SORONG (IndependensI.com) -Selepas mendarat di Bandara Dominic Eduard Osoc sebagai pintu gerbang ke wilayah Sorong Raya Provinsi Papua Barat , kita akan menyaksikan perkembangan Kota Sorong dan sekitarnya yang begitu pesat. Kota yang dijuluki Kota Minyak sejak jaman pendudukan Belanda tersebut, saat ini tumbuh menjadi kota jasa dan pariwisata. Hotel dan pusat perbelanjaan modern mulai berjamuran. Terlebih sejak kawasan wisata Raja Ampat semakin tersohor, turut memantik percepatan ekonomi Sorong Raya.
“Sektor pertanian khususnya hortikultura di sekitar Kota Sorong jadi ikut berkembang pesat seiring dengan membaiknya akses pemasaran ke Kota Sorong”, ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sorong, Benyamin Halatu, saat mendampingi kunjungan kerja Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Hortikultura Kementerian Pertanian, (Kamis 19/7). Menurut Bunyamin, saat ini di daerahnya telah berkembang budidaya aneka sayuran seperti cabai, tomat, bayam, kangkung, bawang merah dan buah-buahan seperti melon, semangka, pepaya dan buah naga.
“Untuk cabai dan sayuran daun, yang dulunya masih didatangkan dari luar Papua Barat, saat ini telah mampu dipasok dari petani lokal”, ungkap Benyamin. Hal ini dikarenakan di Kabupaten Sorong saat ini, sentra produksi cabai sudah tumbuh di beberapa distrik antara lain Aimas, Maryat, Salawaty, Klamono dan Mayamuk dengan total luas eksisting sekarang lebih dari 300 hektar. “Harga cabai disini bisa dikatakan stabil karena sudah mampu dipasok dari petani lokal secara rutin”, sambung Bunyamin.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Prihasto Setyanto, saat monitoring lapang mengaku senang dengan perkembangan pesat hortikultura di Sorong. “Untuk memenuhi kebutuhan cabai Kabupaten Sorong, sebenarnya cukup dengan 45 hingga 50 hektar tanam. Namun kenyataan sekarang sudah mencapai lebih dari 300 hektar sehingga produksinya mampu memasok pasar se Sorong Raya yang meliputi Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Sorong Selatan, Raja Ampat dan Maybrat”, tutur Anton.
Para petani cabai di Sorong mengaku menanam cabai saat ini sangat menguntungkan. “Dari seperempat hektar tanam cabai keriting, saya bisa untung bersih 90 juta”, ujar Ahmad Zaini, petani eks transmigrasi di distrik Maryat. Petani lainnnya Sarimin bahkan mengaku bisa membeli mobil dari hasil murni panen cabai.
Kementerian Pertanian terus gencar menggiatkan penanaman aneka cabai ke seluruh Indonesia untuk memastikan stabilitas pasokan dan harga. “Sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang secara khusus meminta agar menyelamatkan kelestarian tanah daratan Papua yang menjadi salah satu ‘tanah surga’ di Indonesia. Caranya yaitu dengan mengawal praktik budidaya yang ramah lingkungan”, pungkas Prihasto.