JAKARTA (IndependensI.com) – Petenis unggulan teratas asal Jepang, Shingo Kunieda menang mudah atas rekan senegaranya, Takashi Sanada 6-2, 6-3 pada babak final tunggal putra Wheelchair Tennis Asian Para Games 2018 di lapangan tenis Kelapa Gading Sport Club, Jakarta, Jumat (12/10/2018). Kunieda berhasil mengawinkan gelar juara nomor tunggal dan ganda sekaligus mencetak sukses prestasi tiga kali juara beruntun Asian Para Games.
Dari catatan yang ada, petenis nomor satu dunia ini pernah juara di nomor tunggal dan ganda putra di Guangzhou 2010 dan Incheon 2014. Prestasi ini dijadikannya sebagai modal untuk lolos kualifikasi tampil di depan publik sendiri pada di Paralympic Games Tokyo 2020. “Senang rasanya bisa bermain disini dan menjadi juara. Ini bisa menjadi bagian dari kualifikasi Paralympic Games 2020. Saya berharap bisa tampil di depan publik sendiri,” ujar Kunieda usai berlaga. Baginya, sukses ini menjadi yang terbaik bagi tim Jepang dan negara tentunya.
Ketika ditanya soal pertandingan, Kunieda mengaku sangat fit setelah mendapat istirahat dan rekondisi fisik yang maksimal. Sedangkan mengenai lawan, Kunieda mengaku Sanada bermain sangat agresif, tetapi dirinya bisa mengatasinya. “Sanada bermain bagus sekali kali ini. Dia pasti ingin menang, walau kami adalah pasangan bermain di ganda. Ini adalah pertandingan mental saja,” imbuh Kunieda.
Kendati Kunieda sukses mencetak “hattrick”, timnas Wheelchair Tennis Jepang gagal menyapu bersih enam medali emas yang disediakan cabang olahraga ini. Jepang hanya meraih empat medali emas, tiga perak dan tiga perunggu. Medali perunggu untuk nomor tunggal putra diraih unggulan tiga Jepang, Kouhei Suzuki yang bertarung dalam laga ketat selama tiga jam lebih melawan unggulan tujuh Thailand, Suthi Khlongrua 7-6(6), 2-6, 6-2.
(Yui Kamiji)
Kurang Sehat
Sementara itu dari kelompok putri, unggulan teratas Jepang Yui Kamiji meraih medali emas usai menundukkan petenis nonunggulan China, Zhenzhen Zhu 6-3, 6-4 dalam tempo satu jam 45 menit. Saat bertarung, Yui mengaku tidak dalam kondisi maksimal menyusul kelelahan bermain di nomor ganda sehari sebelumnya. Namun demikian, Yui mau coba fokus dan meladeni permainan cepat Zhu. “Hari ini saya tidak dalam kondisi bagus, masih lelah kemarin main ganda. Zhu bermain sangat atraktif dan bergerak terus. Tapi saya sabar saja menunggu celah untuk menekan dan melakukan tekanan,” ujar Yui.
Lebih jauh Yui mengaku senang bisa menuai debut medali emas di ajang Asian Para Games menyusul kegagalan di Incheon 2014. Kala itu, Yui hanya meraih perunggu di nomor tunggal dan perak di ganda. “Emas ini saya berikan untuk negara dan tim pelatih, sebagai hasil perjuangan dan kerja keras kami. Ke depannya, saya mau bersiap untuk Paralympic Games 2020,” katanya. Saat di Paralympic Games Rio 2016, Yui meraih medali perunggu di nomor tunggal putri. Medali perunggu diraih petenis Jepang, Momoko Ohtani yang sebelumnya menang mudah atas unggulan tiga Thailand, Sakhorn Khanthaait 6-2, 6-3.
Sementara itu dari nomor Quad tunggal, petenis kawakan Korea, Kyu-Seung Kim harus mengeluarkan ekstra tenaga untuk menghentikan permainan enerjik unggulan satu Jepang, Koji Sugeno 6-3, 4-6, 6-1. Sedangkan medali perunggu diraih unggulan dua Jepang, Mitsuteru Moroishi yang mengalahkan rekan senegaranya Shota Kawano 6-3, 6-3.