(Istimewa)

FPI Ikut Event Bo Sang Umbrella Festival Thailand 2018

Loading

THAILAND (Independensi.com) – Rombongan Festival Payung Indonesia (FPI) menjadi pusat perhatian perhelatan Event Bo Sang Umbrella Festival Thailand 2018. Betapa tidak, rombongan FPI disambut meriah oleh komunitas, masyarakat, dan para wisatawan mancanegara di ajang yang digelar 19-21 Januari di desa Bo Sang, distrik San Kamphaeng, Provinsi Chiang Mai, Thailand Utara.

Pertisipasi delegasi FPI yang didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendapatkan perlakuan istimewa oleh panitia Bo Sang Umbrella. Seluruh pengrajin selain dijemput dan disambut dengan baik, pada event tersebut disediakan dua booth utama untuk promosi pariwisata Indonesia persis di samping panggung inti di Jalan Bo Sang.

Pada acara pembukaan yang berlangsung pada 19 Januari pukul 19.00 waktu setempat, jelas saja Indonesia menjadi perhatian. Balutan Booth sangat cantik didesain oleh Pengrajin Payung dari tanah air. Warna-warni Payung menjadi komposisi yang sangat cantik persis di jalan utama tempat acara berlangsung.

Lebih ideal lagi, Booth Indonesia juga tepat di depan Museum Payung Chiang Mai yang tersohor di dunia. Mata para wisatawan dipastikan akan tertuju ke Booth FPI dan Kemenpar.

Direktur Program Festival Payung Indonesia Heru Prasetya, Sabtu (20/1/2018) mengaku dengan sambutan panitia di Thailand. Kata Heru, pihaknya berjanji akan terus melakukan koordinasi budaya dan menampilkan yang terbaik bagi Indonesia di acara ini.

Heru juga mengucapkan terima kasih kepada Kemenpar yang telah mendukung FPI ke Thailand. Menurutnya, Kemenpar sudah sangat tepat mendukung acara ini karena pada tahun lalu acara tersebut disambangi oleh 20 ribu pengunjung.

Selain memamerkan Payung yang sangat cantik warna-warni, FPI dan Kemenpar juga menggelar pameran fotografi payung yang terdapat pada relief candi zaman klasik (Hindu-Budha) di Indonesia. Pameran ini merupakan bukti arkeologis bahwa payung sudah ada di masa lalu.

Bahwa payung telah hadir dalam kehidupan sehari-hari  masyarakat nusantara masa lalu. Juga pameran fotografi mengenai keberadaan payung di zaman kolonial Belanda, menunjukkan bukti bahwa di era Kolonial telah hadir industri kerakyatan kerajinan payung.

”Ini event ketiga kalinya kami hadir ke acara di Thailand. Setiap tahun, antusiasme acara ini semakin bagus. Dampaknya, interaksi Budaya ini membuat kedatangan wisatawan mancanegara asal Thailand ke acara FPI di Solo dari tahun ke tahun terus meningkat.

Kuatnya budaya dan seniman Payung di Thailand ini membuat mereka penasaran untuk datang ke Indonesia. Terima kasih kepada Kemenpar yang juga telah mendukung kami,” ujar Heru.

FPI membawa rombongan 20 orang yang terdiri dari Pengrajin, fotografer, penari, model dan media. Rombongan Kemenpar dipimpin langsung oleh Kepala Bidang Pemasaran Area III Deputi Pemasaran I Kemenpar Alfrida Pelitasari. Heru menambahkan, pihaknya juga akan berusaha mengambil contoh dari beberapa skema pameran atau festival yang dilakukan Thailand di ajang ini.

”Semua unsur bersatu, dari industri, pemerintah, pengrajin hingga masyarakat. Kekuatan kebersamaan untuk pariwisata ini terlihat di sini. Ini akan kami kokohkan juga di festival payung Indonesia.

Dan sekadar mengingatkan saja, bahwa FPI merupakan satu-satunya festival di Indonesia yang mempelopori sinergi dengan festival di luar negeri dalam bentuk ‘sister Festival’ seperti ini.

Hal ini dilakukan sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan jaringan dan kualitas festival dan juga dalam rangka menggenjot kedatangan Wisman di FPI kami di Solo,”ujar pria yang juga Direktur Mataya Art & Heritage.

Sebagai informasi, Mataya Art & Heritage adalah Komunitas Budaya asal Solo yang concern terhadap acara budaya sejak Presiden Joko Widodo masih menjabat sebagai Walikota Solo.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata I Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengatakan, FPI merupakan salah satu event yang telah masuk menjadi calender of event Kemenpar. Sinergi dengan FPI diharapkan mampu menjaring wisatawan asal Thailand untuk datang ke Indonesia.

”Festival Payung Indonesia menjadi ruang ekspresi persahabatan antarbangsa. Setelah kunjungan Delegasi Thailand ke FPI 2015, pada tahun 2016 dan 2017, 2018 FPI ke Chiang Mai. Kunjungan ini juga untuk berbagi dan bertukar ide dan pengalaman.

Apalagi sudah mengkristal dalam format hubungan sister festival (festival bersaudara). Yakni Festival Payung Indonesia dan Bo Sang Umbrella Festival (Chiang Mai, Thailand). Ini akan berdampak positif terhadap pariwisata Indonesia,”kata Pitana.

Menteri Pariwisata Arief yahya mengatakan inilah yang dikatakan dengan kekuatan budaya. Apalagi, Indonesia memiliki banyak budaya yang sangat unik dan menarik. Kebudayaan adalah investasi untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa demi terwujudnya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan UUD 1945.

Kata Menteri asli Banyuwangi itu, 60 persen wisman yang berkunjung ke Indonesia karena daya tarik budaya. Sedangkan 35 persen wisman yang berwisata ke Indonesia karena pesona alamnya. Sisanya adalah daya tarik dari objek buatan atau kreasi. Lima persen wisman tertarik pada man-made.

One comment

Comments are closed.