Ilustrasi. TGB dan Presiden Jokowi. (Ist)

Dukung Jokowi, TGB Dicoret dari Daftar Capres PA 212

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Nama Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang dicoret dari daftar calon presiden yang direkomendasikan Persaudaraan Alumni (PA) 212 setelah menyatakan dukungan kepada Joko Widodo.

“Kami coret, karena buat kami itu harga mati untuk tidak mendukung Jokowi,” kata Juru Bicara PA 212 Novel Bamukmin di Jakarta , Kamis (5/7).

Tuan Guru Bajang masuk dalam lima calon presiden yang akan didukung PA 212. Dalam Rakornas PA 212 yang digelar di Aula Sarbini, Taman Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, Mei silam, nama TGB berada di posisi tiga. Selain TGB, capres lain yang didukung PA 212 yakni Rizieq Shihab, Prabowo, Yusril Ihza Mahendra, dan Zulkifli Hasan.

Novel mengatakan awalnya nama TGB masuk ke dalam daftar nama Capres karena statusnya sebagai ulama dan bukan sebagai politikus Demokrat. Sebagian peserta Rakornas mengusulkan nama TGB.

“Kami ber-huznuzhon (berbaik sangka) karena ulamanya walau partainya PD itu dari 2004 sampai 2014 punya catatan hitam terhadap umat Islam,” kata Novel.

Novel membeberkan ‘jejak hitam’ Partai Demokrat, seperti membela aliran sesat, padahal MUI tahun 2005 menyatakan Ahmadiyah sesat dan bukan Islam.

“Ahmadiyah malah dipelihara, justru Habib Rizieq Shihab dan Munarman bersama tujuh laskar malah dipenjara,” katanya.

Tak hanya itu, FPI saat itu juga pernah berunjuk rasa ke KPK untuk mendesak KPK mengusut besan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Aulia Pohan.

“Aulia harus dipenjara karena negara enggak boleh kalah dengan koruptor akhirnya besannya di penjara setelah 3 hari kita demo dan sekarang bergabung dengan pendukung penista agama,” katanya.

Menurut Novel, pernyataan Tuan Guru Bajang yang juga Ketua DPD Demokrat Nusa Tenggara Barat tak terlalu mengejutkan.

“Kami sudah enggak kaget karena Demokrat alergi terhadap ajaran Islam yang kafah sehingga TGB tertular juga dgn penyakit kronis di tubuh Demokrat,” katanya.

Novel mengatakan TGB telah mengorbankan harga diri ulama demi jabatan dan mungkin materi. (cnnindonesia.com)