JAKARTA (independensi.com) – Empat tahun pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla, tak lepas di warnai dengan isu utang luar negeri Indonesia yang semakin membengkak.
Pengamat ekonomi Fuad Bawazier menilai, selain tak bisa merealisasikan pertumbuhan ekonomi 7 persen, pemerintahan kabinet kerja justru hanya gemar menambah utang.
“Pemerintahan Jokowi khususnya tim ekonominya tidak meletakkan dasar dasar atau strategi baru yang jitu,” kata Fuad dalam keterangannya, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Menurut Fuad, di awal memimpin, pemerintahan kabinet kerja berkomitmen untuk menurunkan jumlah utang pemerintah bahkan menghentikan kegiatan tersebut.
“Pada hakikatnya tidak ada perubahan karena yang ada justru menggalakkan utang dan bekerja tanpa perencanaan dan strategi yang matang. Utang yang janjinya akan di kurangi dan diakhiri malah bertambah rata-rata Rp 1,25 triliun per hari termasuk weekend,” jelas dia.
Utang yang jumlahnya ribuan triliun, kata Mantan Dirjen Pajak ini justru dianggap masih kecil oleh pemerintah jika dibandingkan dengan utang negara lain.
“Meski demikian utang Indonesia dicitrakan kecil dibandingkan dengan utang negara lain, tanpa membandingkan dengan kemampuannya membayar,” kata Fuad.
Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi yang selalu berada di level 5%, Fuad menyebut pemerintah selalu merasa posisi perekonomian nasional baik-baik saja bahkan lebih baik dibandingkan negara-negara berkembang lainnya.
“Padahal daya beli menurun, ekonomi sedang dalam tekanan defisit transaksi berjalan yang melebihi 3% dari PDB, defisit neraca perdagangan yang memburuk, defisit APBN, dan lain-lain,” jelas dia.
“Semua masalah dan kegagalan ekonomi dalam mencapai target ataupun janji di atas akan dipropagandakan atau dicitrakan sebagai kesuksesan pemerintah yang membanggakan dan dikagumi dunia,” tuturnya.