JAKARTA (Independensi.com) – Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Untuk itu, peningkatan produktivitas melalui perakitan varietas unggul merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi nasional kedelai.
Kedelai merupakan sumber protein nabati paling popular dengan kandungan protein yang tinggi (36-43%) bagi masyarakat Indonesia. Konsumsi utamanya dalam bentuk tempe dan tahu yang disamping produk kedelai lainnya seperti kecap, tauco, dan susu kedelai serta pakan.
Kedelai sebagai bahan baku utama tempe dan tahu sekitar 67 % atau 1,96 juta ton harus diimpor dari luar negeri. Hal ini disebabkan produksi nasional kedelai masih jauh dibawah kebutuhan nasional.
Varietas unggul kedelai yang dilepas hendaknya sesuai dengan preferensi masyarakat. Varietas kedelai berbiji besar (bobot 100 biji sekitar 20 g/100 bij) lebih disukai oleh petani dan para pengrajin tahu tempe, karena mirip dengan biji kedelai impor.
Semenjak tahun 2008 BB Biogen telah melakukan program perbaikan genetik kedelai melalui evaluasi plasma nutfah, peningkatan keragaman melalui mutasi, persilangan, dan seleksi. Hasilnya diperoleh beberapa galur, diantaranya dua galur terbaik Ped-M-B-2896-1 dan Bulk-M-B-5-10 masing-masing akhirnya dilepas menjadi varietas unggul baru (VUB) Biosoy 1 dan Biosoy 2.
Pengujian-pengujian daya hasil dan multi-lokasi sebelum dilepas galur Ped-M-B-2896-1 dan Bulk-M-B-5-10 dapat mencapai hasil 2,71 t/ha dan 2,63 t/ha, atau 19 dan 16 % lebih tinggi dibandingkan varietas hasil Grobogan atau 18 dan 14 % lebih tinggi dibandingkan varietas Anjasmoro.
Dua galur terbaik tersebut (Ped-M-B-2896-1 dan Bulk-M-B-5-10) berdasarkan hasil sidang pelepasan varietas oleh TPVTP tanggal 18 April 2018, telah lulus dilepas sebagai VUB kedelai yang diperkuat oleh Surat Keputusan Mentan No 343/Kpts/TP.010/05/2018 dan No 344/Kpts/TP.010/05/2018. Kedua galur tersebut diberi nama Biosoy 1 dan Biosoy 2.
Biosoy 1 potensi hasilnya 3,3 dan Biosoy 2 3,5 t/ha. Kedua varietas ini memiliki stabiltas hasil yang luas di berbagai lokasi pengujian. Galur Biosoy 1 dan Biosoy 2 memiliki umur yang relatif sama (83-84 hari), atau 7-8 hari lebih dalam dari varietas Grobogan dan 3-4 lebih hari genjah dari Anjasmoro. Jumlah polong kedua varietas ini lebih banyak dibanding varietas Grobogan namun lebih sedikit dibanding jumlah polong Anjasmoro.
Ukuran biji terlihat dari bobot 100 butir biji Biosoy 1 dan Biosoy 2 masing-masing 21,74 dan 22,35 g/100 biji jauh lebih besar dibanding Anjasmoro 16,14 g/100 biji dan juga lebih besar dari Grobogan 20,72 g/100 biji. Varietas Biosoy 1 dan Biosoy 2 memiliki ukuran batang yang besar dan kokoh yang dicirikan oleh diameter batang yang lebar.
Secara morfologis Biosoy 1 memiliki warna bunga dan warna hipokotil yang berbeda. Biosoy 1 warna bunganya putih dan warna hipokotilnya hijau, sedangkan Biosoy 2 warna bunga dan warna hipokotilnya ungu.
Data pendukung marka molekuler dengan Analisis SNP menggunakan 8 marka SNP secara spesifik varietas Biosoy 1 dan Biosoy 2 memiliki sidik jari DNA yang berbeda. Sidik jari DNA galur Biosoy 8 adalah TACAAGGGCA, dan Biosoy 11 AGCATGTGTA.
Pada MT 1 dan MT 2 2018, UPBS BB Biogen memproduksi benih penjenis (BS) dan benih dasar (BD) varietas Biosoy 1 dan Biosoy 2 tersebut. Diharapkan pada MT 2 2018 dan MT 2019 benih pokok dan benih dasar kedua varietas ini sudah dapat didistribusikan ke petani-petani penangkar terutama disentra-sentra produksi kedelai di Indonesia untuk diproduksi lebih lanjut benih dasar (BD), benih pokok (BP) dan benih sebar (BR)nya.
Tentu saja diharapkan benih sebar kedua varietas unggul baru ini dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama sudah dapat didisribusikan ke petani-petani di berbagai wilayah di Indonesia sehingga berdampak terhadap peningkatkan produksi nasional kedelai menuju swadembada kedelai tahun 2020.