih permasalahannya, ternyata masalah perut, kesejahteraan. Oleh sebab itu, ini yang kita selesaikan akar permasalahannya karena petani-petani itu niatnya tidak menanam ganja, kemudian dipergunakan oleh kelompok jaringan bandar kemudian dimanfaatkan menanam ganja, hasilnya dia (petani) tidak menikmati, di tetap lapar, miskin. Kita rubah mereka menanam tanaman alternatif (jagung) yang punya nilai ekonomi,” ujar Buwas.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang terjun langsung dalam kegiatan tersebut sangat antusias dan mendukung penuh upaya yang dilakukan oleh BNN terlebih lagi bersinggungan langsung dengan pertanian.

“Ada yang menarik dari kunjungan kali ini, lain daripada yang yang lain, tiga tahun kami tawaf seluruh Indonesia, ini mungkin paling berkesan, karena ingin kita merubah kawasan ganja menjadi kawasan jagung”, ujar Amran.

Gelontoran bantuan pun langsung disalurkan oleh Menteri asal Sulsel ini. Yang utama, wilayah Aceh diberikan bantuan jagung atau tanaman pertanian sejenis untuk sekitar 15 ribu hektare lahan.

“Kami siapkan tanaman, terserah bapak apa yang diinginkan, jagung (minta) 1000 bisa 10 ribu aku kasih. Tolong sahabatku petani di Aceh Besar ini, tolong berhenti tanam ganja. Bapak minta tanaman apa saja aku kasih, mau kopi aku kasih, jagung bibitnya gratis, mau pinang, kelapa dalam, apa saja tanaman pertanian, aku kasih secara gratis,” terang Amran sambil menyapa para petani.

Amran sangat optimis upaya ini mampu dinjalankan dengan optimal mengingat sebelumnya Kementerian Pertanian berhasil mengelola jutaan hektare lahan pertanian jagung dengan baik. Selain itu, dukungan alat mesin pertanian (alsintan) pun diberikan untuk Aceh dalam bentuk bantuan oleh Amran langsung berupa traktor roda 4 sebanyak 5 unit, traktor roda 2 sebanyak 25 unit, eskavator, pompa 15 unit, bibit cabai, kopi 200 hektare.

Saat memberikan arahan, Amran sempat berdiskusi langsung dengan petani asal Aceh. Menteri lulusan Universitas Hassanudin langsung menanyakan kebutuhan petani yang kebetulan bernama Bapak Hasanudin. Secara spontan Amran langsung mengabulkan permintaan 1 unit traktor serta bibit jagung dan padi seluas 100 hektare di wilayah kampung petani tersebut.

Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh anggota DPR RI dari Komisi III Nasir dan Komisi X Muslim. DPR mendukung upaya yang dilakukan oleh sinergi kedua belah pihak, BNN dan Kementerian Pertanian dan berharap mampu membebaskan Aceh menjadi kawasan bebas narkotika.

“Mudah-mudahan ini adalah cara kita untuk mensejahterakan petani dan masyarakat pedesaan dengan pembangunan alternatif hingga kemudaan kita berhasilkan membebaskan kaeasan ini menjadi kawasan bebas narkotika,” jelas Nasir.