Doni Istyanto Hari Mahdi, Pengamat Politik Intelejen. (istimewa)

Israel Sedang Menggodok Generasi Milenialnya Berperang

Loading

Oleh: Doni Istyanto Hari Mahdi*

JAKARTA (Independensi.com) – Hari Sabat pekan lalu adalah sebuah kenangan traumatik baru bagi Israel. Tanpa peringatan perang sebelumnya, Hamas menembakkan ribuan rudal berbagai jenis ke wilayah Israel.

Di darat, pasukan Hamas berhasil menjebol pagar pemisah wilayah Palestina dan Israel,– mereka langsung merangsek masuk dan menembaki semua orang sesuai rencana penyerangan hari itu.

Dari Laut, kapal-kapal penyerang Hamas masuk ke perairan Israel dan mendaratkan pasukan mereka untuk menyerang pantai-pantai Israel.

Dari udara, pasukan dengan menggunakan paragliding melayang masuk dan mendarat di wilayah Israel. Mereka menyasar kerumunan anak-anak muda yang sedang menghadiri konser musik di suatu lapangan. Tidak hanya manusia yang menjadi sasaran tembakan, bahkan mobil-mobil tak luput dari tembakan.

Serangan itu bagai sebuah orkestra yang indah bagi Hamas, namun neraka mematikan untuk Israel.

Sabat minggu lalu adalah Sabat neraka bagi Israel. Israel kecolongan dan Mossad kebobolan. Demikianlah kesimpulan dari pengamat politik dan militer di seluruh dunia.

Namun tidak demikian bagi penulis. Terbersit rasa kagum yang luar biasa, baik kepada Hamas maupun Mossad.

Di bulan Oktober ini juga tepat 50 tahun lalu, terjadi Perang Yom Kipur. Sama-sama terjadi di hari Sabat. Israel di serang oleh koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah. Bersama dua negara tersebut terdapat Libya, Yordania dan Irak.

Meskipun secara kasat mata jumlah peralatan tempur dan personel pasukan Israel kalah jauh dibanding dengan koalisi negara-negara Arab, namun pada akhirnya Israel bisa memenangkan perang tersebut.

Sejak saat itu, seluruh teknologi militer, jumlah peralatan, amunisi dan pasukan perang Israel disiapkan untuk menghadapi perang melawan koalisi negara-negara Arab.

Skala kesiapan perang Israel adalah untuk menghadapi perang melawan koalisi negara-negara Arab secara sekaligus, bukan hanya menghadapi Hamas dan Hisbullah.

Dengan skala militer sebesar itu, apakah masuk akal jika Israel bisa kecolongan semudah itu oleh Hamas. Sedangkan intelijen Mesir telah memberikan peringatan kepada Israel terkait rencana penyerangan oleh Hamas di pekan lalu.

Israel tidak memiliki kebiasaan ataupun budaya untuk menganggap remeh, setiap potensi ancaman kepada negara Yahudi tersebut, dari siapapun dan kapanpun.

Ingat,–bangsa Israel adalah sebuah bangsa yang selama 2.000 tahun diusir pergi dari tanah kelahiran mereka dan menjadi bangsa pendatang di negara orang lain.

Selama 2.000 tahun!

Bangsa Yahudi ini terus menjaga dan memupuk impian mereka untuk bisa kembali ke ‘tanah perjanjian’ yang diberikan Tuhan kepada nenek moyang mereka di Timur Tengah. Demikianlah menurut kepercayaan mereka.

Setelah lolos dari pembantaian Hitler dalam Perang Dunia ke-2, bangsa Yahudi mendapatkan kesempatan untuk mendirikan negara Israel tepat dilokasi kerajaan Israel dimasa lalu pada 14 Mei 1948.

Dengan kisah yang dramatis ini, para pemimpin Israel menyadari, satu-satunya cara untuk menjaga bangsa Israel agar tidak lagi terusir dari Timur Tengah adalah menjaga keterampilan dan moral mereka dalam bertempur.

Menurut doktrin Benitto Musollini,– pemimpin Fascist Italia yang anti Yahudi,– sebuah bangsa yang kuat harus berperang setiap 25 tahun sekali. Setiap satu generasi sebuah bangsa yang kuat harus pernah berperang.

Jika dihitung dari perang terakhir yang dihadapi oleh bangsa Israel, yaitu perang Yom Kipur yang terjadi 50 tahun yang lalu, artinya telah 2 generasi bangsa Israel tidak pernah berperang.

Peralatan tempur, amunisi serta mesiu yang mereka simpan selama 50 tahun ini untuk menghadapi skala perang melawan koalisi negara-negara Arab, juga harus dilakukan disposal. Dibuang.

Daripada dilakukan disposal secara sia-sia, apakah tidak lebih baik sekalian digunakan untuk memberikan pengalaman peperangan bagi generasi milenial dan gen-Z di Israel.

Sehingga wajar jika peringatan yang diberikan oleh intelijen Mesir, terkait potensi ancaman serangan militer yang dilakukan oleh Hamas pada Sabat lalu, malah digunakan sebagai ‘kunci pembuka’ terjadinya perang antara Israel melawan Hamas.

Pengalaman Guru Terbaik

Pengalaman tempur yang nyata yang akan didapatkan oleh generasi milenial dan gen-Z Israel, akan membentuk generasi perang baru yang akan menjaga kelangsungan bagi negara Israel untuk periode 50 tahun mendatang.

Pengalaman tempur yang sangat-sangat berbeda, dengan yang biasa mereka mainkan dalam gaming pertempuran di PUBG ataupun Mobile Legend.

Disposal amunisi dan mesiu tidak dibuang secara percuma, generasi milenial dan gen-Z Israel mendapatkan pengalaman tempur yang membentuk mereka menjadi generasi perang baru dan potensi mendapatkan bantuan teknologi militer terbaru dari USA.

Iron Dome akan dilapis dengan Iron Beam (sistem penangkis rudal menggunakan teknologi sinar laser).

Bagi Hamas, serangan Sabat Pekan lalu memperkuat eksistensi dan dominasi mereka dalam politik dalam negeri serta untuk menyuarakan kemerdekaan bangsa Palestina kepada dunia.

Meski perang hanya akan menghadirkan sisi kebinatangan manusia di kedua belah pihak, tapi keterampilan dan moral dalam berperang adalah bagian sejarah kehidupan sebuah bangsa yang selalu berulang. (*)

l’histoire se répète!

*Penulis, Doni Istyanto Hari Mahdi, pengamat politik intelejen