MELBOURNE (IndependensI.com) – Gelaran grand slam tenis bergengsi awal tahun, Australian Open 2018 tinggal menghitung hari. Turnamen yang sedianya dimainkan di komplek lapangan tenis Melbourne Park, Melbourne, Australia, dihelat pada 15-28 Januari ini. Laga yang memerlukan kesiapan fisik dan mental ini, cukup membuat gentar banyak para petenis kelas dunia. Selain mempertemukan sesama petenis-petenis andal kelas dunia, para peserta juga harus menghadapi cuaca ekstrim Melbourne yang bisa melesat hingga 35 derajat Celcius dengan kelembaban tinggi.
Kabarnya, banyak petenis papan atas baik putra maupun putri membatalkan keikutsertaannya di turnamen ini. Sebagian diantaranya masih berkutat dengan cedera hingga rekondisi paska operasi. Namun tidak demikian untuk petenis Swiss, Roger Federer. Juara bertahan ini tengah merenda sejarah menambah trofi grand slam yang ke-20 sepanjang kariernya.
Federer bisa dikatakan sebagai petenis yang paling siap untuk bermain di ajang ini. Dengan kondisi fisik dan mental yang tidak ada gangguan yang signifikan, petenis kelahiran Basel, 8 Agustus 1981 menjadi “the last man standing”. Ya, Federer memilih untuk mengawali prestasi terbaiknya di tahun melalui Australian Open 2018. Sebab, situasinya sangat menguntungkan Federer untuk mempertahankan gelar menyusul absennya para petenis tangguh kelas dunia.
Petenis asal Inggris yang sudah merasakan lima kali menjadi runner-up, Andy Murray dan petenis Jepang, Kei Nishikori, dengan berat hati harus absen di turnamen ini. Runner up tahun lalu, yakni Rafael Nadal, malahan memilih istirahat ketimbang bermain di turnamen pemanasan Australian Open, Brisbane International. Cedera lutut yang sdah menderanya sejak akhir musim lalu, ternyata belum bisa lalu dari tubuhnya. Konfirmasi ikut tidaknya Nadal di Melbourne pun belum terverifikasi oleh pihak panitia pelaksana.
Kemudian juara enam kali asal Serbia, Novak Djokovic yang sudah tidak bermain tenis sejak Wimbledon 2017, tidak bermain di turnamen awal musim ini, Qatar Open. Cedera lengan dan siku kanan masih menjadi permasalahan yang tak kunjung tuntas. Sedangkan mantan juara asal Swiss, Stan Wawrinka daat karena cedera. Mereka semua mencoba memperbaiki kondisi kesehatan dan mental sejak 12 bulan lalu. Sementara itu, Federer hanya perlu enam bulan saja untuk mengembalikan performa terbaiknya.
Tahun lalu saat Federer mengandaskan Nadal di Melbourne, sebenarnya dibayangi kekuatiran cedernya kambuh. Namun hingga babak final selesai, Federer mampu memperbaiki segala kelemahan dan mendominasi hingga akhir musim 2017. Begitu juga Nadal, kendati dirudung cedera mampu membalikkan keadaan dan mendampingi Federer menguasai kancah tenis dunia.
Semakin Tangguh
Mantan petenis sekaligus pengamat tenis, Mats Wilander mengatakan, sulit untuk memprediksi apa yang bakal terjadi di Australian Open tahun ini. Hanya saja mantan juara tiga kali ini percaya, bahwa seorang petenis yang baru sembuh dari cedera dipastikan semakin tangguh. “Petenis yang baru bermain setelah cedera, dipastikan tidak memiliki beban berarti dan sudah barang tentu tidak diunggulkan untuk menjadi juara,” ujar Wilander seperti dikutip dari Reuters, Selasa (9/1).
Wilander mengakui, Federer tahun lalu bisa meraih gelar juara karena tidak ada lawan yang sepadan. Hanya Wawrinka yang mampu membuat Federer gentar. Wawrinka yang sudah tidak mengayun raket tenis sejak Agustus lalu, dipastikan bisa menyulitkan Federer seandainya bermain. “Wawrinka adalah petenis yang sempurna untuk bermain di ajang grand slam. Dia juga pernah juara di Aussie Open,” imbuh Wilander. “Bilamana dia bisa keluar dari bekapan cedera dan bermain lagi, dan rasa percaya dirinya meningkat, dia bisa mengalahkan siapa saja,” kata Wilander