PEKANBARU (IndependensI.com) – Seekor harimau sumatera diberi nama ‘Bonita’ berusia sekitar 4-6 tahun, sudah hampir 3 bulan diburu petugas, namun belum dapat ditangkap. Bahkan harimau ‘Bonita’ telah dua kali menerkam warga Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir – Provinsi Riau hingga tewas. Korban pertama adalah Jumiati, tewas 3 Januari 2018, dan korban kedua Yusri Efendi, tewas diterkam harimau Bonita pada 10 Maret 2018.
Pemerintah melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau telah berupaya menangkap ‘Bonita’ untuk di pindahkan ke lokasi aman. Ada 54 orang anggota dikerahkan untuk menangkap harimau Bonita, terdiri dari Balai Besar KSDA Riau, Pemerintah Daerah Kabupten Inhil, Polres Inhil, Kodim Inhil, Yayasan Asari, WWF, PKHS, Veswick, PT TH Indo Plantation, PT Arara Abadi, dan masyarakat Dusun Sinar Danau Kecamatan Pelangiran Kab Indragiri Hilir – Riau.
Namun sejak hari Rabu (21/3/2018), harimau Bonita diketahui sudah bergeser dari kawasan perkebunan PT TH Indo Plantation ke hutan green helt yang selama ini merupakan lokasi Bonita bermukim. Kurang jelas diketahui apa penyebab harimau Bonita keluar dari kawasan hutan, masuk areal perkebunan, bahkan sampai pemukiman warga. Ada yang menyebutkan harimau ‘marah’ karena anak-anaknya ‘disantap’ warga yang tidak bertanggungjawab.
Pergeseran harimau Bonita yang tadinya terpantau di kebun kelapa sawit blok 62, 63 PT TH Indo Plantation, diketahui menyeberang sungai yang luasnya sekitar 8 meter, lalu masuk ke kawasan hutan green helt itu. Bahkan ada warga yang melihat harimau Bonita sedang minum di sungai. Demikian penjelasan Mulyo Hutomo Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah I Provinsi Riau kepada IndependensI.com Kamis, (22/3/2018) siang.
Lebih lanjut Mulyo Hutomo menjelaskan, selama 73 hari tim dilapangan, berusaha menangkap harimau Bonita untuk memindahkan kelokasi yang aman. Sebelum Bonita menewaskan 2 orang warga Pelangiran, tim sudah berada dilapangan. Pasca Bonita menerkam hingga menewaskan Jumiati dan Yusri Efendi, tim menemukan banyak jerat harimau dipasang pemburu liar di Desa Tanjung Samak Kecamatan Pelangiran. Artinya Bonita sudah menjadi target bagi warga yang harus diburu bahkan bila perlu ditembak mati.
Ditempat terpisah, Suharyono Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau kepada IndependensI.com, Kamis (22/3/2018) menjelaskan, sejak tim yang terdiri dari regu 1, regu 2 dan regu 3 memburu harimau Bonita yang ditaksir berusia 4-6 tahun itu. Banyak hal-hal yang unik berbau mistis ditemui dilapangan. Bahkan sebelum Yusri Efendi diterkam, tim sudah berusaha menangkap harimau Bonita.
Ironisnya, kata Suharyono lagi, setelah harimau Bonita yang tidak takut kehadiran manusia bahkan mendekat mobil yang dikenderai tim, petugas sudah mengarahkan senjata untuk menembak obat bius kepada harimau Bonita. Akan tetapi, peluru yang ditembakkan petugas dari pelatuk senjatanya, tidak mau keluar. Suasana saat malam itu sangat menegangkan, dimana petugas sudah berhadap-hadapan dengan harimau Bonita.
Kejadian unik dan misterius yang kedua, terjadi saat tim sudah berpapasan dengan harimau Bonita dan melepaskan tembakan. Anehnya, amunisi yang ditembakkan petugas hanya terlontar sekitar 4 meter dari lokasi petugas. Selain itu pada hari lain masih ada lagi kejadian mistis yang dirasakan tim dilapangan. Setelah petugas berhasil menembakkan obat bius pada Bonita, lalu Bonita tumbang, namun setelah sekitar 3 jam, Bonita kembali bangkit dan langsung pergi.
Suasana saat itu sangat menegangkan. Selain waktu sudah larut malam sudah sekitar pukul 22 malam sehingga penerangan jalan hanya memanfaatkan lampu sorot mobil, tim regu 1 dan regu 3 sudah berhadap – hadapan dengan harimau Bonita. Tapi setelah ditembak pakai obat bius, harimau Bonita bangkit lagi, anehnya justru mendekat kepada tim hingga mengelilingi mobil tim regu 1 dan regu 3. Semua anggota tim sanggat takut, suasana sangat mencekam tidak ada yang berani keluar, takut terjadi sesuatu.
Apalagi mobil regu 1 dan regu 3 sat itu terpuruk dalam jalan berlumpur. Baru sekitar ppukul 23 Wib, regu 2 datang memberi bantuan dan harimau Bonita diketahui telah pergi ke semak-semak, tim berani keluar untuk mendorong mobil keluar dari jalan berlumpur, hingga menginap di base camp. Ini sangat aneh dan misterius, karena tidak biasa harimau berani mendekat dengan manusia. “Biasanya, begitu harimau mengetahui ada manusia di sekelilingnya, sibelang akan langsung lari ke hutan”, ujar Suharyono dengan nada heran. (Maurit Simanungkalit)