Subur mendampingi petugas medis memeriksa kesehatan anak-anak balita di tempat pengungsian korban gempa Lombok. (Foto: Dokumentasi)

Subur Membawa Anak-Anak Korban Gempa Lombok “Out of the Box”

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Sudah lebih dari dua pekan Subur Sukirman berada di tengah-tengah pengungsi korban gempa Lombok. Dengan segala keterbatasan yang ada, diakui atau tidak, Subur telah berhasil melakukan “therapy healing” khususnya terhadap anak-anak korban gempa.

Mereka yang sebelumnya murung, berkat kedatangan Subur dan kawan-kawannya, kembali cerah ceria.

Lalu, apa sih dilakukan Subur dan kawan-kawannya? Ini adalah pertanyaan yang senantiasa mengusik benak banyak orang.

Sudah pasti kalau kita mengacu kepada standar normatif, seperti halnya warga masyarakat Indonesia yang peduli terhadap gempa Lombok umumnya, kedatangan Subur dan kawan-kawannya juga berkaitan erat dengan masalah tersebut. Yakni, mengirim bantuan.

Akan tetapi, karena Subur dan kawan-kawannya tidak terikat oleh institusi tertentu – apa pun nama institusinya – maka Subur dan kawan-kawannya bisa lebih lama berada di Lombok. Dan, kehadirannya, disadari atau tidak oleh warga korban gempa Lombok yang berada di pengungsian, membuat suasana berbeda sama sekali terutama di kalangan anak-anak.

Anak-anak pengungsi sedang mengikuti pencerahan yang disampaikan oleh para relawan.

Pasalnya, Subur, seperti yang diceritakan kepada teman-temannya di WAG Teater Aquila, setiap ada kesempatan selalu mengajak anak-anak korban gempa Lombok yang berada di pengungsian tersebut bermain permainan spontanitas. Sebuah permainan yang sering dilakukan oleh konunitas teater terutama di Bulungan.

Permainan spontanitas tersebut tujuannya adalah untuk mengetahui telah sampai sejauh mana kemampuan berimajinasi para anggota teater dalam merespon sebuah obyek atau properti yang dijadikan sebagai “alat bantu” dalam permainan sponitas tersebut.

Dan, bicara masalah properti, apa saja yang di dalam ruangan tempat latihan bisa dijadikan sebagai “alat bantu”. Bahkan, meja kursi dan pintu serta jendela yang terbuka pun bisa dijadikan sebagai sarana setiap anggota grup teater tersebut untuk mengekspresikan imajinasi mereka.

Hal sama pun dilakukan oleh Subur saat nengajak anak-anak korban gempa Lombok di pengungsian untuk mengekspresikan imajinasi mereka melalui properti yang ada di sekitar mereka.

Menyaksikan permainan spontanitas.

Permainan spontanitas yang diperkenalkan oleh Subur, membawa anak-anak korban gempa Lombok yang berada di pengungsian “Out of the Box”, untuk tidak terpaku atau mengulang pelbagai jenis permainan tradisional yang telah diwariskan oleh generasi pendahulu mereka – termasuk tembang dolanan yang berasal dari seluruh Nusantara.

Tapi, sebagai urbanis asal Tegal yang berdomisili di Ibukota dan menggeluti profesi sebagai pengemudi ojek online – pekerjaan sampingan yang dilakoninya bila sedang tidak ada job bermain sinetron dan FTV – lebih dari dua pekan jauh dari anak dan komunitasnya memang membuat aktor yang memiliki kelebihan dalam menghafal dialog naskah drama, sinetron dan FTV, ini jenuh.

Namun, anak-anak korban gempa Lombok yang berada di pengungsian, selalu meng-”gondeli”-nya atau menahannya saat niat untuk kembali ke Jakarta diutarakan di hadapan anak-anak tersebut.

Masalah itu pun di-share ke rekan-rekan komunitas teater yang tergabung di WAG Teater Aquila. Salah seorang seniornya yang bernama Rik A Sakri, sutradara teater dan sinetron sekaligus pimpinan Teater Aquila, berpesan kepada Subur:

Tantangin mereka. Um Subur harus pulang. Kalau anak-anak mau sama Um Subur, kalian harus belajar, belajar dan belajar. Nanti kalau sudah pinter, harus cari Um Subur di Jakarta… Pertama-tama yang kalian tanamkan adalah NIAT untuk bertemu Um Subur.”

Dan, khusus untuk Subur, Rik A Sakri berpesan, apa yang disampaikannya itu tidak lain adalah untuk mendidik mereka agar mereka tidak larut dalam suasana “klangenan” atau kerinduan nostalgik. “Nah, di saat seperti ini, mereka harus ditinggal agar tekad dan niat mereka untuk bangkit menjadi lebih kuat,” Rik A Sakri menegaskan.

Subur pun membalas:

“Motivasi seperti itulah, Mas, yang selalu aku tanamkan kepada anak-anak di sini… Anak-anak di sini aku beri motivasi tentang pelajaran dan kreatifitas untuk Lombok agar segera bangkit dari musibah gempa.”

Subur bersama Niken, anak korban gempa Lombok, yang tidak ingin Subur kembali ke Jakarta.

Dan, terlepas dari bagaimana suasana yang mengharu biru hati Subur saat nanti berpamitan dengan anak-anak korban gempa Lombok yang tinggal di pengungsian, yang jelas kedatangan kembali Subur memang ditunggu oleh rekan-rekan WAG Teater Aquila, yang pada 29 September 2018 mendatang akan menggelar diskusi bertema: Apa yang telah diberikan pekerja seni terhadap Indonesia, yang akan berlangsung di Bulungan.

Tema diskusi tersebut terinspirasi atas keberhasilan para atlet Indonesia yang telah berhasil mengharumkan nama bangsa dan negara melalui Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.

Subu… cepat pulang, Nak.