Oleh: Allenidekania, Khoirunnisa, dan Reisy Tane
JAKARTA (IndependensI.com) – Kanker merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak dari semua usia dan kalangan masyarakat. Jumlah penderita kanker pada anak di Indonesia diperkirakan 4% dari semua populasi kanker. Pengobatan kanker lebih banyak tersedia di kota-kota besar dengan fasilitas kesehatan yang memadai. Hal tersebut membuat beberapa pasien kanker anak yang berasal dari daerah harus dirujuk ke rumah sakit pusat untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Lima rumah sakit pusat kanker di Jakarta yang menjadi rujukan bagi pasien kanker anak antara lain RS Cipto Mangunkusumo, RS Anak dan Bunda Harapan Kita, RS Kanker Dharmais, RS Fatmawati, dan RS Persahabatan.
Proses perawatan pasien anak dengan kanker membutuhkan banyak biaya. Pembiayaan melalui BPJS amat membantu keluarga. Selain biaya pengobatan, keluarga juga harus menyediakan biaya hidup selama di Jakarta. Rumah singgah menjadi alternatif tempat tinggal bagi keluarga yang tidak memiliki sanak saudara di Jakarta. Kelebihan tinggal di rumah singgah, berbiaya murah karena yayasan memberikan subsidi dan letak rumah singgah dekat dengan rumah sakit dimana anak berobat. Rumah singgah juga menyediakan kendaraan untuk mengantar dan menjemput anak dan keluarga ke dan dari rumah sakit. Lokasi yang dekat juga memudahkan anak dibawa ke rumah sakit pada saat kondisinya melemah dan membutuhkan perawatan dari rumah sakit.
Ibu dari anak Puspa (bukan nama sebenarnya) mengatakan bahwa “Saya hanya seorang petani, tidak punya cukup uang untuk mengontrak di Jakarta. Lagipula biaya hidup di Jakarta kan mahal, uang saya sudah tidak ada lagi”.
Ibu lainnya mengatakan “Dari awal saya tau anak saya harus dirujuk saya mencari tau untuk tempat terdekat ke rumah sakit, dan saya menemukan YOAI. Bagi saya tinggal di rumah singgah sangat membantu, tidak hanya dekat dari RS tapi juga mendapatkan dukungan dari orang tua lain yang memiliki anak sama dengan kondisi anak saya”.
Di Jakarta, banyak rumah singgah yang menyediakan tempat tinggal untuk pasien-pasien dengan penyakit kronis, seperti kanker. Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) dan Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) merupakan contoh dari beberapa rumah singgah yang melayani pasien kanker anak. YKAKI berlokasi di Jakarta Pusat. Kebanyakan pasien yang berobat berasal dari RS Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati dan RS Gatot Subroto. YKAKI dapat mengampung hingga 50 anak dan orangtua. YOAI berlokasi di Jakarta Barat, sebagian besar pasien berasal dari RS Dharmais maupun RS Anak dan Bunda Harapan Kita. YOAI baru menjalankan layanan rumah singgah, kapasitas rumah singgah YOAI dapat menampung hingga 12 pasien anak dan orangtuanya. Baik YKAKI maupun YOAI hanya mengutip biaya yang sangat rendah dan memberikan berbagai fasilitas kepada pasien dan orangtuanya, termasuk menyediakan kendaraan untuk mengantar dan menjemput ke rumah sakit. Lama tinggal pasien dan orangtuanya bervariasi bergantung dari program terapi kanker yang diterima anak.
Manfaat lain tinggal di rumah singgah bagi anak dan orangtuanya yaitu mendapatkan dukungan dari sesama pasien, seperti berbagi tentang pengalaman mengatasi gejala penyakit, nyeri, dan dukungan emosional lainnya. Hal tersebut dapat meningkatkan motivasi dalam menjalani pengobatan antar pasien. Namun, seperti kita ketahui bahwa keluarga yang tinggal di rumah singgah berasal dari berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia, tentu saja hal ini dapat memberikan tantangan kepada masing-masing keluarga dalam melakukan cara-cara pemeliharaan kesehatan pada anak akibat adanya perbedaan keyakinan, nilai dan latar belakang budaya yang dimiliki.
Penyakit kanker, terapi kanker, dan dampak dari terapi yang diberikan pada anak merupakan hal yang kompleks dan harus dipahami oleh anak dan orangtuanya. Oleh karena itu dalam merawat anak dengan kanker banyak hal yang harus diperhatikan oleh orangtua sebagai pengasuh utama anak. Orang tua menjadi fokus utama karena cara perawatan dan pemeliharaan kesehatan pada anak dapat mempengaruhi status kesehatan pada anak.
Perbedaan budaya yang dimiliki dapat memberikan pengaruh terhadap cara untuk mengatasi masalah dan melakukan kebersihan diri atau personal hygiene pada anak dengan kanker. Banyak orang tua hanya berfokus kepada anak, tidak memperhatikan kesehatan diri bahkan kebersihan di lingkungan rumah singgah. Perilaku kesehatan yang tidak tepat tentu saja dapat memperburuk keadaan pasien tersebut dan orangtua sebagai pengasuh. Banyak dari orang tua mengatakan tidak tahu bahwa obat kanker dapat berdampak terhadap dirinya.
Salah satu orang tua pasien mengatakan bahwa tidak pernah menggunakan alat-alat pelindung diri ketika membersihkan muntah anak padahal anak mendapatkan kemoterapi”. Seorang ibu lainnya mengatakan, ia merasakan rambutnya rontok, dan merasa pusing dan mual setiap saat membuang popok anak.
Zat kemoterapi dapat membunuh sel-sel tubuh yang sehat sehingga terpapar dengan cairan kemoterapi secara terus menerus dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap kesehatan. Zat kemo umumnya dibuang dari tubuh melalui ginjal dan usus besar. Meskipun anak telah selesai mendapatkan kemoterapi akan tetapi zat kemoterapi masih dapat ditemukan di urin, feses (tinja) dan juga muntah pada 2-7 hari setelah kemoterapi. Karena kurang pengetahuan orangtua terkait bagaimana memperlakukan zat kemo, maka perilaku salah yang dilakukan orangtua dapat membahayakan dirinya dan lingkungan.
Anak-anak di rumah singgah sering mengalami penurunan kesehatan sehingga dibawa ke rumah sakit dalam keadaan yang sangat lemah dan kondisi kesehatan yang buruk. Hospitalisasi yang tidak terencana pada anak dapat menambah stres baik pada anak dan orangtuanya. Oleh karena banyaknya permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh kanker dan terapinya pada anak dan keluarga di rumah singgah maka diperlukan pengelolaan terhadap perilaku kesehatan.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat kanker di rumah singgah atau yang disingkat dengan PHBS-Kanker. PHBS-Kanker merupakan paket promosi kesehatan pada anak dengan kanker dirumah singgah yang disusun oleh Allenidekania, Khoirunnisa dan Reisy Tane, yang terdiri dari 9 topik edukasi pemeliharaan kesehatan anak di rumah singgah. Topik dari PHBS-Kanker yaitu (1) cuci tangan; (2) makan sayur dan buah; (3) tetap bergerak; (4) kebersihan kulit; (5) perlindungan dari zat kemoterapi di rumah; (6) cara minum obat kemo; (7) perawatan mukositis; (8) mual dan muntah; dan (9) perawatan pakaian.
Ketua tim pengabdian masyarakat dari Departemen Keperawatan Anak di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Dr. Allenidekania, M.Sc mengatakan bahwa “PHBS-Kanker merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan status kesehatan anak dan keluarga yang berada di rumah singgah karena terdiri dari komponen lengkap yang berhubungan dengan anak kanker. Untuk kemudahan mencapai tujuan edukasi, kami mengembangkan booklet berwarna dan dilengkapi gambar, poster, dan alat peraga untuk demonstrasi, untuk mempermudah anak dan orang tua untuk memahaminya”. Tim pengabdi terdiri dosen dan mahasiswa spesialis keperawatan anak dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Kegiatan pengabdian masyarakat di dukung oleh hibah pengabdian masyarakat Ipteks berbasis Masyarakat tahun 2018 Universitas Indonesia.
Penerapan PHBS-Kanker pada anak dan orang tua di rumah singgah diawali dengan penjelasan terkait komponen dari 9 PHBS-kanker selama 3-4 kali pertemuan. Untuk melakukan evaluasi maka masing-masing orang tua diberikan buku “Diary PHBS-K” untuk melihat apakah orang tua melakukan 9 komponen PHBS-Kanker selama di rumah singgah. Penilaian dengan pretes dan postes juga dilakukan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan orang tua terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada anak kanker di rumah singgah. Sebanyak 49 anak dan orangtuanya mendapatkan edukasi PHBS kanker di dua rumah singgah, yaitu milik YKAKI dan YOAI, di Jakarta.
Pelaksanaan pengabdian masyarakat di rumah singgah ini memberikan manfaat yang sangat luar biasa terhadap orang tua yang tinggal di rumah singgah terutama dalam melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dalam merawat anak dengan kanker. Terdapat peningkatan pengetahuan orangtua terhadap perawatan anak kanker di rumah singgah dari rerata skor sebelum edukasi adalah 20 menjadi 24.4 saat postes. Selain itu, orangtua mengatakan puas dengan pendidikan PHBS-Kanker dan mengatakan sangat senang karena mereka mendapatkan pengetahuan baru mengenai perawatan anak dan cara memperlakukan zat kemo yang berbahaya. Orang tua juga senang mendapatkan buku yang mudah dibaca, pengetahuan langsung terkait manajemen gejala pada anak, dan informasi yang sangat berguna dalam pemeliharaan kesehatan.
Melihat manfaat yang dirasakan ini tim pengabdi menyarankan edukasi PHBS-Kanker ini diberikan untuk setiap pasien anak dan orangtuanya yang tinggal di rumah singgah. Buku dengan 9 topik edukasi perilaku hidup bersih dan sehat untuk anak dengan kanker dapat dijadikan standar perilaku hidup bersih dan sehat di rumah singgah yang ada di Indonesia, khususnya rumah singgah untuk anak dengan kanker.
*Penulis adalah dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Nice posts! 🙂
___
Sanny