Foto yang diambil pada Juni 2007 ini memperlihatkan Andik Mauluddin meraih Bang Yos Cup setelah menjuarai Jakarta Golf Championship. (Dokumentasi Dian Mariyun)

In Memoriam Andik Mauluddin

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Perkenalan saya dengan Andik terjadi pada saat bekerja di Majalah Golfer yang dipimpin oleh SM Baharson, staf ahli Pangkopkamtib, Soedomo, yang juga menjadi Ketua Umum PB PGI.

Peristiwa yang terjadi pada tahun 1990-an, saat untuk pertama kalinya saya mengenal Andik adalah, saat PB PGI menyelenggarakan turnamen golf amatir di Padang Golf Rawamangun, Jakarta Timur.

Andik tampil bersama pegolf amatir lainnya yang mewakili Komda (sekarang Pengprov) PGI Jawa Timur.

Penampilan Andik pada event tersebut cukup menyita perhatian para pengurus PB PGI terutama Taufik Aziz yang menjabat Sekjen PB PGI.

Paling tidak, ada tanda-tanda bahwa akan “lahir” kembali seorang pegolf amatir di Tanah Air khususnya dan utamanya dari Jawa Timur – setelah Kasiyadi dan kawan-kawannya.

Kita tahu bahwa kalau kita bicara pegolf amatir di Indonesia kita pasti ingat Sukamdi – pegolf Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Puja Kesuma) dari Tuntungan, Medan, Sumatera Utara, yang pada saat itu sangat terkenal.

Panitia Jakarta Golf Championship berfoto bersama Gubernur DKI waktu itu, Sutiyoso. Berjongkok nomor tiga dari kanan (mengacungkan dua jari) adalah Direktur Taman Impian Jaya Ancol saat itu, Budi Karya Sumadi, yang saat ini menjabat Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (Dokumentasi Dian Mariyun)

Sebagai pegolf daerah yang tampil pada event nasional dan berkompetisi dengan Sukamdi idolanya, membuat Andik bangga dan “tersanjung”. Apalagi ketika foto dia menghiasi halaman Majalah Golfer.

Dan, entah kenapa, sungguhpun namanya adalah Andik Mauluddin, akan tetapi saya lebih suka dan akrab memanggilnya dengan sebutan Dul. Andik pun di kemudian hari lebih suka memanggil nama saya dengan sebutan akrab Pak De.

Sungguh pun penampilan perdananya di kancah persaingan golf amatir di Tanah Air belum membuahkan hasil, namun keikutsertaan Andik membuat para stake holder di pergolfan nasional senang dan bangga. Karena, ada generasi penerus atau “Sukamdi Sukamdi” lain yang bakal menjadi estafet , bahu membahu mengibarkan sang saka Merah Putih di ajang persaingan golf amatir di tingkat ASEAN, Asia Pacific.

Harus diakui bahwa pada era PB PGI berada di bawah pimpinan pak Domo, kompetisi golf amatir dari junior, ladies & man amateur berjalan sangat kondusif.

Nah, Andik Mauluddin, pun – diakui atau tidak – adalah “produk” dari sebuah iklim kompetisi yang sangat kondusif tersebut.

Terbukti di kemudian hari, Arek Ngalam yang belajar bermain golf secara otodidak itu, menjadi salah satu pemain andalan saat timnas golf Indonesia tampil di Putera Cup, Asia Pacific Amateur Golf Tournament dan SEA Games.

Sementara, berkat adanya iklim kompetisi yang sangat kondusif, setiap PON digelar selalu ada nama Andik Mauluddin.

Yang menarik pegolf Arek Ngalam tersebut pernah menjadi penghuni Pelatnas bersama idolanya, Sukamdi, saat kepengurusan PB PGI dari Soedomo digantikan oleh Haryanto Dhanutirto.

Seiring dengan perjalanan sang waktu, Andik pun mengikuti jejak idolanya, Sukamdi, beralih status dari amatir menjadi pro di kemudian hari.

Harus diakui bahwa persaingan di golf pro memang berat. Tapi, Andik melakoninya penuh dengan suka cita.

Ada kejadian lucu saat untuk pertama kalinya dia berkompetisi di golf pro.

Si Dul yang Arek Ngalam itu bercerita kepada Pak De-nya kalau dia pada akhirnya bisa bermain dan berada satu group bersama Maan Nasim.

Sesuatu yang sangat wajar karena kalau kita bicara golf pro di Indonesia saat itu Maan Nasim adalah seorang idola – seperti halnya Sukamdi yang berkiprah di kancah amatir pada saat itu.

Uniknya, saat Andik masih menyandang status amatir, dia berhasil mengalahkan Maan Nasim pada sebuah event pro-am bertajuk Bang Yos Cup yang berlangsung di Emeralda Golf Club pada 2007. Penyelenggaranya adalah Pengprov PGI DKI pimpinan Hari Sandjojo.

Ada dugaan, setelah Andik bisa mengalahkan Maan Nasim dalam event tersebut, kepercayaan diri Arek Ngalam itu semakin kuat, dan tidak lama kemudian dia menanggalkan status amatirnya dan beralih menjadi professional golfer.

Meskipun prestasi Andik di kompetisi pro tidak semoncer saat masih berstatus amatir, namun pencapaian prestasinya tidak buruk-buruk amat.

Paling tidak, posisinya di final kompetisi pro lokal selalu berada di zona yang memungkinkan dirinya mendapatkan prize money.

Bahkan, suka tidak suka, Andik Mauluddin pernah menjadi “penyelamat” dalam event akbar Indonesia Masters beberapa tahun lalu ketika dia menjadi satu-satu-nya pro tuan rumah yang berhasil lolos cut off dalam event akbar tersebut.

Sejak PGPI (Persatuan Golf  Professional Indonesia) berubah menjadi Indonesian Professional Golf Assciation (IPGA), di mana sesekali independensi.com hadir meliput event IGT (Indonesian Golf Tour), tidak pernah berjumpa dengan si Dul yang Arek Ngalam.

Dari informasi yang berhasil dihimpun oleh independensi.com, Andik Mauluddin bekerja di perusahaan pembuat sarung tangan khusus untuk para pemain golf.

Namun, saat independensi.com bertemu Mr Sim di Driving Range Marinir Cilandak (saat itu masih dalam tahap renovasi), Andik tak lagi bekerja di perusahaan pembuat sarung tangan. Konon, Andik, kembali ke habitat lamanya dan menekuni profesi sebagai Teaching Pro.

Saat itu IndependensI.com – seusai ngobrol dengan  Mr Sim – berniat ingin bertemu Andik.

Tapi, setelah dicari ke ruangan tempat para Teaching Pro berkumpul, menurut beberapa rekannya Andik pergi memenuhi janji bertemu dengan seseorang (mungkin muridnya??) di Driving Range Cilangkap.

Pun ketika beberapa waktu lalu independensi.com kembali bertandang ke Driving Range Marinir Cilandak, dan bertemu dengan Mas Ishak, senior Teaching Pro tersebut mengatakan bahwa Andik Mauluddin kalau datang sore atau sesuai janji dengan muridnya.

Sebagai wartawan, pagi ini (Minggu, 4 Februari 2018), saya tidak percaya ketika mendengar kabar si Dul yang Arek Ngalam pada Sabtu, 3 Februari 2018 pukul 22.00 WIB meninggal dunia yang, menurut istrinya, Andik mengeluh sakit kepala dan belum sempat dibawa ke dokter, Tuhan Yang Mahakuasa memanggilnya.

RIP untuk Andik Mauluddin. Kiranya amal dan ibadahnya diterima oleh-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman. Amin… (Toto Prawoto)