IndependensI.com – Pemungutan suara dalam pemilihan kepala daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur di Jawa Timur dengan segala dinamikanya telah berlalu, hasil hitung cepat (quik count) menunjukkan indikasi kuat bahwa pasangan Kofifah Indar Parawansa – Emil Dardak mengungguli pasangan Syaifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno, walaupun masih penunggu pengumuman resmi dari KPU, namun dengan besar hati dan ikhlas Pasangan Gus Ipul-Puti telah mengucapkan selamat kepada saingannya.
Konon, dalam pilkada tersebut terdapat juga dugaan kecurangan, namun Gus Ipul tidak akan menggugatnya, tetapi melakukan investigasi untuk mengetahui ketidak beresan tersebut untuk perbaikan pemilu di masa datang.
Memang Jawa Timur memiliki keunggulan tersendiri termasuk pada Pilkada ini, sebab dua calonnya masing-masing pernah menjabat sebagai menteri di era Presiden Abdurrachman Wahid, dan di era Joko Widodo, Kofifah juga sebagai Menteri Sosial; kedua calon adalah sama-sama tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan sama-sama pimpinan organisasi di naungan NU.
Persahabatan keduanya memang bukan barang baru melainkan sama-sama di besarkan dalam satu “rumah”, etika dan moral yang sama sesama Nahdlyin. Apa yang dilakukan Gus Ipul memberikan pelajaran sekaligus tamparan bagi siapa saja yang menyimpan kebencian, yang mencari-cari kesalahan apalagi menolak kenyataan.
Dua kali gagal Kofifah untuk meraih kursi Jatim I, dengan tekun dia mengikuti proses dan dia sadar bahwa tidak ada yang instan, sehingga dalam penantian itu Kofifah tidak menyerang pihak lain juga tidak mengungkit kekalahannya, namun ia belajar sambil menunggu sampai berkatNya memihak kepadanya.
Gus Ipul dan Kofifah sebagai tokoh masyarakat benar-benar menyadari bahwa yang menentukan adalah rakyat pemilih, bukan partai. Sehingga walaupun berbeda partai pengusung masing-masing pasangan, tokh sesama tokoh NU dan Jawa Timur, tokh rakyat yang mereka pimpin juga yang menanggung akibatnya apabila terjadi sesuatu. Gus Ipul menunjukkan dirinya sebagai tokoh masyarakat yang benar-benar memikirkan rakyat, sehingga tidak menumbuhkan benih perpecahan.
Apa yang dilakukan Gus Ipul menandakan dirinya sebagai Nahdlyin sejati, menjalankan cinta kasil dalam menyelesaikan persoalan secara damai dan bermartabat untuk kemaslahatan warga. Hanya dengan menyalam dan mengucapkan selamat kepada Kofifah, setumpuk permasalahan di Jawa Timur dapat teratasi.
Kalau Gus Ipul mau menempuh jalur hukum, adalah sah-sah saja terlepas dari persoalan berhasil atau tidak ataupun sekedar melampiaskan kekesalan, tetapi ketenteraman masyarakat akan terusik bahkan timbul perpecahan dan korban.
Berita sukacita dari Jawa Timur itu hendaknya menggugah para tokoh masyarakat dan bangsa, elit politik serta pemuka-pemuka masyarakat lainnya bersama-sama melakukan kebajikan untuk keamanan dan kenyamanan masyarakat sehingga pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dapat dilakukan Pemerintah untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Kadang-kadang kita miris melihat dan mendengar ujaran dari antara tokoh-tokoh kita, yang seolah “kebakaran dan kebanjiran serta tanah longsor di mana-mana” ternyata tidak terjadi apa-apa, yang seharusnya menenteramkan masyarakat serta memberikan jalan ke luiar, menambah keresahan.
Kita berharap dalam tahun politik tahun ini dan tahun depan, para tokoh yang diberikan Tuhan talenta dan amanah sebagai pemimpin di lembaga pemerintahan, negara, partai dan organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya menggunakan berkat Itu, untuk kebaikan masyarakat bangsa dan negara, tidak sebaliknya memberikan ketidaknyamanan dan bahkan ketakutan kepada masyarakat.
Dengan sangat kita berharap agar setiap pemimpin itu tidak melangkahi hati nuraninya dalam melihat perkembangan bangsa ini, dan kalau ada yang kurang berkenan dari pengelolaan negara dan pemerintahan, hendaknya disalurkan sesuai dengan aturan yang ada.
Sebagai bangsa dan masyarakat yang berdasarkan hukum, hendaknya menggunakan instrument yang ada untuk kepentingan bersama, namun tidak sebaliknya menggunakan instrument hukum dan peraturan itu untuk membentengi diri kelompok atau golongannya sendiri.
Kita berharap, apa yang dilakukan Gus Ipul di Jawa Timur tersebut sangat bermanfaat dalam pemeliharaan kerukunan dan persaudaraan bagi masyarakat Jawa Timur, dan kalau sempat terjadi yang tidak diinginkan di Jawa Timur akibat Pilkada, pasti akan berdampak secara nasional.
Dengan tidak memaksakan kehendak sendiri saja dalam berbangsa dan bermasyarkat sudah mendukung pelaksanaan pembangunan nasional sekaligus telah turut berperan dan membangun ketahanan nasional.(Bch)