IndependensI.com – Pasukan Pertahanan Israel atau Israel Defence Forces (IDF), mengerahkan pasukan tank diawaki 13 perempuan cantik, terlatih, dan militan untuk menjaga keamanan kawasan strategis pada Divisi ke-80 Angkatan Darat dan bertanggung jawab atas keamanan kawasan gurun Negev dan Arava Selatan.
Harian Haaretz.com, Rabu (3/1/2018), melaporkan, berbagai daya dan upaya dilakukan, untuk menjamin keamanan dan keselamatan warga negara terhadap ancaman dari luar.
Tidak disebutkan ancaman dari luar dari negara mana saja. Tapi Israel sekarang berbatasan dengan sejumlah negara Arab yang seringkali sebagian menudingnya sebagai sebuah negara agresor, akibat pendudukan sepihaknya di Tepi Barat, untuk sepenuhnya menguasai Yerusalem, terutama Yerusalem Timur di areal Yudea dan Samaria, dataran Sungai Yordan.
Israel terus meningkatkan kewaspadaan, pasca keputusan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald John Trump, mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Negara Israel, Rabu, 6 Desember 2017.
Pasukan tank perempuan berjumlah 13 orang, telah merampungkraan program pelatihan operator tank. Pasukan tank tempur wanita tersebut menjadi yang pertama di Israel dan akan segera dikirim ke wilayah perbatasan selatan Israel untuk menjalani masa percobaan selama empat bulan.
“Kita berdiri di atas sejarah. Untuk pertama kalinya, medali operator tank akan disematkan ke seragam tentara wanita IDF,” kata Kepala Korps Pelatihan Pasukan Kolonel Moran Omer dilansir dari Times of Israel, Jumat, 22 Desember 2017.
Untuk pasukan operator tank tempur wanita pertamanya, IDF menseleksi 15 tentara wanita yang diikutkan dalam program rekrutmen tempur. Namun dua di antaranya gagal menyelesaikan program, menyisakan 13 anggota.
Pelatihan Intensif
Program pelatihan intensif telah dimulai sejak awal Maret 2017. Menjadi program pelatihan yang panjang dan intens. Dari 15 rekrutmen, dua di antaranya tereliminasi dalam latihan dasar, dan 13 tentara yang tersisa dipindahkan ke markas pasukan lapis baja Shizafon di Negev. Di sana, mereka dilatih mengoperasikan tank model Merkava Mark 3.
Selama beberapa bulan ke depan, pasukan ini akan ditugaskan di perbatasan Israel selatan, bergabung dengan Divisi ke-80 angkatan darat dan bertanggung jawab atas gurun Negev dan Arava selatan.
Tiga belas tentara perempuan cantik, membantu dalam menjaga perbatasan wilayah selatan. Pasukan tank tempur wanita menjadi percontohan di masa mendatang untuk memberi kesempatan kaum wanita berperan dalam IDF.
Selama lima tahun terakhir, tren tentara wanita di militer Israel terus meningkat hingga lima kali lipat. Pada 2012 tercatat hanya ada 547 personel tentara wanita di IDF, namun tahun 2017 jumlah tersebut meningkat menjadi sekitar 2.700 personel.
Kawasan Strategis
Gurun Negev dan Arava Selatan, merupakan salah satu kawasan strategis Israel. Di sana ada lahan surya baru di Kibbutz Ketura menghasilkan cukup energi untuk tiga komunitas, dan membawa Israel satu langkah lebih dekat untuk menjadi sebuah negara superhero teknologi bersih.
Lahan surya di Kibbutz Ketura adalah yang pertama dari banyak perencanaan dalam upaya untuk memiliki 10 persen energi Israel dari sumber daya yang bisa diperbarui pada tahun 2020.
Menurut Haaretz.com, butuh lima tahun untuk pemasangan, dikarenakan sulitnya koordinasi antara lebih dari 24 kantor menteri, tetapi lahan surya pertama Israel akhirnya diluncurkan.
Ada 4.95 megawatt lahan surya Arava Power di Kibbutz Ketura menandai tonggak untuk negara Israel. Bangsa Yahudi telah berniat untuk men-cap dirinya sebagai superhero teknologi bersih, menjual inovasi surya seperti inverter dan perangkat lunak ke luar negeri, namun tidak cukup mampu membuktikan komitmennya untuk memperbarui energi di rumahnya.
Sekarang, setelah berhasil menavigasi hambatan regulasi labirin, Arava Power memiliki pandangan yang ditetapkan untuk membantu Israel mencapai tujuannya yaitu10 persen atas energi yang bisa diperbarui pada tahun 2020.
Sekitar setengah dari jumlah yang dapat dihasilkan oleh energi surya di padang gurun Negev, yang duduk di bawah langit cerah sepanjang hari tiap tahun.
Meskipun ini adalah negara Timur Tengah, Israel tidak memiliki sumber minyak yang cukup, sumur gas alam di lepas pantai Haifa. Itu memang memiliki sejumlah besar serpihan minyak, tetapi lingkungan mengingatkan bahwa penggalian minyak dari serpihan akan menyebabkan terlalu banyak kerusakan.
Keunggulan Alami
Matahari adalah sumber energi non-polusi yang masuk akal, kata Chiet Executive Officer (CEO) Jonathan Cohen. Arava Power adalah perintis jalan bagi perusahaan lain untuk membuat jejak mereka dalam industri baru ini di Israel. “Tidak ada keraguan bahwa keunggulan alami akan sepenuhnya dimanfaatkan,” kata Cohen. “Ada pembicaraan bio-gas, dan agresif drive untuk mendapatkan angindan berjalan.”
Membelok pada matahari Itu sulit,” katanya pada acara peluncuran, yang diselenggarakan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia di depan kerumunan sekitar 500 anggota kibbutz, pers, menteri infrastruktur dan pertanian dari Israel dan seluruh dunia, serta eksekutif dari perusahaan seperti Siemens investor.
“Kami adalah pelopor. Birokrasi dan peraturan adalah tahapan mimpi buruk, seperti yang diharapkan untuk sebuah industri yang baru merintis, di sebuah perusahaanyang baru merintis, di negara perintis baru. Kami sangat menghargai bahwa pembangunan, pembentukan fase pertama dari lahan matahari besar di Israel, adalahsebuah event.”
Cohen meramalkan wilayah gurun Negev dan Arava mampu memberikan sekitar 2.000 sampai 2.500 megawatt tenaga surya – setengah dari tujuan energi yang dapat diperbarui Israel – untuk grid nasional. Usaha seperti itu akan membutuhkan sejumlah besar pembiayaan, mungkin sebanyak U$S 2 miliar.
Sementara itu lahan surya yang baru diluncurkan di Ketura diharapkan dapat memberikan daya yang cukup untuk melayani kebutuhan energi dari tiga kibbutzim didekatnya.
400 Megawatt
Untuk memenuhi peran Israel sebagai “cahaya yang bisa diperbarui kepada bangsa-bangsa,” sebuah frase diciptakan oleh Arava Power co-founder, Yossi Abramovich, suatu keharusan Alkitab bagi Israel untuk menjadi “cahaya bagi bangsa-bangsa,” Arava Power mengumumkan bahwa keuntungan dari empat penjurulahan surya terbarunya akan disalurkan untuk amal dalam semangat tuntutan Alkitab bagi petani dan yang mereka hasilkan.
Akhirnya perusahaan berencana untuk membangun sekitar 40 lahan surya di Israel, yang memberikan kontribusi daya total sekitar 400 megawatt. Sejauh ini, satu persen dari mimpi ini telah menjadi kenyataan, dan kemudian tahun ini Arava akan meluncurkan lahan surya delapan kali lebih besar dari yang di Kibbutz Ketura.
India Beli Bom
Di bidang pertahanan, Israel memang layak diperhitungkan di Timur Tengah. Kementerian Pertahanan India mengumumkan telah membeli 131 rudal surface-to-air dari Israel. Kantor Berita Nasional Perancis, Agency France de Presse (AFP), Selasa (2/1/2018), melaporkan, rudal Barak diproduksi oleh Rafael Advanced Defence, dan dibeli dengan total nilai transaksi 70 juta dolar AS, atau sekitar Rp947,6 miliar.
Kesepakatan dilakukan menjelang kunjungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Nyetanyahu. AFP melansir, Netanyahu dijadwalkan melakukan kunjungan selama empat hari dengan membawa sejumlah pengusaha Israel pertengahan Januari 2018. “Pembelian ini bakal memperkuat persenjataan Angkatan Udara India (IAF), terutama dalam hal akurasi dan presisi,” demikian pernyataan kementerian.
AFP mewartakan, Israel menjadi pemasok utama persenjataan India. Setiap tahunnya, perdagangan militer kedua negara dilaporkan mencapai 1 miliar dolar AS, atau sekitar Rp13,5 triliun. April 2017, pembelian Israel-India dikabarkan mencapai 2 miliar dolar AS, sekitarRp 27 triliun.
Dalam kesepakatan tersebut, Israel bakal memasok rudal surface-to-air jarak menengah, stasiun peluncur, dan teknologi komunikasi terbaru dalam beberapa tahun mendatang. Selain menjalin kesepakatan dengan Israel, kementerian pertahanan juga mengumumkan telah membeli peralatan militer dari Rusia. India membeli 240 bom dari JSC Rosonboron Exports senilai 188 juta dolar AS, atau sekitar Rp2,5 triliun. (Aju)