JAKARTA (Independensi.com) – Pengacara Imam besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, Kapitra Ampera menanggapi santai tudingan dari beberapa kelompok Islam yang menuduhnya sebagai bagian dari penista agama karena memilih untuk menjadi calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Sebelumnya, Rizieq menyerukan umat Islam agar tidak mendukung atau bergabung dengan partai pendukung penista agama. Rizieq melarang adanya dukungan bagi kelompok yang dinilai penyokong pembubaran ormas Islam dan pelaku kriminalisasi ulama.
Jika ada yang memilih bergabung dengan mereka, Rizieq mempersilakan agar tak lagi berada di kapal perjuangannya. Rizieq mengatakan jika ada pengurus atau anggota FPI, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF), atau Persaudaraan Alumni (PA) 212 atau tim pengacara, atau elemen gerakan aksi bela islam lainnya yang bergabung dengan mereka, maka harus dihormati pilihannya.
“Karena itu hak konstitusinya. Tapi, jangan lagi ada di kapal perjuangan kami,” kata Rizieq melalu akun twitter @RizieqSyihabFPI.
Kapitra menegaskan jika ia tetap akan taat dan patuh dengan pesan yang disampaikan Rizieq Shihab walau berada di kapal yang berbeda. Kapitra menekankan jika kapal yang dimaksud Rizieq hanyalah salah satu cara untuk mencapai tujuan agar aspirasi umat Islam bisa tegak di Indonesia.
“Tapi kalau kapal perjuangan sudah penuh sesak menuju pulau, kemudian ditenggelamkan itu bisa mati semua. Kenapa kita tidak cari kapal yang lain tapi tujuannya sama. Kapal itu cuma cara, tapi tujuan kita tetap sama. Dengan ribuan kapal yang lain kita bisa tegakkan kalimat Allah dan menangkan aspirasi umat Islam,” kata Kapitra, Jumat (20/7).
Kapitra Ampera saat bertemu Rizieq shihab di Makkah. Dok. Istimewa
Selain kapal yang penuh sesak itu, Kapitra juga mengkritisi sikap partai oposisi yang disebut-sebut sebagai partai pendukung umat Islam dalam pilkada serentak 2018, bulan Juni lalu.
Menurut dia, pada kenyataannya, partai-partai oposisi tersebut justru banyak yang berkoalisi dengan partai pendukung pemerintah yang belakangan dilabeli sebagai partai pendukung penista agama.
“Di beberapa daerah PKS dan Gerindra malah bergandengan tangan sama NasDem, termasuk pengurus dan pemilihnya. NasDem itu kan partai yang pertama yang mendukung Jokowi sebagai capres di tahun 2019. NasDem juga partai yang mendukukung Ahok [Basuki T Purnama] yang dibilang penista agama,” sindirnya.
Untuk itu, Kapitra meminta semua pihak berfikir jernih dengan fakta yang terjadi di jagat perpolitikan saat ini. Harusnya, jika ingin menunjukkan konsistensi membela aspirasi umat Islam, partai-partai oposisi tersebut tidak perlu mengkhianati perjuangan mereka sendiri. Soal kalah dan menang, imbuh Kapitra, akan kembali pada Allah yang menentukan.
“Tapi partai-partai itu tidak mengindahkan,” ujarnya.
Kapitra juga membantah pernyataan Anggota Dewan PA 212 Eggi Sudjana yang menyatakan bahwa ia pernah diajak berjuang lewat Partai Amanat Nasional (PAN).
“Itu fitnah, saya tidak pernah diajak ke PAN,” katanya.
Kapitra menggarisbawahi jika saat ini banyak pihak yang terlalu meributkan soal cara untuk mendapatkan kekuasaan, namun lupa akan tujuan utamanya, yakni membela aspirasi Islam. Hal itu, terlihat saat banyaknya fitnah yang dilancarakan kepadanya usai memilih ‘cara lain’ dalam memperjuangkan Islam. Salah satu fitnah itu adalah soal tudingan PA 212 dan GNPF yang menyatakan bahwa ia sudah tak lagi menjadi pengacara Rizieq Shihab sejak empat bulan lalu.
Padahal, kata Kapitra, komunikasi terakhirnya dengan Rizieq masih terjalin pada 6 Juli lalu. Saat itu Rizieq menyampaikan pesan-pesan khusus terkait aksi PA 212 di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Bareskrim Polri. Selain itu, komunikasi dengan Rizieq juga terjalin pada 29 Juni lalu yang masih membicarakan perkembangan dugaan kasus hukum yang menimpa Rizieq. Surat kuasa dia sebagai pengacara Rizieq, ditekankan Kapitra, masih ia pegang.
“Yang bilang saya bukan lagi pengacara Habib Rizieq itu fitnah. Saya berjuang sampai tidak tidur memperjuangkan SP3 Habib Rizieq. Saya ingatkan untuk saudara-saudara yang mencaci itu, fitnah lebih kejam dari pembunuhan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Kapitra mengaku akan tetap istiqomah dan konsisten memilih memperjuangkan aspirasi umat Islam lewat PDIP. Dia kembali menegaskan memilih menjadi caleg lewat PDIP bukan karena polpularitas, namu murni karena ingin meluruskan dan menyampaikan seluruh aspirasi umat Islam lewat partai yang selama ini dicap sebagai anti Islam.
Kendati demikian, Kapitra mengatakan jika Rizieq Shihab belum merespons terkait pilihannya untuk berjuang lewat PDIP. Namun ia yakin, persahabatannya dengan Rizieq yang sudah terjalin sejak 1998 tak akan kemudian putus hanya karena pilihannya tersebut.
“Haram hukumnya putus silaturrahim. Saya masih menunggu respons Habib Rizieq. Kalau beliau marah saya yang datengin dia ke Makkah. Saya akan tetap patuh pada Habib Rizieq. Kalau saya cari kapal lain tapi tujuannya sama pasti tidak dilarang,” kata Kapitra.